Hikmah Di Balik Rukun-Wajib Haji

Ihram

Ihram yaitu berpakaian serba putih tanpa jahitan. Pakaian ihram itu warnanya putih. Dalam buku The Power of Colour, Putih membuktikan sebuah filsafat kesucian, kebersihan, clean, clear, bright. Kesucian dalam bahasa agama dikenal dengan ikhlas. Ikhlas (sincerity) yaitu perbuatan give more get even more. Yang disebut dengan ketulusan yaitu berikan lebih, get even more, kita akan mendapat yang lebih banyak lagi. Artinya pada dikala memperlihatkan sesuatu pada orang lain tidak pernah megharapkan satu balasan. Walau begitu, Allah akan memperlihatkan satu jawaban yang lebih dari apa yang diberikan ketika kita tidak pernah memikirkan imbalan. Selain itu Ihram juga menyimbolkan persamaan manusia, semua berpakaian sama siapapun orangnya. Kemudian ihram juga menyimbolkan kesederhanaan.

Thawaf

Thawaf yaitu mengelilingi ka’bah sebanyak 7 putaran. Simbol keselarasan dengan Alam, sebagaimana bumi yang berputar pada porosnya, planet-planet yang berputar pada bintang, ataupun elektron yang berputar pada inti Atom. Thawaf mengajarkan untuk hidup selaras dengan Alam, sehingga kerusakan di dunia sanggup dihindari.

Sa'i

Sa’i yaitu sebuah refleksi ketangguhan dalam pertualangan (struggle). Bisa dibayangkan seorang Hajar (ibu) dengan bayi yang masih merah harus berjuang dengan berat antara Safa dan Marwah. Tidak satu kali, namun 7 kali, di kawasan yang sama bolak-baik mencari sebuah solusi.

Jika direnungkan hal ini, niscaya kebijaksanaan akan menyebutkan sebagai suatu yang tidak beralasan (unreasonable). Logika akan menyebutkan bahwa sebenanrnya 2 kalipun sudah cukup, mengapa harus 7 kali, tidak ada satu hal yang berubah dalam proses tersebut. Tapi itulah semangat usaha dan kemauan untuk berkorban dari Siti Hajar. Jika pesan tersirat ini diambil sebagai pesan moral dalam kehidupan, maka kita akan menyadari bahwa hidup yaitu perjuangan, tidak ada hidup tanpa usaha (life is struggle, there is no life without struggle).


Jumrah

Melempar jumrah pada hakikatnya yaitu melempar kerikil yang simbolnya yaitu setan. Artinya ada satu pertarungan kekal antara kita dengan setan. Kita tidak berteman dengan setan. Setan yaitu musuh dalam kehidupan. Pertanyaannya, sudahkah kita juga siap untuk melawan setan sesudah kembali ke tanah air? Setan dalam artian bathiniyyah sanggup berbentuk harta, jabatan dan segala macam yang sanggup memalingkan kita dari kehendak Tuhan. Bagaimana setan dalam bentuk insan yang senantiasa mengajak kepada perbuatan mungkar menyerupai mengajak untuk korupsi, merayu untuk khalwat dan berzina, sungguh kemauan dan keberaniaan kita menjadi taruhannya. Jumrah mengajarkan kita untuk siap menolak semuan rayuan walaupun kita harus bertempur dengan batu.

Wukuf

Pada dikala wukuf kita sedang melaksanakan kontemplasi, sesuai dengan ungkapan Umar R.A, “Haasibu anfusakum qabla an tuha sabu”, (periksalah dirimu sebelum Allah memeriksamu di akhirat). Wukuf juga menjadi simbolisasi proses padang mahsyar di akhirat, dimana insan akan di hisab (di hitung amal baik dan buruk).

Wukuf yaitu sebuah transisi kehidupan sebelum wukuf yang penuh dengan perbuatan jelek atau hanya baik menuju (transisi) kepada perbuatan baik atau lebih baik pasca wukuf. Inilah yang disebut dengan haji mabrur. Haji yang menghantarkan pelakunya ke arah yang lebih baik sesudah ia melaksanakan ibadah haji.
(Disarikan dari :myasiryusuf.blogspot.com/2010/05/wisdom-of-hajj.html)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel