Karomah K.H. Hasyim Asyari Jombang (Sang Kiai)
Wednesday, April 11, 2012
Edit
Karomah K.H. HASYIM ASYARI JOMBANG (SANG KIAI)
Di Indonesia, siapa pun pastinya kenal dengan tokoh KH Hasim Asy’ari, khususnya kelompok nahdliyyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU), selaku ulama yang mumpuni secara keilmuan sekaligus tokoh pendiri NU. Ia sungguh mahir dalam mengajar ilmu agama. Terbukti, di saat Kiai Hasyim Asy’ari sedang mengaji kitab Shahih Bukhari, menyerupai membaca kitabnya sendiri.Ini memamerkan penguasaan dalam ilmu Hadits sungguh mendalam.
Suatu kisah karomahnya terjadi usai waktu dhuhur. Pada suatu waktu Kiai Hasyim Asy’ari mengajar kitab di hadapan para santri dalam jumlah yang banyak. Di tengah pengajian, ia melemparkan tongkatnya ke depan dan mengenak pada muridnya. Ia bersikap apatis dan tidak mau menghiraukan tongkatnya yang mengena pada santrinya. Santri yang kesakitan itu berupaya menahan diri untuk tetap dalam posisi demi mempertahankan morallitas terhadap guru. Sejenak murid tersebut teringat bahwa dirinya belum salat dhuhur, sedangkan waktu dhuhur akan berakhir. Kejadian mirip ini, tidak cuma satu kali, namun berulang-ulang selaku perayaan terhadap santrinya yang meninggalkan perintah agama dan berbuat kesalahan
Pondok Pesantren Tebu Ireng selaku salah satu markas pasukan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia
Pada waktu terjadi perang kemerdekaan, siapa pun yang mau pergi perang untuk menghalau penjajah, mereka semua dikumpulkan oleh KH. Hasyim Asyari di pondok pesantren Tebu Ireng. Mereka diberi minum air sambil membaca Ya Allah Ya Hafidh, Ya Allah Ya Muhith, Fanshurna 'ala qaumil kafiriin. Bagi orang-orang yang ia kumpulkan tersebut, KH. Hasyim Asyari memberi beberapa pantangan yang dilarang mereka sabung selama berperang. Siapa saja yang melanggar pantangan tersebut, mereka niscaya terkena tembakan musuh.
Para pejuang yang dikaruniai umur panjang oleh Allah senantiasa menceritakan kisah ini, tergolong salah seorang dari mereka yang berjulukan Pak Si'in.
Mengetahui insiden ditempat yang jauh
Allah memberi kesanggupan terhadap KH. Hasyim Asyari untuk mengenali apa yang sedang terjadi di tempat lain, walaupun tempat itu jauh, hal ini sama dengan kesanggupan yang diberikan Allah terhadap salah seorang sobat Nabi, yakni Umar, ia sanggup mengenali apa yang sedang terjadi dengan pasukannya dan memberi perintah terhadap pasukan tersebut dari atas mimbar. Ketika KH. Hasyim Asyari sedang memberi pengajian terhadap para santri di pondok pesantren Tebu Ireng, pada di saat yang sama, ia sanggup mengenali pasukan pejuang yang ia didik sedang berperang melawan musuh di daerah Pare, suatu daerah yang jauhnya kira-kira 30 km dari pondok pesantren Tebu Ireng. KH. Hasyim Asyari di samping bisa menyaksikan perang yang sedang berjalan di daerah Pare tersebut, ia pun juga memberi perintah terhadap pasukan pejuang yang sedang berperang itu.
Penjajah tidah pernah sukses menghacurkan pondok pesantren Tebu Ireng
Pesantren ia berkali-kali di bom oleh pasukan penjajah, namun bom itu tidak pernah meledak.
Memberi amalan terhadap santri
Jika KH. Hasyim Asyari ingin memberi ‘amalan’ terhadap santrinya, maka dipanggilnya 3 orang santri, dilihatnya dengan mata hatinya. Dengan mata hati, ia memutuskan salah seorang dari ketiga santri tersebut yang sungguh-sungguh memiliki kesanggupan untuk menjalankan ‘amalan’ yang mau ia berikan. Berikutnya, 2 orang santri yang tidak ia pilih, mereka disuruh keluar dari ruangan tempat mereka dipanggil.
