Kisah Seekor Burung Di Saat Sakaratul Maut
Sunday, September 16, 2012
Edit
Kisah Seekor Burung Saat Sakaratul Maut - Alkisah di suatu pesantren, seorang Ustadz memiliki burung sejenis Beo yg berpengalaman untuk berdzikir seperti: Assalamu'alaikum, Subhanallah, Alhamdulillah Allahu Akbar, dan lainnya
Suatu hari, pintu kurungan terbuka dan burung itu melayang bebas. Sontak para santri mengejar-ngejar burung milik guru mereka, sementara si burung melayang tidak terkontrol dan tertabrak kendaraan yg melintas dengan kencang sampai terkapar sekarat kemudian meninggal.
Sang Ustadz terlihat berlawanan usai burungnya mati, nampak sekali murung sampai sepekan lamanya. Para santri yg melihatnya pun menduga Ustadz bersedih alasannya yakni burungnya mati, mereka berkata:
"Ustadz, jikalau cuma burung yang menghasilkan Ustadz sedih, kami sanggup mengubahnya dengan yg dapat berdzikir juga. Tak perlu Ustadz bermurung sampai sedemikian lamanya!"
Sang Ustadz menjawab : "Aku bukan bersedih alasannya yakni burung itu."
Para santri : "Lantas kenapa Ustadz ?"
Sang Ustad : "Kalian menyaksikan bagaimana burung itu sekarat sehabis tertabrak?"
Para santri : "Ya,kami melihatnya."
Sang Ustadz : "Burung itu cuma bersuara KKKKAAKK,KKKKHHEEK , KKKKAAKK,KKK telah berpengalaman berdzikir sedemikian rupa, tetapi ketika mencicipi PERIHNYA sakaratul ajal menjemput, cuma perih yg terasa.
Lalu saya teringat diriku, yg saban hari sudah biasa berdzikir, JANGAN-JANGAN NASIBKU SAMA SEPERTI BURUNG ITU, TAK KUAT MENAHAN SAKARAT LALU BUKAN DZIKIR YANG KU UCAPKAN.
Padahal burung itu tdk diusik setan ketika sakaratul maut, sedangkan insan diusik setan ketika sakaratul maut. Tidak ada yg tahu bagaimana kondisi kita mati, khusnul khotimah ataukah su'ul khotimah?"
Para santri pun melongo dan membenarkan Sang Ustadz, dan
mereka pun ikut murung mempertimbangkan hal yg serupa dengan Ustadz-nya:
Lalu bagaimana kondisi kita ketika sakaratul ajal nanti ?
#dengan tidak mencampur adukkan yg hak dan yg bathil biar Allah ijinkan kita meninggal dlm khusnul khotimah amiin...
Suatu hari, pintu kurungan terbuka dan burung itu melayang bebas. Sontak para santri mengejar-ngejar burung milik guru mereka, sementara si burung melayang tidak terkontrol dan tertabrak kendaraan yg melintas dengan kencang sampai terkapar sekarat kemudian meninggal.
Sang Ustadz terlihat berlawanan usai burungnya mati, nampak sekali murung sampai sepekan lamanya. Para santri yg melihatnya pun menduga Ustadz bersedih alasannya yakni burungnya mati, mereka berkata:
"Ustadz, jikalau cuma burung yang menghasilkan Ustadz sedih, kami sanggup mengubahnya dengan yg dapat berdzikir juga. Tak perlu Ustadz bermurung sampai sedemikian lamanya!"
Sang Ustadz menjawab : "Aku bukan bersedih alasannya yakni burung itu."
Para santri : "Lantas kenapa Ustadz ?"
Sang Ustad : "Kalian menyaksikan bagaimana burung itu sekarat sehabis tertabrak?"
Para santri : "Ya,kami melihatnya."
Sang Ustadz : "Burung itu cuma bersuara KKKKAAKK,KKKKHHEEK , KKKKAAKK,KKK telah berpengalaman berdzikir sedemikian rupa, tetapi ketika mencicipi PERIHNYA sakaratul ajal menjemput, cuma perih yg terasa.
Lalu saya teringat diriku, yg saban hari sudah biasa berdzikir, JANGAN-JANGAN NASIBKU SAMA SEPERTI BURUNG ITU, TAK KUAT MENAHAN SAKARAT LALU BUKAN DZIKIR YANG KU UCAPKAN.
Padahal burung itu tdk diusik setan ketika sakaratul maut, sedangkan insan diusik setan ketika sakaratul maut. Tidak ada yg tahu bagaimana kondisi kita mati, khusnul khotimah ataukah su'ul khotimah?"
Para santri pun melongo dan membenarkan Sang Ustadz, dan
mereka pun ikut murung mempertimbangkan hal yg serupa dengan Ustadz-nya:
Lalu bagaimana kondisi kita ketika sakaratul ajal nanti ?
#dengan tidak mencampur adukkan yg hak dan yg bathil biar Allah ijinkan kita meninggal dlm khusnul khotimah amiin...