Asmaul Husna : Al-Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)

Dalam QS Ali Imran/3 ayat 9 Allah SWT berfirman :
رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَّ رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Artinya: "Ya Rabb-kami, bersama-sama Engkau mengumpulkan insan untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya (hari kiamat)'. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."

Jami’ asal katanya jama’ah yang berarti kumpulan, lebih dari satu atau banyak. Allah bersifat al-Jami’, artinya Allah Maha Mengumpulkan/Mempersatukan.
Selain pada hari simpulan zaman nanti Allah akan mengumpulkan kita. Allah bersifat al-Jami’ juga sanggup kita buktikan dalam kehidupan ini. Mari kita amati sistem tata surya, adakah sesuatu yang bisa mengumpulkan matahari, planet, meteor, asteroid, dan benda langit lainnya menjadi satu kesatuan sistem yang harmonis? Kemudian coba kita perhatikan kehidupan di dalam laut. Didalam maritim hidup banyak sekali jenis makhluk yang Allah kumpulkan menjadi sebuah ekosistem maritim yang saling berketergantungan, saling berafiliasi dan saling membutuhkan? Subhanallah !.
 bersama-sama Engkau mengumpulkan insan untuk  Asmaul Husna : Al-Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)

Itulah asma Allah al-Jami’. Ada dua pelajaran yang sanggup kita petik dari asma Allah al-Jami’.
Pertama, Allah akan mengumpulkan dan meminta pertanggungjawaban kita sebagai insan nanti pada hari Akhir. Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan kiprah kita sebagai khalifah Allah di muka bumi ini?
Kedua, sebagai khalifah, insan dipercaya Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus membumikan al-Jami’ dalam kehidupan kita. Kita harus sanggup menjadi katalisator untuk membentuk persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang utuh, serasi dan saling membutuhkan. Bayangkan bila sekelompok katak sawah mengasingkan diri, tidak mau menyatu alasannya kepentingannya dalam sebuah ekosistem sawah. Maka akan matilah seluruh burung elang, alasannya katak sawah telah mengingkari tugasnya sebagai makhluk yang Allah cipatakan sebagai makanan burung elang. Akibat dari pengingkaran kelompok katak sawah tersebut, maka hancurlah ekosistem sawah yang serasi tersebut.

Pelajaran berharga untuk kita sebagai khalifah sanggup kita ambil dari sifat al-Jami’-lah yang Allah tunjukkan dalam rantai makanan dan ekosistem sawah. Jagalah persatuan dan kesatuan sistem kehidupan, bertanggungjawablah pada kiprah dan fungsi kita masing-masing. Jangan merasa diri yang paling baik atau paling benar. Karena hanya Allah Swt. yang sanggup tetapkan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sok tahu dengan menghakimi orang lain bersalah, dan lalu kita menarik diri dari kiprah dan fungsi kita dalam sistem kehidupan. Bukankah Allah Swt telah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang pria merendahkan kumpulan yang lain, boleh Kaprikornus yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan wanita merendahkan kumpulan lainnya, boleh Kaprikornus yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan fasik sehabis beriman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Hujuraat/49:11)

Sebagai wakil dari al-Jami’ marilah kita berusaha untuk menjadi pemersatu dari segala unsur kehidupan di dunia ini biar menjadi sebuah kehidupan yang serasi dan indah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel