5 Kemampuan Kecerdasan Emosi (Eq)


Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, tenggang rasa dan keterampilan sosial.

Gardner dalam definisi dasar wacana kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
a.   Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para andal psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri ialah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran wacana suasana hati, jika kurang waspada maka individu menjadi gampang larut dalam fatwa emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu gampang menguasai emosi.
b.   Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam  menangani perasaan semoga sanggup terungkap dengan sempurna atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga semoga emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau usang akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78). Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangun dari perasaan-perasaan yang menekan.
c.   Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti mempunyai ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d.   Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002 :57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, mengatakan kemampuan tenggang rasa seseorang. Individu yang mempunyai kemampuan tenggang rasa lebih bisa menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang diharapkan orang lain sehingga ia lebih bisa mendapatkan sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih bisa untuk mendengarkan orang lain.
      Rosenthal dalam penelitiannya mengatakan bahwa orang-orang yang bisa membaca perasaan dan arahan non mulut lebih bisa menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih gampang beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, andal psikologi menjelaskan bahwa belum dewasa yang tidak bisa membaca atau mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa putus asa (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang bisa membaca emosi orang lain juga mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Semakin bisa terbuka pada emosinya sendiri, bisa mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. 
e.   Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina korelasi merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar eksklusif (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami harapan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina korelasi ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan sebab bisa berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini terkenal dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan sebab kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain sanggup dijadikan petunjuk nyata bagaimana siswa bisa membina korelasi dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya korelasi interpersonal yang dilakukannya. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel