Kisah Teladan Nabi Daud as. dan Kaumnya
Monday, January 19, 2015
Edit
Dikisahkan bahwa kehidupan rakyat di wilayah kerajaan Nabi Daud as. hidup dalam keadaan damai dan sejahtera. Mereka malaksanakan ibadah pada hari Jum’at dan bekerja pada hari-hari yang lain Atas perintah Allah Swt. Di sebuah wilayah yang bernama Kota Aylah yang masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Para nelayan itu ingin mengganti hari ibadah ini menjadi hari Sabtu.
“Apa yang terjadi pada kalian...?” kata Yahuda, “Aku lihat kalian bingung dan ragu. Bukankah ini adalah wilayah kita? Bukankah kita yang paling tahu mengenai profesi kita sebagai nelayan? Mari satukan langkah dan kita tentang peraturan pemerintah mengenai hari beribadah ini, pokoknya ini demi kepentingan kita.”
“Benar Yahuda.” sambung yang lain. “Kita harus bersatu untuk menyampaikan aspirasi ini kepada Nabi Daud as., dia pasti setuju.”
Yahuda berkata, “Kita mengganti hari peribadatan kita demi kepentingan pekerjaan kita. Kita bekerja mulai hari Ahad sampai Jum’at, setelah mendapat ikan yang banyak, maka di hari Sabtu kita beribadah. Dengan demikian pikiran kita saat beribadah menjadi tenang. Begitu teman-teman, setuju....?” kata Yahuda meyakinkan. Mereka menjawab dengan serempak, “Setuju...”
Ketika sedang asyik membicarakan hal tersebut, tiba-tiba Nabi Daud as. datang. Mereka segera keluar menemui Nabi Daud as. Kata Nabi Daud as., “Apakah kalian hendak berpaling dari perintah Allah, dan menetapkan hukum sendiri yang bertentangan dengan perintah-Nya”
“Nabiyullah, untuk wilayah ini hari Jum’at tidak cocok untuk digunakan beribadah. Kami bekerja keras selama seminggu hingga badan kami terlalu lelah untuk beribadah pada hari Jum’at. Kami ingin melepas lelah pada hari Jum’at dan beribadah pada hari Sabtu,” bantah salah seorang kaumnya.
“Bukankah Allah telah mengingatkan kita akan hari Sabtu, mengapa kalian ngotot untuk beribadah pada hari itu?” Kata Nabi Daud. “Pokoknya kami hanya mau beribadah pada hari Sabtu,” tegas Yahuda melawan.
“Saudara-saudara sekalian, aku ingin mengingatkan kalian akan murka dan azab Allah yang sangat pedih. Kalian sudah sering mengkhianati nabi-nabi kalian sendiri. Kalian gemar berbuat maksiat dan kemungkaran. Apakah kalian lupa dengan nikmat yang telah Allah anugerahkan?” Daud mengingatkan mereka.
Mendengar nasihat ini Bani Israil terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok orang-orang yang sadar. Kelompok kedua ialah mereka yang menentang. Mereka berpikir Nabi Daud tidak menghendaki mereka hidup sejahtera dan hanya memfokuskan hidup pada ibadah semata. Kelompok ketiga ialah kelompok yang kebingungan. Mereka memperhatikan kelompok pertama, tetapi juga mencermati kelompok kedua. Akhirnya mereka mengikuti kelompok yang menjanjikan harta dan kekayaan dunia pada mereka. Tindakan Bani Israil ini membuat Allah murka. Allah kemudian memerintahkan Nabi Daud untuk melarang orang-orang melaut pada hari Sabtu.
Hari-hari berlalu, dikisahkan Amdan merupakan pemuda yang malas beribadah. Amdan sangat gemas melihat ikan-ikan malah bergerombol di tepi pantai pada hari sabtu, hari di mana mereka tidak diperbolehkan menangkap ikan. Amdan kemudian berpikir keras hingga terbesit ide licik di kepalanya.
Ia membuat jaring yang amat besar yang dapat menutupi hampir seluruh bibir pantai. Karena ia dilarang melaut pada hari Sabtu, ia memasang jaring itu pada malam Sabtu lalu mengambil jaring pada hari Ahad pagi.
Pada pagi ahad yang telah ia nanti, Amdan memanggil semua nelayan agar ikut bersamanya ke laut. Luar biasa! Mereka mendapatkan hasil yang amat melimpah. Nelayan yang lain sampai terheran-heran dengan hasil tangkapan yang didapatkan. Nelayan lain akhirnya mengikuti apa yang telah dilakukan Amdan. Namun, wilayah pemasangan jaring di tepi pantai sebagian besar sudah dikuasai oleh Amdan. Mereka sadar bahwa Amdan telah berlaku curang dengan memonopoli wilayah penangkapan ikan. Nelayan-nelayan itu marah dan emosional. Kekacauan dan pertengkaran terjadi di mana-mana. Mereka mengikuti hawa nafsunya untuk berebut harta benda.
Hingga pada suatu malam yang sangat mencekam langit nampak begitu menakutkan dan laut seakan mengamuk. Tak seorang pun yang berani keluar rumah. Setelah pagi menjelang angin bertiup lembut dan laut tampak tenang. Orang-orang keluar untuk mencari nafkah, tetapi ada yang aneh di perkampungan orang-orang yang ingkar itu jalan- jalan tampak sepi dan semua rumah tertutup rapat. Mereka yang ingkar itu berubah wujud menjadi kera dan babi. Penderitaan ini mereka alami selama tiga hari, tanpa makan dan tanpa minum. Inilah balasan bagi mereka yang durhaka dan sombong.
