Kisah Anak Durhaka Kepada Orang Tua

Anak yang durhaka kepada orang renta merupakan dosa yang sangat besar, berikut ini kami sajikan empat kisah anak durhaka kepada orang renta berikut, kisah pertama menceritakan ihwal seorang anak durhaka yang tega meninggalkan ibunya sendiri hingga risikonya meninggal dunia. Kisah kedua merupakan kisah aktual yang terjadi di China ihwal seorang anak durhaka yang tidak mengakui ibunya. Kisah ketiga menceritakan bagaimana dikala tamat hidup seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya. Sedangkan kisah keempat menceritakan penderitaan hidup seorang anak durhaka.

1. Anak Durhaka yang Tega Meninggalkan Ibunya

Sebuah kisah anak durhaka kepada orang renta yang sangat memilukan dan mengharukan.

Alkisah, ada serombogan mahasiswa yang sedang KKN di sebuah desa. Suatu hari dikala mereka sedang bersantai sambil membawa kuliner untuk makan, tiba-tiba mereka dihampiri oleh seorang nenek yang sudah tua. Nenek itu memungut kuliner yang tercecer di tanah dan memakannya.

 Anak yang durhaka kepada orang renta merupakan dosa yang sangat besar Kisah Anak Durhaka Kepada Orang Tua
Kisah Anak Durhaka Kepada Orang Tua
Ketika melihatnya, mereka eksklusif menghampirinya dan bertanya,”Nenek lapar?” Nenek itu menjawab,”Aku di sini semenjak pagi dan belum makan apa-apa. Anakku membawaku kesini semenjak Subuh tadi. Dia pergi meninggalkanku dan menyampaikan kepadaku bahwa dia akan tiba dan mengambilku sebentar lagi.”

Singkat cerita, salah seorang mahasiswa memberi nenek itu kuliner dan nenek itu pun makan bersama mereka. Setelah malam makin larut, mahasiswa-mahasiswa tersebut mengemasi barang-barang mereka. Para mahasiswa itu merasa bahwa waktu sudah larut dan cuaca makin dingin. Sementara mereka tidak tega meninggalkan nenek tersebut dalam kondisi menyerupai itu dimalam hari. Salah satu dari mereka menghampirinya dan bertanya,”Engkau punya nomor telepon anakmu yang bisa kami hubungi biar dia tiba menjemputmu?” Nenek itu menjawab,”Oh ya, saya ada nomor teleponnya di kertas.

Tatkala kertas itu dibaca, ternyata tertulis: “Siapa saja yang menemukan perempuan ini harap membawanya ke panti jompo.” Para mahasiswa itu tersentak kaget melihat goresan pena tersebut. Mereka duduk sesaat untuk merayu nenek itu mau pergi bersama mereka. Mereka berusaha biar nenek itu mau pergi bersama mereka ke tempat yang diinginkannya. Tentu saja nenek itu tidak mau pergi bersama mereka, lantaran anaknya berjanji padanya akan tiba untuk menjemputnya. Nenek itu bersikeras untuk menunggu kedatangan anaknya. Dia mengatakan, “Anakku akan tiba menjemputku dan saya akan menunggunya.”

Nenek malang itu tidak tahu bahwa anaknya mengelabuhinya dan membuangnya pada dikala dia sangat membutuhkannya.

Para mahasiswa itu pun meninggalkannya dengan keinginan bahwa si anak akan tiba menjemputnya sesuai dengan janjinya, walaupun mereka berpikir bahwa anak nenek tersebut ialah anak yang durhaka kepada orang tua. Salah seorang mahasiswa dari mereka merasa tidak bisa tidur lantaran memikirkan nasib nenek malang itu. Mahasiswa itu pun bangun, berganti baju dan mengendarai mobilnya menuju pantai. Setibanya disana dia melihat ambulans, polisi dan orang-orang berkerumun. Dia masuk di sela-sela mereka dan melihat nenek itu sudah meninggal dunia. Ketika dia bertanya kepada mereka ihwal alasannya ialah kematiannya, mereka menjawab.”Tekanan darahnya naik dan ia meninggal dunia.” Dia meninggal dunia lantaran kecemasannya terhadap anaknya; jangan-jangan anaknya mengalami sesuatu sehingga tidak tiba menjemputnya. Dia meninggal dunia dikala menunggu kedatangan anaknya yang berjanji akan menjemputnya. Dia meninggal dunia dikala jauh dari keluarganya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya dan memasukkannya kedalam surga-Nya melalu pintu yang paling lebar. Amin.
Saya berharap biar semua orang yang membaca kisah ini mau menyebarluaskannya supaya menjadi peringatan bagi setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya.


