Kebebasan Beropini Macam Apa?
Friday, September 21, 2012
Edit
Pembuat film yang menimbulkan protes umat Islam di seluruh dunia berdalih atas nama kebebasan berpendapat. Namun kebebasan ibarat apa yang beliau maksud. Yang terlihat terang yaitu bahwa beliau yaitu ibarat kata pepatah "Tong Kosong Nyaring Bunyinya". Pendapatnya yaitu pendapat yang tidak menurut kecerdasan, beliau hanya beropini di atas kebodohannya. Para ilmuwan barat sendiri (para orientalis) banyak yang memuji bagaimana sikap Rasulullah dan bahkan menjadikan sosoknya sebagai insan yang paling kuat di dunia ini hingga ketika ini. Namun entah dari mana datangnya isu yang didapat si pembuat sehingga sanggup membuat skenario film yang 'menjijikan'.
Kebebasan berpendapat yang beliau usung sama saja dengan kebebasan tanpa aturan. Hanya orang terbelakang saja yang berpemahaman adanya kebebasan tanpa aturan. Bahkan binatang pun yang sekilas terlihat hidup bebas, tetap saja ada hukum yang berlaku, bahkan bergotong-royong mereka tidak bebas. Satu-satunya makhluk hidup yang paling bebas di bumi ini yaitu manusia. Akibat insan lah banyak sekali kerusakan di bumi ini timbul. Hal ini tidak lain akhir pemahaman terbelakang insan wacana kebebasan. Alam diciptakan penuh dengan aturan. bumi harus tetap berputar, sungai harus tetap mengalir, hujan harus tetap ada, dan masih banyak lagi hukum alam yang kesudahannya membuat keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan. Demikian pula kebebasan beropini juga harus ada aturannya. Pepatah menyampaikan 'mulutmu yaitu harimaumu'. Lidah itu ibarat pedang, kalau tidak sanggup mengendalikannya kesudahannya akan melukai dirinya sendiri.
"Kebebasan mengungkapkan pendapat seharusnya dan harus dijamin dan dilindungi ketika dipakai untuk keadilan umum, tujuan umum,"kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Ban Ki-moon, dalam jumpa pers di kantor PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (19/9) waktu setempat
Dilihat dari sisi lain, munculnya pemahaman keliru wacana kebebasan beropini dari orang barat ini sanggup mengindikasikan mulai masuknya barat ke kurun kebodohan. Pemahaman keliru ini kalau dibiarkan terus-menerus oleh dunia barat sendiri, nanti kesudahannya akan menjadi bomerang bagi dunia barat sendiri. kebodohan dalam memakai pedang malah akan melukai dirinya sendiri. wallahu a'lam
Kebebasan berpendapat yang beliau usung sama saja dengan kebebasan tanpa aturan. Hanya orang terbelakang saja yang berpemahaman adanya kebebasan tanpa aturan. Bahkan binatang pun yang sekilas terlihat hidup bebas, tetap saja ada hukum yang berlaku, bahkan bergotong-royong mereka tidak bebas. Satu-satunya makhluk hidup yang paling bebas di bumi ini yaitu manusia. Akibat insan lah banyak sekali kerusakan di bumi ini timbul. Hal ini tidak lain akhir pemahaman terbelakang insan wacana kebebasan. Alam diciptakan penuh dengan aturan. bumi harus tetap berputar, sungai harus tetap mengalir, hujan harus tetap ada, dan masih banyak lagi hukum alam yang kesudahannya membuat keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan. Demikian pula kebebasan beropini juga harus ada aturannya. Pepatah menyampaikan 'mulutmu yaitu harimaumu'. Lidah itu ibarat pedang, kalau tidak sanggup mengendalikannya kesudahannya akan melukai dirinya sendiri.
"Kebebasan mengungkapkan pendapat seharusnya dan harus dijamin dan dilindungi ketika dipakai untuk keadilan umum, tujuan umum,"kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Ban Ki-moon, dalam jumpa pers di kantor PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu (19/9) waktu setempat
Dilihat dari sisi lain, munculnya pemahaman keliru wacana kebebasan beropini dari orang barat ini sanggup mengindikasikan mulai masuknya barat ke kurun kebodohan. Pemahaman keliru ini kalau dibiarkan terus-menerus oleh dunia barat sendiri, nanti kesudahannya akan menjadi bomerang bagi dunia barat sendiri. kebodohan dalam memakai pedang malah akan melukai dirinya sendiri. wallahu a'lam