Benarkah Arwah/Roh Dapat Gentayangan Jadi Hantu?
Wednesday, February 15, 2012
Edit
Ketika seseorang berbicara perihal hantu, banyak orang yang menganggap dan membayangkan sesosok arwah yang berasal dari insan yang mati.
Dari anggapan ini jadinya muncul pemahaman perihal arwah nenek moyang yang harus diberi sesaji atau hingga minta pinjaman pada anggapan sosok arwah tersebut.
Akhirnya yang terjadi yaitu kemusyrikan. Inilah salah satu bentuk budi basi syetan.
Syetan membisiki angan-angan kosong, perihal anggapan ruh manusia. Karena pengetahuan ruh hanyaklah Milik Allah saja.
“Dan mereka bertanya kepadamu perihal roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan perihal hal itu kecuali sedikit.”
Dari anggapan ini jadinya muncul pemahaman perihal arwah nenek moyang yang harus diberi sesaji atau hingga minta pinjaman pada anggapan sosok arwah tersebut.
Akhirnya yang terjadi yaitu kemusyrikan. Inilah salah satu bentuk budi basi syetan.
Syetan membisiki angan-angan kosong, perihal anggapan ruh manusia. Karena pengetahuan ruh hanyaklah Milik Allah saja.
Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan mereka bertanya kepadamu perihal roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan perihal hal itu kecuali sedikit.”
Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja perihal hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini.
Syeikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar menjelaskan posisi roh sehabis terpisah dari jasad (dalam buku Al-Yaumul Akhir, hlm. 102), dengan rincian sebagai berikut:
a). Roh para nabi.
Roh mereka berada di kawasan tertinggi, bersama para malaikat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada detik-detik wafatnya, mengatakan, “Ar-Rafiiqul a’la (kumpulkanlah saya bersama sahabat terbaik yang berada di atas).”
b). Roh para syuhada.
Roh mereka berada di tembolok burung-burung hijau di surga. Burung ini mempunyai sarang yang menggantung di bawah ‘Arsy, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih riwayat muslim.
c). Roh orang mukmin yang saleh.
Roh mereka berada di tembolok burung (bukan burung berwarna hijau) yang bergelantungan di pohon-pohon surga, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Ahmad yang dinilai sahih oleh Al-Albani.
d). Roh jago maksiat (orang yang gemar bermaksiat).
Roh mereka berada di kawasan mereka menerima siksaan.
- Roh pezina berada di suatu lubang menyerupai tanur; belahan atasnya sempit, dan belahan bawahnya longgar. Dari bawah tanur ini dinyalakan api, kemudian mereka berlomba-lomba berebut naik ke atas.
- Roh orang yang makan hasil riba berada di sungai darah; ia berenang, berusaha menepi. Ketika hampir hingga ke tepi, ia dilempari batu, kemudian ia berbalik lagi ke tengah.
- Roh tukang bohong akan digantung, kemudian mulutnya dirobek hingga ke tengkuk.
- Semua ini disebutkan dalam hadis sahih yang diriwayatkan Bukhari.
e). Roh orang kafir.
Roh mereka disiksa di alam kubur, dengan siksaan yang pedih. Dia dipukul dengan gadha oleh sosok makhluk yang buta lagi tuli. Andaikan gadha itu dipukulkan ke gunung, pasti gunung tersebut akan menjadi tanah. Ini, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat An-Nasa’i. Allahu a’lam.
Tidak ada nash (baik AlQur`an maupun hadits) yang menjelaskan bahwa Ruh insan sanggup berinteraksi dengan insan yang masih hidup.
Karena intinya saat insan mati maka ia telah meninggalkan kehidupan dunia ini, tinggal menunggu Hari Akhir sebagai pembalasan.
Secara logika sederhana, jikalau memang ruh insan masih tinggal di dunia ini dan sanggup berinteraksi dengan insan yang masih hidup tentu lebih baik menjadi ruh, sebagaimana angan-angan insan bahwa ruh mempunyai kekuatan hebat.
Manusia ditipu oleh syetan dari bangsa Jin. Syetan berusaha untuk mengelabui insan bahwa penampakan-penampakan hantu yang sering diperbincangkan insan yaitu arwah insan yang gentayangan. Padahal jikalau memang ada penampakan, pastilah itu ulah syetan sendiri.
Karena intinya saat insan mati maka ia telah meninggalkan kehidupan dunia ini, tinggal menunggu Hari Akhir sebagai pembalasan.
Secara logika sederhana, jikalau memang ruh insan masih tinggal di dunia ini dan sanggup berinteraksi dengan insan yang masih hidup tentu lebih baik menjadi ruh, sebagaimana angan-angan insan bahwa ruh mempunyai kekuatan hebat.
Manusia ditipu oleh syetan dari bangsa Jin. Syetan berusaha untuk mengelabui insan bahwa penampakan-penampakan hantu yang sering diperbincangkan insan yaitu arwah insan yang gentayangan. Padahal jikalau memang ada penampakan, pastilah itu ulah syetan sendiri.
Dalam dogma Islam, alam dibedakan menjadi dua yaitu alam tampak (kasat mata) dan alam ghaib (tak kasat mata).
Ghaib berdasarkan bahasa berarti yang tidak tampak. Allah-lah yang paling mengetahui kedua alam tersebut.
“Dialah Allah yang tidak ada illah kecuali Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”.
“Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghaib di langit dan di bumi dan Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan (QS Al-Baqarah : 33)”.
Ghaib berdasarkan bahasa berarti yang tidak tampak. Allah-lah yang paling mengetahui kedua alam tersebut.
“Dialah Allah yang tidak ada illah kecuali Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”.
“Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghaib di langit dan di bumi dan Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan (QS Al-Baqarah : 33)”.
Kita harus beriman kepada yang ghaib.
“Kitab ini tidak ada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib … (QS Al-Baqarah : 2-3)”.
Tetapi kita hanya sanggup mengetahui yang ghaib secara benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Yang termasuk alam Ghaib yaitu keberadaan Malaikat, Jin (termasuk syetan), alam kubur dan perihal Surga-neraka.
Sedangkan mengenai Ruh sepatutnya jangan terlalu mempertanyakannya sebab sudah terperinci dalam Al-Quran dijelaskan bahwa insan hanya diberi pengetahuan sangat sedikit perihal hal tersebut.
Toh, jikalau kita mengetahui hal perihal ruh kita tidak banyak mengambil banyak manfaatnya. Lebih baik mempelajari hal-hal yang memang diwajibkan menyerupai mempalajari syariat Islam, seperti, tata cara bersuci, sholat, puasa, zakat dan haji. Ataupun berguru perihal dogma Islam dan Akhlak.
“Kitab ini tidak ada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib … (QS Al-Baqarah : 2-3)”.
Tetapi kita hanya sanggup mengetahui yang ghaib secara benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Yang termasuk alam Ghaib yaitu keberadaan Malaikat, Jin (termasuk syetan), alam kubur dan perihal Surga-neraka.
Sedangkan mengenai Ruh sepatutnya jangan terlalu mempertanyakannya sebab sudah terperinci dalam Al-Quran dijelaskan bahwa insan hanya diberi pengetahuan sangat sedikit perihal hal tersebut.
Toh, jikalau kita mengetahui hal perihal ruh kita tidak banyak mengambil banyak manfaatnya. Lebih baik mempelajari hal-hal yang memang diwajibkan menyerupai mempalajari syariat Islam, seperti, tata cara bersuci, sholat, puasa, zakat dan haji. Ataupun berguru perihal dogma Islam dan Akhlak.
Kesimpulannya yaitu bahwa sosok hantu itu bukanlah arwah insan yang gentayangan. Tipu daya syetanlah yang menjadikan anggapan salah perihal sosok hantu. Syetan menunjukkan angan-angan batil, supaya insan menjadi penyembahnya, hingga nanti jadinya menjadi temannya di neraka. Na'uzdubillah.