2. Anak Durhaka yang Tidak Mau Mengakui Ibunya

Anak durhaka tidak hanya Malin Kundang menyerupai yang kita kenal. Di China, seorang anak durhaka menolak untuk menemui ibunya lantaran anak durhaka itu menganggap ibunya kampungan.

Ding Liang, seorang ibu berusia 63 tahun tampak menangis tersedu-sedu di pinggiran jalan Kota Hangzhou, China. Hsin Pai, laki-laki berusia 53 tahun yang melihat ibu itu merasa tergugah dan menanyakan apa yang terjadi.

Ibu renta itu risikonya mencurahkan kesedihannya kepada Hsin Pai. Ding Liang mengaku berasal dari sebuah desa di pinggiran Kota Yuyao, Provinsi Hangzhou. Sudah lima jam dia menghabiskan waktu di perjalanan dari desanya ke kota tempat anaknya tinggal. Menurut Ding Liang, putranya pindah ke kota untuk kuliah beberapa tahun lalu, Setelah menuntaskan kuliahnya, dia mendapat pekerjaan yang bagus di sebuah dealer mobil.

Saat sudah sukses, putra Ding menikah dengan seorang perempuan dan Ding pun berniat menghadiri ijab kabul putranya. Tapi dikala berada di pesta pernikahan, putra Ding merasa aib dengan kedatangan ibunya lantaran tiba dengan dandanan kampungan. Putranya merasa murka dan aib untuk mengakui bahwa Ding ialah ibu kandung yang melahirkannya. Setelah ijab kabul itu, putranya mulai mengabaikan Ding dan seluruh keluarganya di desa.

Ding Liang sudah pasrah dengan kenyataan itu, ibu itu sadar bahwa anaknya punya kehidupannya sendiri dikala ini. Suatu jari anaknya menelpon Ling untuk mengabarkan bahwa dia sudah punya bayi. Mendengar hberita menggembirakan itu, Ding ingin mengunjunginya dan membawakan cucunya hadiah.

Namun ketika Ding mengabarkan akan tiba menengok cucunya, putranya melarang. Dia bilang terlalu aib lantaran saya terlalu buruk. Suami saya juga melarang, tetapi saya ingin tiba lantaran menantu saya melahirkan dan ingin menawarkan hadiah kepada cucuku. Saat sang ibu ingin menemui anaknya, Ding berdiri pukul 04.00 pagi dan berpakaian yang sudah dibelinya khusus untuk itu. Dia membungkus pakaian dan hadiahnya dalam dua buah kantung yang dibawa dengan sebuah tongkat. Akhirnya Ding tiba di kota sesudah menempuh perjalanan dengan bus selama lima jam, sayangnya Ding tidak mempunyai alamat tinggal anaknya. Namun ketika menelpon sang anak, dia itu tidak mau mengangkat.

Sampai menjelang pukul 10.00, Ding tanpa frustasi berputar-putar dan mencari. Dua orang pekerja bangunan hingga menduga dirinya ialah seorang pemulung. Ketika dijelaskan bahwa dia sedang mencari putranya, mereka mencoba menawarkan dukungan tetapi semuanya tidak bisa banyak membantu.

Di dikala itulah Hsin yang merasa kasihan dengan Ding menawarkan bantuan. Dirinya memutuskan untuk membawa ceritanya ke media di China. Tidak butuh waktu usang kisah Ding menarik perhatian begitu banyak pihak. Ding bercerita kepada wartawan, bahwa dia dan suaminya ialah orang yang miskin, tapi  mereka berupaya keras biar sang putra bisa kuliah.

