Pengertian Perjalanan (Safar), Tabiat Dalam Perjalanan Dan Pesan Tersirat Melaksanakan Perjalan
Thursday, April 20, 2017
Edit
A. Pengertian Perjalanan (Safar)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perjalanan diartikan, perihal (cara, gerakan), yakni berjalan atau berpergian dari suatu daerah menuju daerah untuk suatu tujuan. Secara istilah, perjalanan sebagai aktifitas seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki ataupun memakai banyak sekali sarana transportasi yang mengantarkan hingga pada daerah tujuan dengan maksud ataupun tujuan tertentu.
Dalam bahasa Arab, bepergian dinamakan safar yakni menempuh perjalanan. Menempuh perjalanan dinamakan dengan safar, sedang yang melaksanakan perjalanan/ bepergian dinamakan musafir. Dalam istilah fiqh, safar yaitu keluar bepergian meninggalkan kampung halaman dengan maksud menuju suatu daerah dengan jarak tertentu yang membolehkan seseorang yang bepergian untuk menqashar shalat dan menjamak shalat.
Pada zaman Rasulullah Saw, melaksanakan perjalanan telah menjadi tradisi masyarakat Arab. Dalam Al-Qur’an Surah Quraisy [106]: 1-4, Allah Swt mengabadikan tradisi masyarakat Arab yang suka melaksanakan perjalanan pada trend tertentu untuk banyak sekali keperluan.
B. Akhlak dalam Perjalanan
Sebagai fatwa Islam mengajarkan budbahasa dalam melaksanakan perjalanan yaitu :
1) Pastikan perjalanan dilakukan dengan niat semata-mata alasannya yaitu Allah Swt.
2) Mengerjakan shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum memulai perjalanan. (HR.Thabrani)
3) Ketika keluar rumah disunnahkan membaca do’a: Bismillaahi Tawakkaltu ‘alalloohi Laa hawla walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiim/ Dengan nama Allah saya bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali kepada Allah “ (HR Abu Dawud, Hakim)
4) Sunnah menaiki kendaraan dengan membaca Bismillah, kemudian duduk dengan membaca Alhamdulillah.
5) Ketika mulai memasuki kendaraan, disunnahkan membaca do’a : Subhaanalladzii sakhkhoro lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa Innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun/Maha suci Allah, yang memudahkan ini bagi kami, padahal kami tidak sanggup mengendalikannya. Dan sungguh kami akan kembali kepada Rabb kami.
6) Jika datang di daerah tujuan, disunnahkan membaca do’a Robbi Anzilnii Munzalan Mubaarokan Wa Anta Khoirul Munziliin/ Ya Allah, Turunkanlah kami di daerah yang penuh berkah. Dan Engkau sebaik-baik Pemberi tempat.
7) Boleh men-jama’ shalat dan atau meng-qasar dalam perjalanan pada dua waktu, yaitu : Shalat Zhuhur dan Ashar, Shalat Magrib dan Isya.
“dan apabila kau bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kau menqashar sembahyang(mu)…” (An Nisa’ [4]: 101)
Anas bin Malik ra berkata, “Kami bersama Rasulullah saw. keluar dari Madinah ke Makkah, dan dia mengerjakan shalat-shalat empat raka’at dengan dua raka’at hingga kita kembali ke Madinah.” (HR. An Nasai dan At-Tirmidzi).
Muadz bin Jabal ra berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah saw. pada Perang Tabuk, kemudian dia kerjakan shalat Dzuhur dan shalat Ashar secara jamak, dan mengerjakan shalat Maghrib dan shalat Isya’ secara jamak.” (Muttafaq Alaih).
8) Gunakan masa dalam perjalanan dengan zikir, jikalau tidak ada amalan yang sanggup dilakukan lebih baik tidur.
C. Hikmah Melakukan Perjalan
Sebaiknya setiap orang memikirkan terlebih dahulu secara matang terhadap semua perjalanan. Niat kita harus lah baik, ingin beribadah kepada Allah Swt. Apabila melaksanakan safar atau Rihlah dengan perhitungan jadwal yang matang, akurat, rinci dan terperinci agendanya. Sebaiknya jikalau suatu perjalanan tanpa adanya jadwal yang jelas, maka akan cenderung menyia-nyiakan waktu, biaya ataupun Energi, dan bahkan akan membuka celah bagi syaitan untuk menyesatkan dan alhasil tujuan Safar tidak tercapai. Dan kita harusnya bersyukur jikalau kita sudah berhasil melaksanakan perjalanan.
Orang yang lebih maju peradabannya biasanya sering melaksanakan perjalanan. Perjalanan banyak mengandung beberapa hikmah, antaa lain;
1) Safar sanggup menghibur diri dari kesedihan
2) Safar menjadi sarana bagi sesorang untuk memperoleh pelengkap pengalaman
3) Safar sanggup mengantarkan seseorang untuk memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan
4) Dengan Safar maka seseorang akan lebih banyak mengenal budbahasa kesopanan yang berkembang pada suatu komunitas masyarakat.
5) Perjalanan akan sanggup menambah wawasan dan bahkan mitra yang baik dan mulia.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal pengertian perjalanan (safar), Akhlak dalam Perjalanan dan Hikmah Melakukan Perjalan. Sumber buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perjalanan diartikan, perihal (cara, gerakan), yakni berjalan atau berpergian dari suatu daerah menuju daerah untuk suatu tujuan. Secara istilah, perjalanan sebagai aktifitas seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan kaki ataupun memakai banyak sekali sarana transportasi yang mengantarkan hingga pada daerah tujuan dengan maksud ataupun tujuan tertentu.
Dalam bahasa Arab, bepergian dinamakan safar yakni menempuh perjalanan. Menempuh perjalanan dinamakan dengan safar, sedang yang melaksanakan perjalanan/ bepergian dinamakan musafir. Dalam istilah fiqh, safar yaitu keluar bepergian meninggalkan kampung halaman dengan maksud menuju suatu daerah dengan jarak tertentu yang membolehkan seseorang yang bepergian untuk menqashar shalat dan menjamak shalat.
Pada zaman Rasulullah Saw, melaksanakan perjalanan telah menjadi tradisi masyarakat Arab. Dalam Al-Qur’an Surah Quraisy [106]: 1-4, Allah Swt mengabadikan tradisi masyarakat Arab yang suka melaksanakan perjalanan pada trend tertentu untuk banyak sekali keperluan.
B. Akhlak dalam Perjalanan
Sebagai fatwa Islam mengajarkan budbahasa dalam melaksanakan perjalanan yaitu :
1) Pastikan perjalanan dilakukan dengan niat semata-mata alasannya yaitu Allah Swt.
2) Mengerjakan shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum memulai perjalanan. (HR.Thabrani)
3) Ketika keluar rumah disunnahkan membaca do’a: Bismillaahi Tawakkaltu ‘alalloohi Laa hawla walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adzhiim/ Dengan nama Allah saya bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali kepada Allah “ (HR Abu Dawud, Hakim)
4) Sunnah menaiki kendaraan dengan membaca Bismillah, kemudian duduk dengan membaca Alhamdulillah.
5) Ketika mulai memasuki kendaraan, disunnahkan membaca do’a : Subhaanalladzii sakhkhoro lanaa haadza wamaa kunnaa lahu muqriniin wa Innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun/Maha suci Allah, yang memudahkan ini bagi kami, padahal kami tidak sanggup mengendalikannya. Dan sungguh kami akan kembali kepada Rabb kami.
6) Jika datang di daerah tujuan, disunnahkan membaca do’a Robbi Anzilnii Munzalan Mubaarokan Wa Anta Khoirul Munziliin/ Ya Allah, Turunkanlah kami di daerah yang penuh berkah. Dan Engkau sebaik-baik Pemberi tempat.
7) Boleh men-jama’ shalat dan atau meng-qasar dalam perjalanan pada dua waktu, yaitu : Shalat Zhuhur dan Ashar, Shalat Magrib dan Isya.
وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِى ٱلْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَقْصُرُوا۟ مِنَ ٱلصَّلَوٰةِ
“dan apabila kau bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kau menqashar sembahyang(mu)…” (An Nisa’ [4]: 101)
Anas bin Malik ra berkata, “Kami bersama Rasulullah saw. keluar dari Madinah ke Makkah, dan dia mengerjakan shalat-shalat empat raka’at dengan dua raka’at hingga kita kembali ke Madinah.” (HR. An Nasai dan At-Tirmidzi).
Muadz bin Jabal ra berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah saw. pada Perang Tabuk, kemudian dia kerjakan shalat Dzuhur dan shalat Ashar secara jamak, dan mengerjakan shalat Maghrib dan shalat Isya’ secara jamak.” (Muttafaq Alaih).
8) Gunakan masa dalam perjalanan dengan zikir, jikalau tidak ada amalan yang sanggup dilakukan lebih baik tidur.
C. Hikmah Melakukan Perjalan
Sebaiknya setiap orang memikirkan terlebih dahulu secara matang terhadap semua perjalanan. Niat kita harus lah baik, ingin beribadah kepada Allah Swt. Apabila melaksanakan safar atau Rihlah dengan perhitungan jadwal yang matang, akurat, rinci dan terperinci agendanya. Sebaiknya jikalau suatu perjalanan tanpa adanya jadwal yang jelas, maka akan cenderung menyia-nyiakan waktu, biaya ataupun Energi, dan bahkan akan membuka celah bagi syaitan untuk menyesatkan dan alhasil tujuan Safar tidak tercapai. Dan kita harusnya bersyukur jikalau kita sudah berhasil melaksanakan perjalanan.
Orang yang lebih maju peradabannya biasanya sering melaksanakan perjalanan. Perjalanan banyak mengandung beberapa hikmah, antaa lain;
1) Safar sanggup menghibur diri dari kesedihan
2) Safar menjadi sarana bagi sesorang untuk memperoleh pelengkap pengalaman
3) Safar sanggup mengantarkan seseorang untuk memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan
4) Dengan Safar maka seseorang akan lebih banyak mengenal budbahasa kesopanan yang berkembang pada suatu komunitas masyarakat.
5) Perjalanan akan sanggup menambah wawasan dan bahkan mitra yang baik dan mulia.