Kelebihan dari santri pondok pesantren Tebuireng
Pada waktu Jepang menjajah Indonesia, di daerah Jombang, juga terdapat serdadu Jepang, bila serdadu Jepang mengunjungi pondok pesantren Tebu Ireng, kendaraan yang dipakai oleh serdadu jepang tersebut tidak dapat berjalan bila bannya disentuh oleh para santri dari KH. Hasyim Asyari.
KH. Hasyim Asyari ditahan oleh penjajah
KH. Hasyim Asyari pernah di tahan oleh serdadu Jepang. Jepang tidak menggemari KH. Hasyim Asyari alasannya merupakan KH. Hasyim Asyari mencela ibadah para serdadu Jepang tersebut, yakni setiap pagi para serdadu Jepang wajib memberi penghormatan terhadap matahari. Selama KH. Hasyim Asyari didalam tahanan, para santri ia tiba dan hasilnya pihak Jepang melepaskan beliau.
KH. Hasyim Asyari memimpin musyawarah para ulama dan mengeluarkan resolusi jihad
KH. Hasyim Asyari, disamping dimengerti selaku tokoh Islam dan pendiri NU, ia juga dimengerti selaku satria Nasional. Salah satu dari jasa ia merupakan perihal tugas serta ia di saat terjadi perang kemerdekaan di Surabaya. Ketika itu, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan resolusi jihad yang mengharuskan setiap orang Islam yang tempat tinggalnya berjarak dibawah 96 km dari Surabaya, mereka wajib tiba ke Surabaya untuk berperang melawan penjajah. Akhirnya penduduk Islam berbondong-bondong tiba ke Surabaya dan tak sedikit dari mereka tiba dari daerah yang jauh . Meskipun serdadu pejuang cuma menggunakan senjata seadanya namun atas berkat do'a para ulama, Allah menurunkan pertolongannya sehingga serdadu penjajah menderita kerugian besar pada di saat perang tanggal 10 November yang kemudian diperingati selaku hari Pahlawan oleh Bangsa Indonesia.
Di Indonesia, siapa pun pastinya kenal dengan tokoh KH Hasim Asy’ari, khususnya kelompok nahdliyyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU), selaku ulama yang mumpuni secara keilmuan sekaligus tokoh pendiri NU. Ia sungguh mahir dalam mengajar ilmu agama. Terbukti, di saat Kiai Hasyim Asy’ari sedang mengaji kitab Shahih Bukhari, menyerupai membaca kitabnya sendiri.Ini memamerkan penguasaan dalam ilmu Hadits sungguh mendalam.
Suatu kisah karomahnya terjadi usai waktu dhuhur. Pada suatu waktu Kiai Hasyim Asy’ari mengajar kitab di hadapan para santri dalam jumlah yang banyak. Di tengah pengajian, ia melemparkan tongkatnya ke depan dan mengenak pada muridnya. Ia bersikap apatis dan tidak mau menghiraukan tongkatnya yang mengena pada santrinya. Santri yang kesakitan itu berupaya menahan diri untuk tetap dalam posisi demi mempertahankan morallitas terhadap guru. Sejenak murid tersebut teringat bahwa dirinya belum salat dhuhur, sedangkan waktu dhuhur akan berakhir. Kejadian mirip ini, tidak cuma satu kali, namun berulang-ulang selaku perayaan terhadap santrinya yang meninggalkan perintah agama dan berbuat kesalahan
Pondok Pesantren Tebu Ireng selaku salah satu markas pasukan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia
Pada waktu terjadi perang kemerdekaan, siapa pun yang mau pergi perang untuk menghalau penjajah, mereka semua dikumpulkan oleh KH. Hasyim Asyari di pondok pesantren Tebu Ireng. Mereka diberi minum air sambil membaca Ya Allah Ya Hafidh, Ya Allah Ya Muhith, Fanshurna 'ala qaumil kafiriin. Bagi orang-orang yang ia kumpulkan tersebut, KH. Hasyim Asyari memberi beberapa pantangan yang dilarang mereka sabung selama berperang. Siapa saja yang melanggar pantangan tersebut, mereka niscaya terkena tembakan musuh.
Para pejuang yang dikaruniai umur panjang oleh Allah senantiasa menceritakan kisah ini, tergolong salah seorang dari mereka yang berjulukan Pak Si'in.
Mengetahui insiden ditempat yang jauh
Allah memberi kesanggupan terhadap KH. Hasyim Asyari untuk mengenali apa yang sedang terjadi di tempat lain, walaupun tempat itu jauh, hal ini sama dengan kesanggupan yang diberikan Allah terhadap salah seorang sobat Nabi, yakni Umar, ia sanggup mengenali apa yang sedang terjadi dengan pasukannya dan memberi perintah terhadap pasukan tersebut dari atas mimbar. Ketika KH. Hasyim Asyari sedang memberi pengajian terhadap para santri di pondok pesantren Tebu Ireng, pada di saat yang sama, ia sanggup mengenali pasukan pejuang yang ia didik sedang berperang melawan musuh di daerah Pare, suatu daerah yang jauhnya kira-kira 30 km dari pondok pesantren Tebu Ireng. KH. Hasyim Asyari di samping bisa menyaksikan perang yang sedang berjalan di daerah Pare tersebut, ia pun juga memberi perintah terhadap pasukan pejuang yang sedang berperang itu.
Penjajah tidah pernah sukses menghacurkan pondok pesantren Tebu Ireng
Pesantren ia berkali-kali di bom oleh pasukan penjajah, namun bom itu tidak pernah meledak.
Memberi amalan terhadap santri
Jika KH. Hasyim Asyari ingin memberi ‘amalan’ terhadap santrinya, maka dipanggilnya 3 orang santri, dilihatnya dengan mata hatinya. Dengan mata hati, ia memutuskan salah seorang dari ketiga santri tersebut yang sungguh-sungguh memiliki kesanggupan untuk menjalankan ‘amalan’ yang mau ia berikan. Berikutnya, 2 orang santri yang tidak ia pilih, mereka disuruh keluar dari ruangan tempat mereka dipanggil.
Kelebihan dari santri pondok pesantren Tebuireng
Pada waktu Jepang menjajah Indonesia, di daerah Jombang, juga terdapat serdadu Jepang, bila serdadu Jepang mengunjungi pondok pesantren Tebu Ireng, kendaraan yang dipakai oleh serdadu jepang tersebut tidak dapat berjalan bila bannya disentuh oleh para santri dari KH. Hasyim Asyari.
KH. Hasyim Asyari ditahan oleh penjajah
KH. Hasyim Asyari pernah di tahan oleh serdadu Jepang. Jepang tidak menggemari KH. Hasyim Asyari alasannya merupakan KH. Hasyim Asyari mencela ibadah para serdadu Jepang tersebut, yakni setiap pagi para serdadu Jepang wajib memberi penghormatan terhadap matahari. Selama KH. Hasyim Asyari didalam tahanan, para santri ia tiba dan hasilnya pihak Jepang melepaskan beliau.
KH. Hasyim Asyari memimpin musyawarah para ulama dan mengeluarkan resolusi jihad
KH. Hasyim Asyari, disamping dimengerti selaku tokoh Islam dan pendiri NU, ia juga dimengerti selaku satria Nasional. Salah satu dari jasa ia merupakan perihal tugas serta ia di saat terjadi perang kemerdekaan di Surabaya. Ketika itu, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan resolusi jihad yang mengharuskan setiap orang Islam yang tempat tinggalnya berjarak dibawah 96 km dari Surabaya, mereka wajib tiba ke Surabaya untuk berperang melawan penjajah. Akhirnya penduduk Islam berbondong-bondong tiba ke Surabaya dan tak sedikit dari mereka tiba dari daerah yang jauh . Meskipun serdadu pejuang cuma menggunakan senjata seadanya namun atas berkat do'a para ulama, Allah menurunkan pertolongannya sehingga serdadu penjajah menderita kerugian besar pada di saat perang tanggal 10 November yang kemudian diperingati selaku hari Pahlawan oleh Bangsa Indonesia.