Keutamaan Puasa Di Bulan Muharram
Thursday, September 20, 2012
Edit
Assalamualaikum wr wb. alhamdulilah para hadirin blog Muhammadmawhiburrahman yang terhormat pada peluang kali ini kami memperlihatkan postingan tentang Keutamaan dan Amalan di Bulan Muharram selaku berikut :
Berikut yakni beberapa amalan sunnah di bulan Muharram.
Memperbanyak puasa selama bulan Muharram
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ
“Sebaik-baik puasa sehabis Ramadlan yakni puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim),
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, dia menyampaikan :
اَلْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُوْرَاء وَهَذَا الشَّهْرُ – يَعْنِى شَهْرُ رَمَضَانَ – مَارَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ اللهُ عَلَى غَيْرِهِ اِلاَّ هَذَا.
“Saya tidak pernah menyaksikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan satu hari untuk puasa yang lebih dia andalkan dari pada yang yang lain kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radliallahu ‘anhu, dia mengatakan:
كَانَ يَوْمُ شُعَرَاءَ تُعِدُّهُ الْيَهُودُ عِيْدًا قَالَ النَبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَصُوْمُوْهُ أَنتُمْ.
Dulu hari Asyura’ dijadikan orang Yahudi selaku hari raya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasalah kalian.” (HR. Al Bukhari)
Dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu, dia menyampaikan :
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: كَفَّارَةُ سَنَةً
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya wacana puasa Asyura’, lalu dia menjawab: “Puasa Asyura menjadi penebus dosa setahun yang sudah lewat.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, dia mengatakan:
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ وَالْيَهُوْدُ تَصُوْمُ عَاشُوْرَاءَ فَقَالُوْا هَذَا يَوْمٌ ضَهَرَ فِيْهُ مُوْسَى عَلَى فِرعَوْنَ فَقَالَ النَّبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَانِهِ: أَنْتُمْ أَحَقُّ مُوْسَى مِنْهُمْ فَصُوْمُوْا.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga di Madinah, sementara orang-orang Yahudi berpuasa Asyura’. Mereka mengatakan: Ini yakni hari di mana Musa menang melawan Fir’aun. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda terhadap para sahabat: “Kalian lebih berhak terhadap Musa dari pada mereka (orang Yahudi), sebab itu berpuasalah.” (HR. Al Bukhari).
Puasa Asyura’ ialah keharusan puasa pertama dalam Islam, sebelum Ramadlan. Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz radliallahu ‘anha, dia mengatakan:
أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاة عَاشُوْرَاءَ اِلَى قُرَى الْأَ لْضَارِ مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ قَالَتْ فَكُنَّا نَصُوْمُهُ بَعْدَ وَنَصُوْمُ صِبْيَاتُنَا وَنَجْعَلُ لَهُم اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ فَأِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامَ أَعْطَيْنَاهُ ذَلِكَ حَتَّى يَكُوْنَ عِنْدَ الْاِفْطَانِ
Suatu ketika, di pagi hari Asyura’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendelegasikan seseorang mengunjungi salah satu kampung penduduk Madinah untuk menyodorkan pesan: “Siapa yang di pagi hari sudah makan maka hendaknya dia puasa hingga maghrib. Dan siapa yang sudah puasa, hendaknya dia teruskan puasanya.” Rubayyi’ mengatakan: Kemudian sehabis itu kami puasa, dan kami mengajak belum dewasa untuk berpuasa. Kami buatkan mereka mainan dari kain. Jika ada yang menangis meminta makanan, kami menyediakan mainan itu. Begitu seterusnya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, puasa Asyura’ menjadi puasa sunnah. A’isyah radliallahu ‘anha mengatakan:
كَانَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ تَصُوْمُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَهِلِيَّةِ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّ فَرَضَ رَمَضَانَ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ.
“Dulu hari Asyura’ dijadikan selaku hari berpuasa orang Quraisy di masa jahiliyah. Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, dia melaksanakn puasa Asyura’ dan menyuruh teman dekat untuk berpuasa. Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, dia lewati hari Asyura’. Siapa yang ingin puasa Asyura’ boleh puasa, siapa yang tak mau puasa Asyura’ boleh tidak puasa.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Puasa Tasu’a (puasa tanggal 9 Muharram)
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, dia menceritakan:
حِيْنَ صَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوْا: يَارَسُوْلَ الله أَنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُوْدُ وَنَّصَارَى فَقَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ اِنْ شَاءَ اللهُ صُمنَا الْيَوْمو التَّاسِعَ قَالَ: فَلَمْ يَأَتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura’ dan menyuruh para teman dekat untuk puasa. Kemudian ada teman dekat yang berkata: Ya Rasulullah, sebenarnya hari Asyura yakni hari yang diagungkan orang Yahudi dan nasrani. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan.” Namun, belum hingga tahun depan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsudah diwafatkan.” (HR. Al Bukhari)
Tingkatan Puasa Asyura
Ibnul Qayim menerangkan bahwa puasa terkait hari Asyura ada tiga tingkatan:
1. Tingkatan paling sempurna, puasa tiga hari. Sehari sebelum Asyura, hari Asyura, dan sehari setelahnya.
2. Tingkatan kedua, puasa tanggal 9 dan tanggal 10 Muharram. Ini menurut banyak hadits.
3. Tingkatan ketiga, puasa tanggal 10 saja
Pengunjung blog Muhammadmawhiburrahman yang terhormat demikian yang sanggup kami tampilkan agar bermanfaat dan apa jikalau ada kesalahan pada penulisan karakter arab kami mohon maaf trimakasi atas kunjungannya, wasalamualaikum wr wb.
Berikut yakni beberapa amalan sunnah di bulan Muharram.
Memperbanyak puasa selama bulan Muharram
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ
“Sebaik-baik puasa sehabis Ramadlan yakni puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim),
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, dia menyampaikan :
اَلْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُوْرَاء وَهَذَا الشَّهْرُ – يَعْنِى شَهْرُ رَمَضَانَ – مَارَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ اللهُ عَلَى غَيْرِهِ اِلاَّ هَذَا.
“Saya tidak pernah menyaksikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan satu hari untuk puasa yang lebih dia andalkan dari pada yang yang lain kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radliallahu ‘anhu, dia mengatakan:
كَانَ يَوْمُ شُعَرَاءَ تُعِدُّهُ الْيَهُودُ عِيْدًا قَالَ النَبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَصُوْمُوْهُ أَنتُمْ.
Dulu hari Asyura’ dijadikan orang Yahudi selaku hari raya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasalah kalian.” (HR. Al Bukhari)
Dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu, dia menyampaikan :
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: كَفَّارَةُ سَنَةً
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya wacana puasa Asyura’, lalu dia menjawab: “Puasa Asyura menjadi penebus dosa setahun yang sudah lewat.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, dia mengatakan:
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ وَالْيَهُوْدُ تَصُوْمُ عَاشُوْرَاءَ فَقَالُوْا هَذَا يَوْمٌ ضَهَرَ فِيْهُ مُوْسَى عَلَى فِرعَوْنَ فَقَالَ النَّبِيِّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَانِهِ: أَنْتُمْ أَحَقُّ مُوْسَى مِنْهُمْ فَصُوْمُوْا.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga di Madinah, sementara orang-orang Yahudi berpuasa Asyura’. Mereka mengatakan: Ini yakni hari di mana Musa menang melawan Fir’aun. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda terhadap para sahabat: “Kalian lebih berhak terhadap Musa dari pada mereka (orang Yahudi), sebab itu berpuasalah.” (HR. Al Bukhari).
Puasa Asyura’ ialah keharusan puasa pertama dalam Islam, sebelum Ramadlan. Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz radliallahu ‘anha, dia mengatakan:
أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاة عَاشُوْرَاءَ اِلَى قُرَى الْأَ لْضَارِ مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ قَالَتْ فَكُنَّا نَصُوْمُهُ بَعْدَ وَنَصُوْمُ صِبْيَاتُنَا وَنَجْعَلُ لَهُم اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ فَأِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامَ أَعْطَيْنَاهُ ذَلِكَ حَتَّى يَكُوْنَ عِنْدَ الْاِفْطَانِ
Suatu ketika, di pagi hari Asyura’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendelegasikan seseorang mengunjungi salah satu kampung penduduk Madinah untuk menyodorkan pesan: “Siapa yang di pagi hari sudah makan maka hendaknya dia puasa hingga maghrib. Dan siapa yang sudah puasa, hendaknya dia teruskan puasanya.” Rubayyi’ mengatakan: Kemudian sehabis itu kami puasa, dan kami mengajak belum dewasa untuk berpuasa. Kami buatkan mereka mainan dari kain. Jika ada yang menangis meminta makanan, kami menyediakan mainan itu. Begitu seterusnya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, puasa Asyura’ menjadi puasa sunnah. A’isyah radliallahu ‘anha mengatakan:
كَانَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ تَصُوْمُهُ قُرَيْشٌ فِى الْجَهِلِيَّةِ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّ فَرَضَ رَمَضَانَ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ.
“Dulu hari Asyura’ dijadikan selaku hari berpuasa orang Quraisy di masa jahiliyah. Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, dia melaksanakn puasa Asyura’ dan menyuruh teman dekat untuk berpuasa. Setelah Allah wajibkan puasa Ramadlan, dia lewati hari Asyura’. Siapa yang ingin puasa Asyura’ boleh puasa, siapa yang tak mau puasa Asyura’ boleh tidak puasa.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Puasa Tasu’a (puasa tanggal 9 Muharram)
Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, dia menceritakan:
حِيْنَ صَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوْا: يَارَسُوْلَ الله أَنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُوْدُ وَنَّصَارَى فَقَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ اِنْ شَاءَ اللهُ صُمنَا الْيَوْمو التَّاسِعَ قَالَ: فَلَمْ يَأَتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura’ dan menyuruh para teman dekat untuk puasa. Kemudian ada teman dekat yang berkata: Ya Rasulullah, sebenarnya hari Asyura yakni hari yang diagungkan orang Yahudi dan nasrani. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan.” Namun, belum hingga tahun depan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamsudah diwafatkan.” (HR. Al Bukhari)
Tingkatan Puasa Asyura
Ibnul Qayim menerangkan bahwa puasa terkait hari Asyura ada tiga tingkatan:
1. Tingkatan paling sempurna, puasa tiga hari. Sehari sebelum Asyura, hari Asyura, dan sehari setelahnya.
2. Tingkatan kedua, puasa tanggal 9 dan tanggal 10 Muharram. Ini menurut banyak hadits.
3. Tingkatan ketiga, puasa tanggal 10 saja
Pengunjung blog Muhammadmawhiburrahman yang terhormat demikian yang sanggup kami tampilkan agar bermanfaat dan apa jikalau ada kesalahan pada penulisan karakter arab kami mohon maaf trimakasi atas kunjungannya, wasalamualaikum wr wb.