Sumber: www.islamnyamuslim.com
“Apa yang terjadi pada kalian...?” kata Yahuda, “Aku lihat kalian bingung dan ragu. Bukankah ini adalah wilayah kita? Bukankah kita yang paling tahu mengenai profesi kita sebagai nelayan? Mari satukan langkah dan kita tentang peraturan pemerintah mengenai hari beribadah ini, pokoknya ini demi kepentingan kita.”
“Benar Yahuda.” sambung yang lain. “Kita harus bersatu untuk menyampaikan aspirasi ini kepada Nabi Daud as., dia pasti setuju.”
Yahuda berkata, “Kita mengganti hari peribadatan kita demi kepentingan pekerjaan kita. Kita bekerja mulai hari Ahad sampai Jum’at, setelah mendapat ikan yang banyak, maka di hari Sabtu kita beribadah. Dengan demikian pikiran kita saat beribadah menjadi tenang. Begitu teman-teman, setuju....?” kata Yahuda meyakinkan. Mereka menjawab dengan serempak, “Setuju...”
Ketika sedang asyik membicarakan hal tersebut, tiba-tiba Nabi Daud as. datang. Mereka segera keluar menemui Nabi Daud as. Kata Nabi Daud as., “Apakah kalian hendak berpaling dari perintah Allah, dan menetapkan hukum sendiri yang bertentangan dengan perintah-Nya”
“Nabiyullah, untuk wilayah ini hari Jum’at tidak cocok untuk digunakan beribadah. Kami bekerja keras selama seminggu hingga badan kami terlalu lelah untuk beribadah pada hari Jum’at. Kami ingin melepas lelah pada hari Jum’at dan beribadah pada hari Sabtu,” bantah salah seorang kaumnya.
“Bukankah Allah telah mengingatkan kita akan hari Sabtu, mengapa kalian ngotot untuk beribadah pada hari itu?” Kata Nabi Daud. “Pokoknya kami hanya mau beribadah pada hari Sabtu,” tegas Yahuda melawan.
“Saudara-saudara sekalian, aku ingin mengingatkan kalian akan murka dan azab Allah yang sangat pedih. Kalian sudah sering mengkhianati nabi-nabi kalian sendiri. Kalian gemar berbuat maksiat dan kemungkaran. Apakah kalian lupa dengan nikmat yang telah Allah anugerahkan?” Daud mengingatkan mereka.
Mendengar nasihat ini Bani Israil terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok orang-orang yang sadar. Kelompok kedua ialah mereka yang menentang. Mereka berpikir Nabi Daud tidak menghendaki mereka hidup sejahtera dan hanya memfokuskan hidup pada ibadah semata. Kelompok ketiga ialah kelompok yang kebingungan. Mereka memperhatikan kelompok pertama, tetapi juga mencermati kelompok kedua. Akhirnya mereka mengikuti kelompok yang menjanjikan harta dan kekayaan dunia pada mereka. Tindakan Bani Israil ini membuat Allah murka. Allah kemudian memerintahkan Nabi Daud untuk melarang orang-orang melaut pada hari Sabtu.
Hari-hari berlalu, dikisahkan Amdan merupakan pemuda yang malas beribadah. Amdan sangat gemas melihat ikan-ikan malah bergerombol di tepi pantai pada hari sabtu, hari di mana mereka tidak diperbolehkan menangkap ikan. Amdan kemudian berpikir keras hingga terbesit ide licik di kepalanya.
Ia membuat jaring yang amat besar yang dapat menutupi hampir seluruh bibir pantai. Karena ia dilarang melaut pada hari Sabtu, ia memasang jaring itu pada malam Sabtu lalu mengambil jaring pada hari Ahad pagi.
Pada pagi ahad yang telah ia nanti, Amdan memanggil semua nelayan agar ikut bersamanya ke laut. Luar biasa! Mereka mendapatkan hasil yang amat melimpah. Nelayan yang lain sampai terheran-heran dengan hasil tangkapan yang didapatkan. Nelayan lain akhirnya mengikuti apa yang telah dilakukan Amdan. Namun, wilayah pemasangan jaring di tepi pantai sebagian besar sudah dikuasai oleh Amdan. Mereka sadar bahwa Amdan telah berlaku curang dengan memonopoli wilayah penangkapan ikan. Nelayan-nelayan itu marah dan emosional. Kekacauan dan pertengkaran terjadi di mana-mana. Mereka mengikuti hawa nafsunya untuk berebut harta benda.
Hingga pada suatu malam yang sangat mencekam langit nampak begitu menakutkan dan laut seakan mengamuk. Tak seorang pun yang berani keluar rumah. Setelah pagi menjelang angin bertiup lembut dan laut tampak tenang. Orang-orang keluar untuk mencari nafkah, tetapi ada yang aneh di perkampungan orang-orang yang ingkar itu jalan- jalan tampak sepi dan semua rumah tertutup rapat. Mereka yang ingkar itu berubah wujud menjadi kera dan babi. Penderitaan ini mereka alami selama tiga hari, tanpa makan dan tanpa minum. Inilah balasan bagi mereka yang durhaka dan sombong.
Sumber: www.islamnyamuslim.com