Akhlak Tercela : Pengertian Perilaku Ananiah, Gadab, Hasad, Gibah, dan Namimah beserta Dalilnya
Monday, October 12, 2015
Edit
Di dalam hidup bermasyarakat kita bergaul dengan banyak orang, ada yang memiliki akhlak baik dan ada yang jelek. Dalam bergaul hendaknya kita tidak terpengaruh dengan akhlak yang jelek dan selalu berusaha berakhlak baik.
Akhlak baik dan mulia akan menghantarkan seseorang pada posisi tinggi dan terhormat. Sebaliknya akhlak yang jelek akan membuat seseorang jatuh ke lembah kenistaan. Akhlak baik biasa disebut akhlakul mahmudah, sedangkan akhlak yang jelek disebut sebagai akhlakul mazmumah. Pada bab ini kita akan membahas mengenai beberapa akhlak tercela, seperti ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah. Tahukah kalian apa saja kejelekan dari perbuatan itu? Mari kita mempelajarinya dengan harapan kita bisa menghindarinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Budi tidak suka bila usulnya tidak diterima. Budi lalu mengancam akan keluar dari susunan kepanitiaan apabil usulnya tetap tidak diterima. Budi mengambil risiko kehilangan teman-temannya hanya demi kepentingan pribadi untuk mendapatkan uang sewa. Baik atau tidakkah menurut kalian sifat Budi itu? Sikap Budi itu tergolong ke dalam salah satu sifat tercela, yaitu ananiah atau egois.
Sifat egois adalah perbuatan atau tingkah laku yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memerhatikan lingkungan sekelilingnya, dan kepentingan bersama. Perbuatan itu bertentangan dengan ajaran Islam dimana Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memerhatikan dan saling tolong-menolong antara satu dengan yang lain dalam hal kebaikan dan takwa.
Apa akibat negatif dari orang yang memiliki sifat egois? Firman Allah swt. dalam Surah al-Maidah ayat 2 berikut ini:
Artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Sifat egois bila dibiarkan akan menjadi sifat sombong, kikir, dan takabur. Semua sifat itu dilarang oleh Allah swt. Dalam sejarah umat manusia, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bahkan kesempurnaan hidup seseorang terletak pada kesanggupan hidup bersama orang lain.
Sifat egois tumbuh dan berkembang dari bujukan nafsu, setan dan pengaruh orang yang bersikap egois. Benih tumbuhnya sifat egois adalah perasaan mampu hidup tanpa pertolongan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. Firman Allah swt. dalam Surah Lukman ayat 18 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong dan membanggakan diri." (Q.S. Luqman/31 : 18)
Manusia marah pada manusia lain adalah wajar. Akan tetapi kemarahan yang berlarut-larut melanggar ajaran agama Islam. Islam mengajarkan apabila seorang muslim berselisih dengan sesamanya, tidak boleh lebih dari 3 hari. Bukankah dengan kesalahan orang lain, berarti kita dapat belajar dari kesalahan itu?
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Tidak ada seorang muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari." (H.R. al-Bukhari Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Artinya: "Haram hukumnya bagi seorang muslim untuk bermarahan dengan saudara muslimnya lebih dari tiga hari, dan bila dua orang muslim bertemu, mereka saling berolok-olok dan saling menantang, dan yang terbaik antara keduanya adalah yang memulai dengan salam." (H.R. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Kita wajib menjauhi rasa amarah. Apabila sesuatu terjadi dan membuat kita marah, maka diamlah sesaat, tarik nafas dan berdoa kepada Allah swt. agar diberi kekuatan dan kesabaran. Orang yang kuat sesungguhnya bukanlah orang yang perkasa dan gagah jasmaninya, tapi orang yang bisa mengendalikan rasa amarahnya. Jadi, sebelum terlambat dan lalu menyesal, bijaksanalah dalam mengelola hati dan perasaan.
Artinya: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sampai ia merasa senang dengan kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan harapan hal itu terjadi pada dirinya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Atau juga perumpamaan seperti berikut ini:
Artinya: "Seorang mu'min terhadap mu'min lainnya bagai suatu bangunan yang menopang satu bagian dengan bagian lainnya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Sifat dengki mengakibatkan buruk bagi pribadi seseorang. Sifat dengki juga dapat merusak tatanan hidup yang rukun dan harmonis di masyarakat. Oleh karenanya, sifat dengki dicela dalam Islam. Bahkan Rasulullah saw. menegaskan kalau dengki adalah duri dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, serta racun dalam kehidupan beragama.
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Jauhkan dirimu dari dengki karena dengki itu memakan kebaikan, tak ubahnya sebagaimana api membakar kayu kering." (H.R. Abu Dawud)
Firman Allah swt. dalam Surah al Hujurat ayat 12 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik." (Q.S. al-Hujurat/49: 12)
Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai, terutama bangkai manusia, terlebih lagi saudara kita sendiri. Gibah sangat menjijikkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan ditinggalkan. Balasan untuk orang-orang yang suka gibah, seperti diceritakan oleh Rasulullah saw., adalah di akhirat nanti mereka akan menjadi kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku mereka yang terbuat dari tembaga.
Akan tetapi, dengan alasan tertentu, ada gibah yang diperbolehkan. Gibah yang diperbolehkan antara lain:
Allah swt. berfirman dalam Surah al-Humazah ayat 1 berikut ini:
Artinya: "Celakalah untuk setiap pengumpat dan pencela." (Q.S. al-Humazah/104: 1)
Namimah juga dapat berbentuk provokasi atau memanas- manasi situasi agar terjadi perselisihan. Perilaku mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak dan menciptakan perselisihan agar putus ikatan persaudaraan atau persahabatan.
Allah swt. berfirman dalam Surah al-Qalam:
Artinya: "Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah." (Q.S. al-Qalam/68: 10-11)
Dalam sebuah hadis disebutkan:
Artinya: "Diriwayatkan Huzaifah: Saya mendengar Rasulullah bersabda; Tidak akan masuk surga tukang adu domba." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
1. Mementingkan diri sendiri.
2. Segala sesuatu diatasi dengan emosi.
3. Tidak senang temannya dapat nilai baik.
4. Membicarakan orang yang tidak disukai.
5. Mengadu domba antara satu dengan yang lain.
6. Tidak mau bekerja sama dengan teman.
7. Jika diingatkan baik bahkan marah.
8. Senang jika temannya tidak berhasil.
9. Menceritakan aib temannya kepada yang lain.
10. Menyebarkan khabar agar jadi kacau.
Sumber : Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VIII, Kemdikbud
Akhlak baik dan mulia akan menghantarkan seseorang pada posisi tinggi dan terhormat. Sebaliknya akhlak yang jelek akan membuat seseorang jatuh ke lembah kenistaan. Akhlak baik biasa disebut akhlakul mahmudah, sedangkan akhlak yang jelek disebut sebagai akhlakul mazmumah. Pada bab ini kita akan membahas mengenai beberapa akhlak tercela, seperti ananiah, gadab, hasad, gibah, dan namimah. Tahukah kalian apa saja kejelekan dari perbuatan itu? Mari kita mempelajarinya dengan harapan kita bisa menghindarinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Pengertian Ananiah (Egois)
Menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., Fahmi, ketua Remaja Masjid 'Al-Falah' mengumpulkan para pengurus dan anggotanya. Fahmi mengadakan rapat untuk membahas persiapan meng-hadapi peringatan hari besar Islam itu. Setelah ia memaparkan tugas panitia dan susunan acara, seorang anggota bernama Budi memberikan usul. Budi menyarankan untuk menggunakan sound system miliknya yang biasa digunakan dalam keperluan acara-acara umum. Akan tetapi setelah dimusya-warahkan dan melihat anggaran dana yang ada, akhirnya diputuskan untuk menggunakan sound system masjid.Budi tidak suka bila usulnya tidak diterima. Budi lalu mengancam akan keluar dari susunan kepanitiaan apabil usulnya tetap tidak diterima. Budi mengambil risiko kehilangan teman-temannya hanya demi kepentingan pribadi untuk mendapatkan uang sewa. Baik atau tidakkah menurut kalian sifat Budi itu? Sikap Budi itu tergolong ke dalam salah satu sifat tercela, yaitu ananiah atau egois.
