Sejarah Asal Undangan Wayang Di Indonesia


Sejarah wayang di Indonesia berjalan lebih dari 1000 tahun. Tulisan sejarah wayang ini hanyalah hasil rangkuman dan kesimpulan dari goresan pena baik di blog maupun lembaga yang tersebar di jagad internet. Itulah sumber informasinya, jadi mohon dikoreksi jikalau ada kekeliruan.

Wayang Sebelum Hindu

Sejarah wayang berdasarkan 'masyarakat' internet, telah ada sebelum agama Hindu dan Budha masuk wilayah Nusantara. Yaitu pada masa animisme dan dinamisme. Pada masa itu yang kini disebut wayang itu merupakan sarana upacara untuk menyembah leluhur yang dipimpin oleh seorang Syaman. Pemujaan roh nenek moyang itu disebut hyang atau dahyang yang diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar. Nenek moyang dahulu percaya bahwa arwah leluhur masih ingin berkomunikasi dengan para anak cucunya dan memberi wejangan. Melalui media wayang yang dijalankan oleh seorang dalang. Diipercaya oleh nenek moyang bahwa dengan media ini roh menyeberang dari dunia bayangan (alam arwah) ke alam ragawi dengan mediator ekspresi dalang.

Wayang Masa Hindu

Lalu masuklah budaya Hindu, sehingga dongeng dalam wayang diganti dengan dongeng dari Ramayana dan Mahabaratha. Pada masa ini bentuk wayang masih sama sebelumnya yang mirip releief atau arca yang ada di candi Borobudur maupun Prambanan. Cerita itu sendiri berasal dari India, meskipun masih ada muatan lokalnya mirip dalam lakon carangan tokoh-tokoh Punakawan yang merupakan sisa tokoh wayang sebelum masuknya agama Hindu ke Indonesia.

Wayang Masa Islam

Pementasan wayang tersebut sangat digemari masyarakat, sehingga setiap kali ada pementasan masyarakat menonton berbondong-bondong.  Melihat hal tersebut Para wali berinisiatif mengakibatkan wayang sebagai media dakwah. Sebelum Walisongo memakai wayang sebagai media dakwah, terjadi perdebatan berkaitan unsur-unsur yang bertentangan dengan akidah. Sehingga para wali melaksanakan banyak sekali penyesuaian. Bentuk wayang pun dirubah dari yang awalnya berbentuk serupa manusia, menjadi bentuk yang sanggup kita saksikan sekarang. Wajahnya miring, leher panjang, tangan panjang, kaki pendek dan bahannya terbuat dari kulit kerbau. Kemudian dalam dongeng yang esensial disisipkan unsur-unsur Islam.

Dalam lakon Bima suci misalnya, Bima sebagai tokoh utamanya diceritakan meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Esa itulah yang membuat dunia dan segala isinya. Tak berhenti di situ, dengan keyakinannya itu Bima mengajarkannya kepada saudaranya, Janaka. Lakon ini juga berisi ajaran-ajaran wacana menuntut ilmu, bersikap sabar, berlaku adil, dan bertatakrama dengan sesama manusia.

Dalam sejarahnya,para Wali berperan besar dalam pengembangan pewayangan di Indonesia. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam membuatkan Wayang. Bahkan para wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain adalah “Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) dan mana yang harus dicari (Wayang Golek)”.

Itulah citra sekilas wacana Sejarah wayang di Nusantara. Sukron untuk sumber info utama dari jadul1972(multiply) dan fahrirozy(wordpress).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel