Hidup Damai melalui Perilaku Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaran
Friday, December 5, 2014
Edit
Hidup damai secara naluriah merupakan keinginan dari semua umat manusia yang hidup di permukaan bumi Allah Swt. ini. Tapi mengapa kedamaian itu sulit direalisasikan di dunia ini ? Mengapa manusia saling bermusuhan? Mengapa antar kelompok saling bermusuhan? Mengapa antar negara saling berperang? Salah satu penyebabnya adalah kurang mampunya manusia mengontrol dirinya sendiri, sebaliknya, dirinyalah yang mengontrolnya. Penyebab lain adalah penyakit hati manusia yang selalu berperasangka buruk terhadap orang lain, selalu berfikiran buruk terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain, padahal belum tentu demikian. Hal lain yang menyebabkan sulitnya terjadi perdamaian adalah kurangnya rasa persaudaraan antara umat manusia. Perilaku sesuai norma di berbagai lingkungan juga harus kita pahami agar dapat hidup dengan benar, tenang dan damai. Begitu juga pada saat berinteraksi dengan keluarga, teman, atau di masyarakat kita harus memperhatikan norma-norma sosial. Mari kita berusaha untuk mewujudkan impian hidup damai melalui perilaku kontrol diri, berprasangka baik dan mempererat persaudaran.
Berbeda dengan manusia secara individu, sejarah telah membuktikan bahwa jika suatu negara ingin hidup damai, maka dia harus mempersiapkan diri untuk perang. Apabila suatu negara hanya memperhatikan kesejahteraan saja, tetapi mengabaikan kepentingan pertahanan dan keamanannya, maka negara itu mudah ditekan atau dikalahkan oleh suatu negara kecil lainnya, yang sudah siap untuk mengadakan perang. (Sumber : Berpartisipasi dalam Usaha Bela Negara)
Kontrol diri, pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan suatu sikap, tindakan atau perilaku seorang manusia yang dilakukannya secara sadar baik direncanakan ataupun tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat lingkungannya. Pengendalian diri adalah satu aspek penting dalam "kecerdasan emosi" (emotional quotient). Aspek ini sangat penting dalam kehidupan kita sebab musuh kita yang terbesar bukanlah berada di luar diri kita, tetapi justru terdapat di dalam diri kita sendiri. Jadi, kemana pun kita pergi, maka kita akan selalu diikuti oleh “musuh” yang ada dalam diri kita.
Pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan aspek yang perlu kita latih sejak dini. Jangan mengharapkan aspek kemampuan untuk menguasai diri kita akan turun dari langit, hal itu tidak akan pernah ada. Kita harus memperolehnya dengan melakukan proses yang panjang dalam pengalaman hidup selama berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Dalam sebuah kata bijak menyebutkan, “Dapat menguasai diri ibarat mengalahkan sebuah kota”. Sehubungan dengan kontrol diri, kita hanya memiliki dua pilihan, dikuasai atau menguasai. Diri yang melekat pada kita sekarang ini dapat menguasai kita atau kita yang menguasainya, dapat menjadi sahabat atau malah menjadi musuh. Semua itu tergantung pilihan kita menjalani hidup ini.
Salah satu yang harus kita kendalikan dalam diri kita adalah perilaku berprasangka buruk kepada orang lain. Sering kali kita menyaksikan tawuran antar pelajar, bentrok antar warga, perkelahian antara teman, bahkan sampai peperangan antar bangsa. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing kelompok saling mencurigai dan saling berprasangka buruk terhadap yang lainnya. Mengapa kecurigaan atau prasangka buruk dapat timbul? Adanya kecurigaan atau prasangka buruk dikarenakan tidak mampunya seseorang mengendalikan diri. Orang yang dapat mengendalikan diri akan mampu menyelesaikan masalah tanpa harus dengan melakukan kekerasan atau main hakim sendiri. Kita harus melatih diri kita agar dapat mengubah prasangka buruk menjadi prasangka baik.
Secara alamiah, perilaku prasangka baik akan menjdikan kehidupan kita menjadi tenteram dan damai, akan terjalin persaudaraan (ukhuwah), dan saling pengertian. Sebaliknya jika kita selalu berprasangka buruk, niscaya kita akan selalu berhadapan dengan permusuhan antar sesama dan akan menyebabkan tidak adanya ketentraman dalam menjalani kehidupan kita.
Allah Swt. lewat firman-Nya dalam Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk selalu mengontrol diri sehingga tidak terjebak kepada perbuatan yang tercela. Allah Swt. juga memerintahkan kepada kita untuk selalu menjaga prasangka baik, menjaga kerukunan dan mempererat ukhuwah atau persaudaraan, baik sesama umat Islam maupun dengan yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak ayat-ayat al-Qur’an tentang perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzhzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) berikut ini.
Allah Swt. berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Anfal/ 8: 72)
Allah Swt. juga berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al-Hujurat /49: 10)
Dalam ayat yang lain, Allah Swt. juga berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Q.S. Al-Hujurat /49: 12)
Berbeda dengan manusia secara individu, sejarah telah membuktikan bahwa jika suatu negara ingin hidup damai, maka dia harus mempersiapkan diri untuk perang. Apabila suatu negara hanya memperhatikan kesejahteraan saja, tetapi mengabaikan kepentingan pertahanan dan keamanannya, maka negara itu mudah ditekan atau dikalahkan oleh suatu negara kecil lainnya, yang sudah siap untuk mengadakan perang. (Sumber : Berpartisipasi dalam Usaha Bela Negara)
Kontrol diri, pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan suatu sikap, tindakan atau perilaku seorang manusia yang dilakukannya secara sadar baik direncanakan ataupun tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat lingkungannya. Pengendalian diri adalah satu aspek penting dalam "kecerdasan emosi" (emotional quotient). Aspek ini sangat penting dalam kehidupan kita sebab musuh kita yang terbesar bukanlah berada di luar diri kita, tetapi justru terdapat di dalam diri kita sendiri. Jadi, kemana pun kita pergi, maka kita akan selalu diikuti oleh “musuh” yang ada dalam diri kita.
Pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan aspek yang perlu kita latih sejak dini. Jangan mengharapkan aspek kemampuan untuk menguasai diri kita akan turun dari langit, hal itu tidak akan pernah ada. Kita harus memperolehnya dengan melakukan proses yang panjang dalam pengalaman hidup selama berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Dalam sebuah kata bijak menyebutkan, “Dapat menguasai diri ibarat mengalahkan sebuah kota”. Sehubungan dengan kontrol diri, kita hanya memiliki dua pilihan, dikuasai atau menguasai. Diri yang melekat pada kita sekarang ini dapat menguasai kita atau kita yang menguasainya, dapat menjadi sahabat atau malah menjadi musuh. Semua itu tergantung pilihan kita menjalani hidup ini.
Salah satu yang harus kita kendalikan dalam diri kita adalah perilaku berprasangka buruk kepada orang lain. Sering kali kita menyaksikan tawuran antar pelajar, bentrok antar warga, perkelahian antara teman, bahkan sampai peperangan antar bangsa. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing kelompok saling mencurigai dan saling berprasangka buruk terhadap yang lainnya. Mengapa kecurigaan atau prasangka buruk dapat timbul? Adanya kecurigaan atau prasangka buruk dikarenakan tidak mampunya seseorang mengendalikan diri. Orang yang dapat mengendalikan diri akan mampu menyelesaikan masalah tanpa harus dengan melakukan kekerasan atau main hakim sendiri. Kita harus melatih diri kita agar dapat mengubah prasangka buruk menjadi prasangka baik.
Secara alamiah, perilaku prasangka baik akan menjdikan kehidupan kita menjadi tenteram dan damai, akan terjalin persaudaraan (ukhuwah), dan saling pengertian. Sebaliknya jika kita selalu berprasangka buruk, niscaya kita akan selalu berhadapan dengan permusuhan antar sesama dan akan menyebabkan tidak adanya ketentraman dalam menjalani kehidupan kita.
Allah Swt. lewat firman-Nya dalam Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk selalu mengontrol diri sehingga tidak terjebak kepada perbuatan yang tercela. Allah Swt. juga memerintahkan kepada kita untuk selalu menjaga prasangka baik, menjaga kerukunan dan mempererat ukhuwah atau persaudaraan, baik sesama umat Islam maupun dengan yang lainnya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak ayat-ayat al-Qur’an tentang perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzhzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) berikut ini.
Allah Swt. berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Anfal/ 8: 72)
Allah Swt. juga berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al-Hujurat /49: 10)
Dalam ayat yang lain, Allah Swt. juga berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Q.S. Al-Hujurat /49: 12)