Ding bekerja sebagai pembantu rumah tangga sementara suaminya bekerja sebagai buruh bangunan. Pasangan suami istri itu pun hingga harus meminjam banyak uang demi biaya kuliah anaknya. Ding bahkan meminjam uang untuk keperluan biaya ijab kabul putranya. Bahkan sempat menawarkan kalung emasnya kepada sang menantu, ketika mengetahui anak mantunya menghadapi kesulitan keuangan.

Namun pada akhirnya, Ding pun menyerah. Dia kembali ke desanya membawa kembali hadiah yang tadinya untuk sang cucu. Saking sayangnya dengan sang anak durhaka tersebut, Ding bahkan tidak mau berbagi foto dan namanya untuk melindunginnya biar tidak dicerca oleh orang lain.

3. Kisah Sakratul Maut Anak yang Durhaka pada Orang Tua

Pada suatu ketika Rasulullah saw mendatangi seorang perjaka saat menjelang kematiannya. Beliau mengajarkan kepadanya kalimat syahadah: Lailaha illallah. Tetapi verbal perjaka itu terkunci. Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang ada di erat kepalanya: Apakah ibunya masih hidup?

Ia menjawab: Ya, saya ialah ibunya.
Rasulullah saw bertanya: Apakah kau murka kepada anakmu?
Ibunya menjawab: Ya, saya sudah tidak berbicara dengannya selama 6 haji (6 tahun).
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Ibunya menjawab: Saya ridha kepadanya alasannya ialah ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kembali kepada perjaka itu kalimat: Lailaha illallah.

Akhirnya perjaka itu kini sanggup mengucapkan kalimat Lailaha illallah.
Rasulullah saw bertanya kepada perjaka itu : Apa yang kau lihat tadi?

Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang bermuka hitam, pandangannya jahat, pakaiannya amat kotor, baunya busuk, ia mendekat kepadaku, dan murka padaku.
Kemudian Rasulullah saw membimbingnya membaca:

يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ، وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya : Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, bahwasanya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Pemuda itu kemudian mengucapkan apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah saw bertanya lagi: Sekarang apa yang kau lihat?

Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang berwajah putih dan indah, baunya harum , pakaiannya bagus ; ia mendekat padaku, dan saya melihat orang yang berwajah hitam tadi menjauh dariku.

Rasulullah saw bersabda: Perhatikan lagi, ia pun memperhatikan.
Kemudian dia bertanya: Apa yang engkau lihat sekarang.
Pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, saya hanya melihat orang yang wajahnya putih, dan cahaya mencakup keadaan ini. (Al−Mustadrak 2:129)

Renungkanlah baik-baik insiden ini, dan perhatikan betapa banyak jawaban jelek durhaka kepada orang tua.

Bukankah perjaka itu ialah salah seorang sahabat Nabi saw, dia menjenguknya, duduk di erat kepalanya, dan dia sendiri yang mengajarkan kalimat tauhid kepada perjaka itu. Tapi ia tidak bisa mengucapkannya, sesudah ibunya memaafkan dan meridhainya barulah ia sanggup mengucapkan kalimat syahadah.

sumber : laillail.blogspot.com



4. Kisah Anak Durhaka yang Menderita Kehidupannya

Syahdan pada sekitar awal tahun 1950 an, ada sebuah keluarga di kawasan Ciamis. Sang ayah sebagai kepala keluarga ialah seorang supir pribadi dengan anak 7 orang, 6 diantaranya laki-laki. Diantara keenam anak laki-laki itu ada 1 orang anak (sebut saja namanya Cecep) yang sangat badung dan sangat garang kepada orangtuanya sendiri sehingga mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi kepada Cecep. Jika keinginannya tidak dipenuhi Cecep akan mengamuk, menghancurkan barang-barang di rumahnya bahkan sesudah Cecep menginjak remaja dia sering memaksa orangtuanya untuk menawarkan uang dengan bahaya akan membunuh orangtuanya sendiri. Sungguh Cecep telah tumbuh menjadi seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.


Setelah remaja Cecep jatuh cinta kepada seorang perempuan anggun yang berasal dari tanah minang (sebut saja namanya Mina). Awalnya orang renta Mina tidak menyetujui korelasi mereka lantaran melihat kelakuan Cecep yang tidak baik. Tapi Mina tetap mengejar-ngejar Cecep hingga mau bunuh diri kalau tidak direstui oleh orangtuanya. Akhirnya Cecep dan Mina menikah pada tahun 1975 dan mereka dikaruniai 2 orang anak, yang renta anak laki-laki dan yang kedua anak perempuan.

Pada awal pernikahan, Cecep dan Mina senang sekali lantaran harta mereka cukup banyak. Tetapi disaat anak-anaknya berusia 10 tahunan, mulailah goyang perekonomian, Cecep kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Disaat itulah mereka sering bertengkar dan Mina ingin bercerai, tetapi Cecep tidak mau. Dan risikonya Mina ingin pulang ke kampung halamannya, mereka hijrah ke sana dengan membawa kedua anaknya.Setelah hingga di tanah Minang mereka tinggal di tempat orangtua Mina.

Baru sebulan mereka tinggal disana, istrinya mengadu kepada orangtuanya bahwa dia hidup susah bersama Cecep sehingga orangtua istrinya mengusir Cecep dari rumahnya. Setelah beberapa waktu kemudian Mina dijodohkan dengan sesama orang minang hingga menikah mereka menikah, melihat insiden itu Cecep sakit hati, dia tidak bisa berontak lantaran lemah tanpa daya berada di kampung orang lain dan tanpa sanak saudara yang jauh di Jawa. Cecep menjadi  stress dan sakit hati bagai disambar petir di atas kepalanya lantaran status pernikahannya belum bercerai.

Cecep risikonya  sebatang kara sengsara jadi gelandangan, dia ingin pulang ke Ciamis tapi tidak punya ongkos tidak ada uang sepeserpun. Suatu hari Cecep bertemu dengan seorang Jawa dan orang jawa itu merasa kasihan kepadanya. Dia memberi makan dan ngobrol “darimana asalmu de?” Cecep menjawab “sayah mah dari Ciamis, sayah teh bukan orang sini, saya ingin pulang ke kampung halaman tapi tidak punya uang”. Setelah usang bercerita risikonya orang jawa itu mengajak pulang ke Jawa dengan memberi ongkos. Setelah hingga di Ciamis dan tiba di rumah orangtuanya, orang jawa itu mengantar dan menceritakan keadaan Cecep di Sumatera hidup terlunta-lunta semenjak diusir istrinya. Setelah itu orangtua Cecep berusaha mengobati ke paranormal tetapi tidak juga ada hasilnya, paranormal menyampaikan bahwa Cecep telah diguna-guna oleh istrinya biar menjadi gila.

Mendengar hal itu orangtua Cecep jadi kecewa lantaran anaknya tidak bisa sembuh lagi hingga berobat ke banyak sekali tempat.Setelah beberapa tahun kemudian orangtua Cecep meninggal dunia. Cecep hidup sendiri lagi, hanya ada seorang adiknya yang mengurusnya di Ciamis sedangkan adik-adik yang lainnya sudah berumah tangga dan takut kepada Cecep lantaran dia sering mengamuk dan jahat kepada adik-adiknya untuk melampiaskan kemarahan kepada istrinya yang menghianatinya. Menginjak usia 40 tahun, Cecep meninggal dunia di Ciamis, adik-adiknya menguburkannya. Setelah 2 tahun Cecep meninggal, anaknya yang perempuan di Sumatera juga meninggal lantaran tidak diurus oleh ibunya terkena keracunan makanan, sedangkan anak yang laki-lakinya pergi mencari ayahnya ke Jawa, tetapi sayang Cepep itu sudah meninggal dunia sehingga tidak bisa bertemu.

Dari kisah tersebut sanggup kita tarik hikmah bahwa seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya akan mengalami banyak penderitaan pada hidupnya.


Semoga kisah-kisah anak durhaka kepada orang renta di atas sanggup menjadi pelajaran bagi kita semua, aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel