Ummu Habibah
Thursday, August 12, 2021
Edit
Ummu Habibah atau nama bergotong-royong Ramlah Binti Abu Sufyan. Inilah serikandi islam yang pantas dijadikan contoh bagi muslimah zaman sekarang. Bagaimana tidak? orang-orang terdekat dan dicintainya merupakan lawan baginya. Mereka berupaya memurtadkan dan memalingkannya dari jalan kebenaran. Dialah salah seorang ummul mukminin yang banyak diuji keimanannya.
Ramlah Binti Abu Sufyan merupakan puteri terhadap seorang pemimpin Quraisy dan orang-orang musyrik sampai penaklukan Mekah. Namun, Ramlah binti Abu Sufyan tetap beriman sekalipun ayahnya memaksa dirinya untuk kafir saat itu. Abu Sufyan tidak dapat memaksa anaknya saat itu kerana anaknya menampilkan pendirian yang berefek dan semangat yang tekad. Ramlah Binti Abu Sufyan rela menanggung beban yang bikin kecapekan dan berat kerana memperjuangkan akidahnya.
Pada mulanya, ia menikah dengan Ubaidullah bin Jahsy, seorang muslim menyerupai beliau. Tatkala kekejaman kaum kafir terhadap kaum muslimin, Ramlah berhijrah menuju Habsyah bareng suaminya. Disanalah ia melahirkan seorang anak perempuan, yang diberi nama Habibah. Dengan nama anaknya inilah ia digelar dengan Kun` yah Ummu Habibah.
Ummu habibah selalu bersabar dalam memikul beban karena memperjuangkan dirinya yang dalam keterasingan dan cuma seorang diri, jauh dari keluarga dan kampung halaman. Bahkan terjadi kejadian alam yang tidak dia sangka sebelumnya.
Beliau bercerita,
Suaminya mencuba dengan segala kesanggupan untuk memurtadkannya, tetapi Ummu Habibah tetap istiqamah. Bahkan ia berupaya mengajak suaminya untuk kembali ke Islam, meskipun ditolak mentah-mentah dan malah suaminya makin asyik dengan khamr. Hal ini berterusan sampai ia meninggal. Hari-hari berlalu di bumi hijrah, dengan ujian-ujian berat menemani Ummu Habibah. Tetapi dengan keimanan yang dikaruniakan Allah SWT, dirinya bisa menghadapinya.
Suatu malam, dia menyaksikan dalam mimpinya ada yang memanggilnya;
Beliaupun terperanjat bangun. Beliau menakwilkan mimpi tersebut bahwa Rasulullah SAW kelak akan menikahinya. Setelah final masa iddah-nya, tiba-tiba ada seorang budak perempuan (jariyah) dari Raja Najasyi yang mengumumkan terhadap ia bahwa Rasulullah SAW sudah meminangnya.
Alangkah bahagianya ia mendengar khabar besar hati tersebut. Sehingga ia berkata;
Kerana terlalu besar hati dengan khabar itu, ia menanggalkan gelang kakinya kemudian diberikan terhadap budak perempuan yang membawakan perkhabaran tersebut. Setelah itu, ia meminta Khalid bin Sa'id bin Al-‘Ash untuk menjadi wakil baginya menerima lamaran Raja Najasy.
Rasulullah berjumpa dengannya pada tahun ke enam atau ke tujuh Hijriyah. Ketika itu Ummu Habibah berumur 40 tahun. Ummu Habibah menempatkan permasalahan agama pada wilayah yang pertama. Beliau prioritaskan akidahnya dibandingkan dengan keluarga. Beliau menyatakan bahwa kesetiaan ia yakni tidak berbelah bahagi untuk Allah dan Rasul-Nya bukan untuk seorang pun selain keduanya.
Ramlah Binti Abu Sufyan merupakan puteri terhadap seorang pemimpin Quraisy dan orang-orang musyrik sampai penaklukan Mekah. Namun, Ramlah binti Abu Sufyan tetap beriman sekalipun ayahnya memaksa dirinya untuk kafir saat itu. Abu Sufyan tidak dapat memaksa anaknya saat itu kerana anaknya menampilkan pendirian yang berefek dan semangat yang tekad. Ramlah Binti Abu Sufyan rela menanggung beban yang bikin kecapekan dan berat kerana memperjuangkan akidahnya.
Pada mulanya, ia menikah dengan Ubaidullah bin Jahsy, seorang muslim menyerupai beliau. Tatkala kekejaman kaum kafir terhadap kaum muslimin, Ramlah berhijrah menuju Habsyah bareng suaminya. Disanalah ia melahirkan seorang anak perempuan, yang diberi nama Habibah. Dengan nama anaknya inilah ia digelar dengan Kun` yah Ummu Habibah.
Ummu habibah selalu bersabar dalam memikul beban karena memperjuangkan dirinya yang dalam keterasingan dan cuma seorang diri, jauh dari keluarga dan kampung halaman. Bahkan terjadi kejadian alam yang tidak dia sangka sebelumnya.
Beliau bercerita,
"Aku menyaksikan dalam mimpi, suamiku dengan bentuk yang sungguh buruk dan menakutkan. Aku pun terperanjat dan bangun, kemudian saya memohon peran serta terhadap Allah SWT dari hal itu. Ternyata tatkala pagi suamiku sudah memeluk agama Nasrani. Kuceritakan mimpiku kepadanya, tetapi ia tidak merubah pendiriannya."
Suaminya mencuba dengan segala kesanggupan untuk memurtadkannya, tetapi Ummu Habibah tetap istiqamah. Bahkan ia berupaya mengajak suaminya untuk kembali ke Islam, meskipun ditolak mentah-mentah dan malah suaminya makin asyik dengan khamr. Hal ini berterusan sampai ia meninggal. Hari-hari berlalu di bumi hijrah, dengan ujian-ujian berat menemani Ummu Habibah. Tetapi dengan keimanan yang dikaruniakan Allah SWT, dirinya bisa menghadapinya.
Suatu malam, dia menyaksikan dalam mimpinya ada yang memanggilnya;
"Wahai ummu mukminin...!"
Beliaupun terperanjat bangun. Beliau menakwilkan mimpi tersebut bahwa Rasulullah SAW kelak akan menikahinya. Setelah final masa iddah-nya, tiba-tiba ada seorang budak perempuan (jariyah) dari Raja Najasyi yang mengumumkan terhadap ia bahwa Rasulullah SAW sudah meminangnya.
Alangkah bahagianya ia mendengar khabar besar hati tersebut. Sehingga ia berkata;
"Semoga Allah menampilkan khabar besar hati untukmu"
Kerana terlalu besar hati dengan khabar itu, ia menanggalkan gelang kakinya kemudian diberikan terhadap budak perempuan yang membawakan perkhabaran tersebut. Setelah itu, ia meminta Khalid bin Sa'id bin Al-‘Ash untuk menjadi wakil baginya menerima lamaran Raja Najasy.
Rasulullah berjumpa dengannya pada tahun ke enam atau ke tujuh Hijriyah. Ketika itu Ummu Habibah berumur 40 tahun. Ummu Habibah menempatkan permasalahan agama pada wilayah yang pertama. Beliau prioritaskan akidahnya dibandingkan dengan keluarga. Beliau menyatakan bahwa kesetiaan ia yakni tidak berbelah bahagi untuk Allah dan Rasul-Nya bukan untuk seorang pun selain keduanya.