Sifat egois adalah perbuatan atau tingkah laku yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memerhatikan lingkungan sekelilingnya, dan kepentingan bersama. Perbuatan itu bertentangan dengan ajaran Islam dimana Islam menganjurkan kepada umatnya untuk memerhatikan dan saling tolong-menolong antara satu dengan yang lain dalam hal kebaikan dan takwa.
Apa akibat negatif dari orang yang memiliki sifat egois? Firman Allah swt. dalam Surah al-Maidah ayat 2 berikut ini:
Artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Sifat egois bila dibiarkan akan menjadi sifat sombong, kikir, dan takabur. Semua sifat itu dilarang oleh Allah swt. Dalam sejarah umat manusia, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bahkan kesempurnaan hidup seseorang terletak pada kesanggupan hidup bersama orang lain.
Sifat egois tumbuh dan berkembang dari bujukan nafsu, setan dan pengaruh orang yang bersikap egois. Benih tumbuhnya sifat egois adalah perasaan mampu hidup tanpa pertolongan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. Firman Allah swt. dalam Surah Lukman ayat 18 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong dan membanggakan diri." (Q.S. Luqman/31 : 18)
Pengertian Gadab (Marah)
Orang yang memiliki sifat pemarah cenderung mengedepankan emosi. Orang dengan sifat pemarah biasanya akan mengalami penyesalan di waktu kemudian.Manusia marah pada manusia lain adalah wajar. Akan tetapi kemarahan yang berlarut-larut melanggar ajaran agama Islam. Islam mengajarkan apabila seorang muslim berselisih dengan sesamanya, tidak boleh lebih dari 3 hari. Bukankah dengan kesalahan orang lain, berarti kita dapat belajar dari kesalahan itu?
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Tidak ada seorang muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari." (H.R. al-Bukhari Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Artinya: "Haram hukumnya bagi seorang muslim untuk bermarahan dengan saudara muslimnya lebih dari tiga hari, dan bila dua orang muslim bertemu, mereka saling berolok-olok dan saling menantang, dan yang terbaik antara keduanya adalah yang memulai dengan salam." (H.R. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Kita wajib menjauhi rasa amarah. Apabila sesuatu terjadi dan membuat kita marah, maka diamlah sesaat, tarik nafas dan berdoa kepada Allah swt. agar diberi kekuatan dan kesabaran. Orang yang kuat sesungguhnya bukanlah orang yang perkasa dan gagah jasmaninya, tapi orang yang bisa mengendalikan rasa amarahnya. Jadi, sebelum terlambat dan lalu menyesal, bijaksanalah dalam mengelola hati dan perasaan.
Pengertian Pengertian Hasad (Dengki/Iri)
Hasad maknanya perasaan tidak senang yang terus menerus pada nasib baik/keberuntungan/kesenangan orang lain. Setiap muslim tidak boleh memperlihatkan sifat iri dan dengki pada saudara-saudaranya. Sebaliknya, dia harus bersikap senang, bila seseorang mendapatkan apa yang juga menjadi harapannya. Sabda Rasulullah saw.:Artinya: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sampai ia merasa senang dengan kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan harapan hal itu terjadi pada dirinya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Atau juga perumpamaan seperti berikut ini:
Artinya: "Seorang mu'min terhadap mu'min lainnya bagai suatu bangunan yang menopang satu bagian dengan bagian lainnya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Sabda Rasulullah saw.:
Artinya: "Jauhkan dirimu dari dengki karena dengki itu memakan kebaikan, tak ubahnya sebagaimana api membakar kayu kering." (H.R. Abu Dawud)
Pengertian Gibah (Menggunjing)
Gibah maknanya menceritakan sesuatu yang tidak disukainya kepada orang lain. Mendengarkan orang yang sedang ghibah dengan sikap kagum dan menyetujui apa yang dikatakannya, maka hukumnya adalah sama dengan gibah.Firman Allah swt. dalam Surah al Hujurat ayat 12 berikut ini:
Artinya: "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik." (Q.S. al-Hujurat/49: 12)
Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai, terutama bangkai manusia, terlebih lagi saudara kita sendiri. Gibah sangat menjijikkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan ditinggalkan. Balasan untuk orang-orang yang suka gibah, seperti diceritakan oleh Rasulullah saw., adalah di akhirat nanti mereka akan menjadi kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku mereka yang terbuat dari tembaga.
Akan tetapi, dengan alasan tertentu, ada gibah yang diperbolehkan. Gibah yang diperbolehkan antara lain:
- Orang yang dizalimi boleh menceritakan kepada hakim mengenai kezaliman yang dilakukan terhadapnya.
- Meminta bantuan untuk mengubah kemungkaran dengan menceritakan kepada orang yang mampu mengubah kemungkaran menjadi kebenaran.
- Bercerita kepada seorang mufti/ahli untuk meminta fatwa.
- Memperingatkan kaum muslimin dari kejahatan seseorang.
- Dengan cara menyesali perbuatan itu dan bertekad untuk tidak lagi mengulanginya.
- Bila gibah sudah terdengar pada orang yang bersangkutan, maka ia harus mengemukakan alasan dan meminta maaf.
Pengertian Namimah (Adu Domba/Provokasi)
Namimah mengandung arti mengadu domba antara pihak satu dengan pihak yang lain. Orang yang mempunyi penyakit hati namimah suka sekali menyebarkan khabar yang menimbulkan kekacauan antar manusia. Namimah termasuk dosa besar yang diharamkan.Allah swt. berfirman dalam Surah al-Humazah ayat 1 berikut ini:
Artinya: "Celakalah untuk setiap pengumpat dan pencela." (Q.S. al-Humazah/104: 1)
Namimah juga dapat berbentuk provokasi atau memanas- manasi situasi agar terjadi perselisihan. Perilaku mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak dan menciptakan perselisihan agar putus ikatan persaudaraan atau persahabatan.
Allah swt. berfirman dalam Surah al-Qalam:
Artinya: "Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah." (Q.S. al-Qalam/68: 10-11)
Dalam sebuah hadis disebutkan:
Artinya: "Diriwayatkan Huzaifah: Saya mendengar Rasulullah bersabda; Tidak akan masuk surga tukang adu domba." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Contoh Perilaku Ananiah, Gadab, Hasad, Gibah, dan Namimah
Tuliskan perilaku pada apa yang dinyatakan-pernyataan berikut ini!1. Mementingkan diri sendiri.
2. Segala sesuatu diatasi dengan emosi.
3. Tidak senang temannya dapat nilai baik.
4. Membicarakan orang yang tidak disukai.
5. Mengadu domba antara satu dengan yang lain.
6. Tidak mau bekerja sama dengan teman.
7. Jika diingatkan baik bahkan marah.
8. Senang jika temannya tidak berhasil.
9. Menceritakan aib temannya kepada yang lain.
10. Menyebarkan khabar agar jadi kacau.
Menghindari Perilaku Ananiah, Gadab, Hasad, Gibah, dan Namimah
Cara menghindari perilaku ananinah, gadab, hasad, gibah dan namimah adalah seperti berikut ini:- Menyadari segala sesuatu yang dimiliki adalah milik Allah swt.
- Menyadari pemasok akan mengalami penyesalan di lalu hari.
- Keberhasilan yang kita raih semata-mata karunia dari Allah swt.
- Menceritakan kejelekan orang lain adalah perbuatan dosa.
- Menyadari mengadu domba di akhirat nanti akan celaka.
Sumber : Pendidikan Agama Islam SMP Kelas VIII, Kemdikbud