Pengertian Kerja Keras Dan Misalnya Berdasarkan Agama Islam

Alkisah, dikala Rasulullah sedang dalam sebuah majelis bersama para sobat tampak cowok berbadan kekar dan besar lengan berkuasa tengah sibuk bekerja. Dia berlalu lalang di sekitar rumah Rasulullah. Melihat sikapnya, salah seorang sobat berkomentar, ”Wah, sayang sekali cowok itu, sepagi ini sudah sibuk bekerja.” Sahabat tadi pun melanjutkan ucapannya, ”Seandainya saja, kekuatan tubuhnya, umur mudanya, dan kesempatan waktunya dipakai untuk jihad fi sabilillah, sungguh alangkah baiknya.” Mendengar ucapan sahabat, Rasulullah mengingatkan biar tidak berkata demikian. Mengapa Rasulullah bersabda menyerupai itu? Mari kita temukan jawabannya dalam artikel ini.

Pengertian Kerja Keras dalam Islam

Kerja keras sanggup diartikan melakukan sesuatu dengan sungguh- sungguh untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan. Kerja keras sanggup dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rezeki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu orang lain, atau acara yang lain.

Bekerja keras ialah salah satu pedoman Islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya. Islam menganjurkan umatnya biar selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan cita-cita. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt. yang berbunyi menyerupai berikut.
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri alam abadi dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kau lupakan bagianmu di dunia . . . . (Q.S. al-Qasas [28]: 77)

Ayat 77 Surah al-Qasas  secara tegas mengingatkan bahwa kita tidak boleh hanya mementingkan kehidupan akhirat, dan melupakan kehidupan dunia. Islam mengajarkan biar insan menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Bekerja untuk dunia wajib seim- bang dengan beribadah untuk akhirat. Khusus untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan dunia, syaratnya wajib dilakukan dengan perjuangan dan kerja keras.

Contoh Kerja Keras

 dikala Rasulullah sedang dalam sebuah majelis bersama para sobat tampak cowok berbadan k Pengertian Kerja Keras dan Contohnya Menurut Agama Islam Giat dalam berguru ialah pola kerja keras. Bekerja keras telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Rasulullah saw. bekerja keras dengan cara berdagang untuk membantu perekonomian Abu Talib. Usman bin Affan bekerja keras sampai menjadi pengusaha yang sukses. Contoh lain sanggup ditemukan dalam sebuah hadis yang mengisahkan bahwa ada seorang sobat yang ingin meninggalkan urusan dunia biar lebih khusyuk beribadah. Sahabat itu berniat terus-menerus berpuasa dan beribadah sepanjang hari. Mendengar khabar tersebut, Rasulullah bersabda bahwa orang-orang yang meninggalkan dunia dan lebih mengedepankan urusan akhirat, bukan termasuk golongannya.

Hadis lain yang mengatakan pentingnya bekerja keras, menyerupai diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya ”Berbuatlah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari.” Dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan bahwa Rasulullah juga pernah mengingatkan para sobat biar tidak mencari jalan termudah dalam bekerja, contohnya dengan cara meminta-minta. Orang yang dikala di dunia menentukan bekerja mencari rezeki dengan cara meminta-minta, pada hari final akan dibalas dengan meminta-minta panasnya api neraka.

Alkisah, suatu waktu Nabi bertemu dengan seorang sobat yang berjulukan Sa'ad al-Anshari. Sahabat itu menunjukkan tangannya yang melepuh alasannya ialah kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa tanganmu hitam, garang dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah," seraya mencium tangan yang hitam, garang dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi Muhammad Saw. yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, sekarang mencium tangan yang hitam, garang dan melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup selamanya.

Contoh lain dari kerja keras sanggup ditemukan dalam uraian berikut. Fahmi duduk di kelas X Sekolah Menengah Atas di daerahnya. Sebagai seorang pelajar Fahmi selalu rajin belajar. Malam hari ia berguru dan siang hari sepulang sekolah ia mengerjakan kiprah yang diberikan guru. Sisa waktu yang dimilikinya dipergunakan untuk membantu kedua orang tuanya yang berjualan dan berguru Al-Qur’an di masjid. Tidak ada sedikit pun waktu yang dibiarkannya berlalu tanpa sesuatu yang bermanfaat.


Sumber : Pendidikan Agama Islam Kelas VII, Husni Thoyar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel