Sistem Pemerintahan Kurun Kepemimpinan Khalifah Bubuk Bakar
Thursday, July 6, 2017
Edit
1. Dinamika bidang Agama.
Ada beberapa tanda-tanda yang sungguh umum yang terjadi tidak usang setelah maut Muhammad saw. Beberapa dari kalangan yang bukan Arab Quroisy kemudian menyatakan kemerdekaan mereka alasannya yaitu menganggap bahwa ketundukan itu hanyalah berlaku kepada Muhammad saw, sang rasul. Pembangkangan-pembakangan yang terjadi pada masa Abu Bakar r.a ini juga dibarengi dengan munculnya beberapa orang yang mengaku sebagai nabi gres dan mendakwakan agama ke kaumnya. Selain itujuga muncul juga gerakan untuk mogok bayar zakat, dengan anggapan bahwa zakat itu hanya wajib apabila Muhammad Saw ada.
Masalah maut Rasulullah Saw, memang telah membawa efek yang sungguh besar dalam ke-imanan seseorang kala itu. Krisis ini tidak hanya menerpa mereka yang memang jauh dari Madinah, atau jauh dari Rasulullah Saw, akan tetapi juga dialami beberapa sahabat.
Masyarakat muslim kala itu memang tidaklah se-heterogen kalau dibandingkan pada masa selanjutnya, akan tetapi beberapa elemen penyusun dasar masyarakat sudah mulai bervariasi. Otomatis tingkat kepatuhan, keyakinan, minat terhadap Islam, motivasi untuk memeluk agama Islam pada masa Rasulullah niscaya berbeda-beda. Bisa jadi ada yang motivasinya hanyalah evakuasi diri dari serangan-serangan Arab, atau juga sanggup jadi hanya menghindari beban upeti kepada mereka.
Kemudian dengan meninggalnya nabi Muhammad Saw, anggapan bahwa zakat tidak perlu lagi dibayar serta mertapun muncul. Meskipun beberapa insiden ini memiliki indikasi lain yang tidak kalah pentingnya, yakni hanya sebuah perjuangan biar tidak membayar pajak, akan tetapi kedoknya yaitu benar-benar agama, sampai mereka yang melancarkan gerakan nabi palsu, mogok zakat dan lain sebagainya disebut sebagai murtad.
Ada beberapa kelompok yang melakoni gerakan riddah ini, mereka adalah:
a. Bani Amir dan Hawazan dan Sulaim.
b. Musailamah yang mengaku sebagai nabi baru.
c. Penduduk Bahrain.
d. Penduduk Oman dan Mahrah.
e. Penduduk Yaman dalam dua kali gelombang.
f. Penduduk Hadramaut dan Kinda
Abu Bakar sibuk untuk mengurusi masalah-masalah yang ibarat ini yang semuanya berlangsung pada tahun awal pemerintahannya yakni tahun 11 H, sampai dia tidak sempat memikirkan perluasan ke luar kecuali hanya sedikit, selain memang masa kepemimpinan dia memang yang paling singkat dibanding para penerusnya. Tapi karenanya Abu Bakar berhasil meredam seluruh gerakan ini dengan mengirimkan pasukannya. Karena memang riddah dalam keyakinan ummat Islam yaitu harus dibunuh sampai mati atau kembali ke dalam Islam maka begitu juga dengan perintah Abu Bakar r.a kepada para pemimpin pasukan.
2. Dinamika Sosial.
Sebenarnya masyarakat Muslim, yang terdiri dari banyak element dan suku terancam hancur persatuannya pada insiden Saqifah. Sejumlah kalangan pengungsi dari Mekkah dan beberapa klan lemah di Madinah juga beberapa orang yang melepaskan diri dari klannya bersatu untuk memikirkan suksesi Abu Bakar r.a dan menghalangi kalan Khazraj untuk menentukan pemimpin sendiri alasannya yaitu hal ini akan sangat rentan dengan munculnya permusuhan di kalangan elit politik dan masyarakat.
Selain itu dalam beberapa kisah, yang coba diabaikan beberapa kalangan, disebutkan bahwa terjadi ketegangan antara bani Hasyim dengan Abu Bakar dan suksesornya Umar bin Khattab. Dalam beberapa riwayat ibarat yang dituturkan oleh Muhammad Haikal disebutkan bahwa Abu Bakar dan Umar bin Khattab mendatangi Ali bin Abi Thalib dengan membawa sekelompok pasukan untuk meminta baiat Ali bin Abi Thalib. Aka tetapi Ali bin Abi Thalib dan beberapa anggotanya menghadap mereka dengan pedang di tangannya, sampai terjadi laga fisik antara Ali bin Abi Thalib r.a dan Umar bin Khattab r.a.
Abu Bakar r.a yaitu salah satu figur yang dihormati oleh masyarakat, selain alasannya yaitu dia termasuk sahabat paling bersahabat dengan nabi, ia juga termasuk salah satu orang yang paling pertama memeluk Islam dan mertua Rasulullah Saw, akan tetapi Ali bin Abi Thalib r.a sedikitpun tidak kalah wibawanya dibandingkan Abu Bakar r.a, dia yaitu sepupu nabi, bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib yaitu orang yang paling pertama kali masuk Islam, dia juga yaitu menantu Rasulullah Saw. Dua figur yang sangat dihormati di Madinah ini dan memiliki banyak pendukung tentu saja melahirkan paling sedikit dua blok masyarakat, yang mendukung Abu Bakar r.a dan yang mendukung Ali bin Abi Thalib r.a. Tentu saja ini melahirkan suatu dilema tersendiri bagi masyarakat.
3. Dinamika Politik.
Kestabilan politik yang telah dirintis oleh Rasulullah Saw, berangsur-angsur memburuk setelah maut beliau. Ini terbukti dengan terjadinya beberapa pemberontakan di luar Madinah, baik itu pemberontakan yang dimotivasi oleh harapan melepaskan diri dari kekuasaan Islam ataupun pemberontakan-pemberontakan yang dilancarkan oleh kaumkaum murtad.
Selain itu di Madinah, ibarat yang kita sebutkan diatas, muncul dua blok kekuasaan politik, satu pihak yaitu Abu Bakar r.a yang telah diangkat menjadi khalifah, di pihak lain yaitu Ali bin Abi Thalib r.a-yang dalam pandangan beberapa sarjanawandisebutkan bahwa dia beropini dan disetujui oleh pengikutnya sebagai orang yang lebih berhak untuk menduduki posisi kepemimpinan.
Anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a yaitu orang yang lebih berhak untuk mendapat tampuk kepemimpinan diawali dengan mengedepankan hadist Ghadir Khum yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a yaitu pewaris nabi Muhammad saw. Peristiwa Saqifah yang tidak dihadiri oleh Ali bin Abi Thalib r.a yang kala itu sibuk dengan mengurusi mayat Rasulullah Saw, dimata beberapa kalangan merupakan awal perampasan kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib r.a. Kesekongkolan antara Umar bin Khattab r.a, Abu Bakar r.a dan Abu Ubaid bin Jarrah dianggap sebagai salah satu perjuangan untuk tidak menggabungkan kepemimpinan politik dan agama pada Bani Hasyim.
Ada banyak versi yang menceritakan pertikaian politik antara dua blok politik terbesar di Madinah. Akan tetapi ada juga riwayat yang menafikan pertikaian politik tersebut, ibarat riwayat shahih yang diceritakan oleh at-Thabari. Selain itu Haikal juga menuturkan bahwa riwayat-riwayat yang menyebutkan terjadinya pertikaian politik gres muncul jauh sehabis berakhirnya ke-khalifahan Abu Bakar r.a yakni pada masa Abbasyiah.
4. Stabilitas Negara.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, tercatat beberapa pemberontakan yang membahayakan bagi kesatuan negara Islam. Beberapa diantaranya yaitu gerakangerakan riddah yang muncul tidak usang setelah maut Rasulullah Saw. Pemberontakan-pemberontakan itu sanggup dilatari beberapa alasan baik alasan politik, ekonomi ataupun agama. Beberapa pemberontakan dan gerakan yang mengancam stabilitas negara itu sanggup kita sebutkan sebagai berikut:
1. Pemberontakan Thulaihah yang mengklaim dirinya sebagai nabi sebelum wafatnya Rasulullah Saw.
2. Pemberontakan Sajjah dan Malik bin Nuwairoh di dari Yamamah.
3. Perang Yamamah, dan Musailamah yang menyebut dirinya sebagai nabi.
4. Gerakan riddah di Baharain.
5. Gerakan riddah di Omman dan Muhrah.
6. Gerakan riddah di Hadramaut dan Kindah.
Semua gerakan riddah dan pemberotakan ini berhasil diredamkan baik dengan peperangan ataupun tidak.
5. Kebijakan Politik Abu Bakar
Dalam perjalanan Abu Bakar r.a, dia telah tetapkan beberapa kebijakan dalam politik, beberapa kebijakan penting dia selain menumpas pemberontakan dan melaksanakan perluasan adalah:
1. Menjadikan Hirroh sebagai sentra militer untuk penyerangan selanjutnya ke Syam.
2. Menaklukkan daerah-daerah yang berpeluang untuk membantu melawan Kaisar.
3. Menempatkan Khalid bin Sa’id bin Ash dan pasukannya sebagai pasukan cadangan di Taima, yakni perbatasan wilayah kekuasaan negara Islam dengan Syam. Tekanan-tekanan yang diberikan oleh Khalid bin Sa’id telah menunjukkan Kontribusi besar dalam penaklukkan Syam, meskipun karenanya mereka kalah.
4. Pemindahan baitul mal dari Sunuh ke Madinah.
5. Mengurusi janda-janda perang di Madinah.
6. Pengangkatan al-Mutsanna bin Haritsah menggantikan Khalid bin Walid di Iraq.
7. Penunjukan Umar bin Khattab r.a sebagai penggantinya sebagai Khalifah. Beberapa pendapat menyampaikan bahwa dia menghawatirkan keadaan akan menjadi kritis lagi kalau seorang pemimpin tidak menunjuk orang yang akan menggantikannya.
8. Mengampuni beberapa kepala pemberontak.
Selain itu dia juga mengangkat beberapa orang sebagai pemerintah di kota-kota tertentu. Abu Bakar r.a mengangkat Umar bin Khattab r.a menjadi hakim di Madinah, Abu Ubaidah menjadi pengurus baitul mal, Ali bin Abi Thalib r.a, Utsman bin Affan dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris, Uttab bin Usaid sebagai amir kota Mekkah, Utsman bin Abi al-Ash sebagai amir di Thaif, al-Muhajir bin Abi Umayyah di Shun’a, Ziyad bin Lubaid di Hadramaut, Abu Musa di Zubaid dan Rima’, Muadz bin Jabal di Jund, al-Ala’ bin al-Hadramiy di Bahrain, Jarir bin Abdullah di Najran, Abdullah bin Tsaur di Jurasy, Iyadh bin Ghanm di Daumatuljandal, Khalid bin Walid sebagai jendral besar pemimpin pasukan penakluk Syam.
6. Kontribusi Pemerintahan Abu Bakar
Sebenarnya, salah satu keberhasilan Rasulullah Saw. dalam kepemimpinannya yaitu mengganti sistem politik bangsa Arab yang dahulunya terpecah belah di bawah naungan klan. Seseorang tidak sanggup mengklaim bahwa dirinya yaitu seorang yang merdeka kalau ia tidak bernaung dibawah sebuah klan. Kemudian Rasulullah Saw. menggantikan sistem ini dengan kesatuan politik yang berjulukan Ummah, yakni kesatuan seluruh ummat Islam.
Sedangkan pada masa Abu Bakar r.a, kesatuan politik bangsa-bangsa Arab yang terpecah belah dibawah beberapa kekuasan politik telah dirancang untuk disatukandibawah kekuasaan negara Islam. Kesatuan ini menjadi sistem pemerintahan negara yang oleh bangsa Arab sebelumnya tidak diperhatikan. Selain itu, Abu Bakar r.a juga telah merintis sistem pengambilan keputusan dengan keputusan syura. Lain halnya dengan Rasulullah Saw. yang keputusannya yaitu mutlak alasannya yaitu memang dia menjadi wadah akseptor wahyu. Pada pengambilan keputusan-keputusan genting, Abu Bakar sering memanggil orang-orang yang menurutnya berkompeten untuk didengar pendapatnya, yakni pada ketika itu yaitu sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Dengan begitu dia telah mulai merintis pembangunan dasar-dasar pemerintahan Islam ibarat syura.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal sistem pemerintahan masa kepemimpinan Abu Bakar. Sumber Modul 3 Perkembangan Islam Masa Khulajaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Ada beberapa tanda-tanda yang sungguh umum yang terjadi tidak usang setelah maut Muhammad saw. Beberapa dari kalangan yang bukan Arab Quroisy kemudian menyatakan kemerdekaan mereka alasannya yaitu menganggap bahwa ketundukan itu hanyalah berlaku kepada Muhammad saw, sang rasul. Pembangkangan-pembakangan yang terjadi pada masa Abu Bakar r.a ini juga dibarengi dengan munculnya beberapa orang yang mengaku sebagai nabi gres dan mendakwakan agama ke kaumnya. Selain itujuga muncul juga gerakan untuk mogok bayar zakat, dengan anggapan bahwa zakat itu hanya wajib apabila Muhammad Saw ada.
Masalah maut Rasulullah Saw, memang telah membawa efek yang sungguh besar dalam ke-imanan seseorang kala itu. Krisis ini tidak hanya menerpa mereka yang memang jauh dari Madinah, atau jauh dari Rasulullah Saw, akan tetapi juga dialami beberapa sahabat.
Masyarakat muslim kala itu memang tidaklah se-heterogen kalau dibandingkan pada masa selanjutnya, akan tetapi beberapa elemen penyusun dasar masyarakat sudah mulai bervariasi. Otomatis tingkat kepatuhan, keyakinan, minat terhadap Islam, motivasi untuk memeluk agama Islam pada masa Rasulullah niscaya berbeda-beda. Bisa jadi ada yang motivasinya hanyalah evakuasi diri dari serangan-serangan Arab, atau juga sanggup jadi hanya menghindari beban upeti kepada mereka.
Kemudian dengan meninggalnya nabi Muhammad Saw, anggapan bahwa zakat tidak perlu lagi dibayar serta mertapun muncul. Meskipun beberapa insiden ini memiliki indikasi lain yang tidak kalah pentingnya, yakni hanya sebuah perjuangan biar tidak membayar pajak, akan tetapi kedoknya yaitu benar-benar agama, sampai mereka yang melancarkan gerakan nabi palsu, mogok zakat dan lain sebagainya disebut sebagai murtad.
Ada beberapa kelompok yang melakoni gerakan riddah ini, mereka adalah:
a. Bani Amir dan Hawazan dan Sulaim.
b. Musailamah yang mengaku sebagai nabi baru.
c. Penduduk Bahrain.
d. Penduduk Oman dan Mahrah.
e. Penduduk Yaman dalam dua kali gelombang.
f. Penduduk Hadramaut dan Kinda
Abu Bakar sibuk untuk mengurusi masalah-masalah yang ibarat ini yang semuanya berlangsung pada tahun awal pemerintahannya yakni tahun 11 H, sampai dia tidak sempat memikirkan perluasan ke luar kecuali hanya sedikit, selain memang masa kepemimpinan dia memang yang paling singkat dibanding para penerusnya. Tapi karenanya Abu Bakar berhasil meredam seluruh gerakan ini dengan mengirimkan pasukannya. Karena memang riddah dalam keyakinan ummat Islam yaitu harus dibunuh sampai mati atau kembali ke dalam Islam maka begitu juga dengan perintah Abu Bakar r.a kepada para pemimpin pasukan.
2. Dinamika Sosial.
Sebenarnya masyarakat Muslim, yang terdiri dari banyak element dan suku terancam hancur persatuannya pada insiden Saqifah. Sejumlah kalangan pengungsi dari Mekkah dan beberapa klan lemah di Madinah juga beberapa orang yang melepaskan diri dari klannya bersatu untuk memikirkan suksesi Abu Bakar r.a dan menghalangi kalan Khazraj untuk menentukan pemimpin sendiri alasannya yaitu hal ini akan sangat rentan dengan munculnya permusuhan di kalangan elit politik dan masyarakat.
Selain itu dalam beberapa kisah, yang coba diabaikan beberapa kalangan, disebutkan bahwa terjadi ketegangan antara bani Hasyim dengan Abu Bakar dan suksesornya Umar bin Khattab. Dalam beberapa riwayat ibarat yang dituturkan oleh Muhammad Haikal disebutkan bahwa Abu Bakar dan Umar bin Khattab mendatangi Ali bin Abi Thalib dengan membawa sekelompok pasukan untuk meminta baiat Ali bin Abi Thalib. Aka tetapi Ali bin Abi Thalib dan beberapa anggotanya menghadap mereka dengan pedang di tangannya, sampai terjadi laga fisik antara Ali bin Abi Thalib r.a dan Umar bin Khattab r.a.
Abu Bakar r.a yaitu salah satu figur yang dihormati oleh masyarakat, selain alasannya yaitu dia termasuk sahabat paling bersahabat dengan nabi, ia juga termasuk salah satu orang yang paling pertama memeluk Islam dan mertua Rasulullah Saw, akan tetapi Ali bin Abi Thalib r.a sedikitpun tidak kalah wibawanya dibandingkan Abu Bakar r.a, dia yaitu sepupu nabi, bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib yaitu orang yang paling pertama kali masuk Islam, dia juga yaitu menantu Rasulullah Saw. Dua figur yang sangat dihormati di Madinah ini dan memiliki banyak pendukung tentu saja melahirkan paling sedikit dua blok masyarakat, yang mendukung Abu Bakar r.a dan yang mendukung Ali bin Abi Thalib r.a. Tentu saja ini melahirkan suatu dilema tersendiri bagi masyarakat.
3. Dinamika Politik.
Kestabilan politik yang telah dirintis oleh Rasulullah Saw, berangsur-angsur memburuk setelah maut beliau. Ini terbukti dengan terjadinya beberapa pemberontakan di luar Madinah, baik itu pemberontakan yang dimotivasi oleh harapan melepaskan diri dari kekuasaan Islam ataupun pemberontakan-pemberontakan yang dilancarkan oleh kaumkaum murtad.
Selain itu di Madinah, ibarat yang kita sebutkan diatas, muncul dua blok kekuasaan politik, satu pihak yaitu Abu Bakar r.a yang telah diangkat menjadi khalifah, di pihak lain yaitu Ali bin Abi Thalib r.a-yang dalam pandangan beberapa sarjanawandisebutkan bahwa dia beropini dan disetujui oleh pengikutnya sebagai orang yang lebih berhak untuk menduduki posisi kepemimpinan.
Anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a yaitu orang yang lebih berhak untuk mendapat tampuk kepemimpinan diawali dengan mengedepankan hadist Ghadir Khum yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib r.a yaitu pewaris nabi Muhammad saw. Peristiwa Saqifah yang tidak dihadiri oleh Ali bin Abi Thalib r.a yang kala itu sibuk dengan mengurusi mayat Rasulullah Saw, dimata beberapa kalangan merupakan awal perampasan kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib r.a. Kesekongkolan antara Umar bin Khattab r.a, Abu Bakar r.a dan Abu Ubaid bin Jarrah dianggap sebagai salah satu perjuangan untuk tidak menggabungkan kepemimpinan politik dan agama pada Bani Hasyim.
Ada banyak versi yang menceritakan pertikaian politik antara dua blok politik terbesar di Madinah. Akan tetapi ada juga riwayat yang menafikan pertikaian politik tersebut, ibarat riwayat shahih yang diceritakan oleh at-Thabari. Selain itu Haikal juga menuturkan bahwa riwayat-riwayat yang menyebutkan terjadinya pertikaian politik gres muncul jauh sehabis berakhirnya ke-khalifahan Abu Bakar r.a yakni pada masa Abbasyiah.
4. Stabilitas Negara.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar r.a, tercatat beberapa pemberontakan yang membahayakan bagi kesatuan negara Islam. Beberapa diantaranya yaitu gerakangerakan riddah yang muncul tidak usang setelah maut Rasulullah Saw. Pemberontakan-pemberontakan itu sanggup dilatari beberapa alasan baik alasan politik, ekonomi ataupun agama. Beberapa pemberontakan dan gerakan yang mengancam stabilitas negara itu sanggup kita sebutkan sebagai berikut:
1. Pemberontakan Thulaihah yang mengklaim dirinya sebagai nabi sebelum wafatnya Rasulullah Saw.
2. Pemberontakan Sajjah dan Malik bin Nuwairoh di dari Yamamah.
3. Perang Yamamah, dan Musailamah yang menyebut dirinya sebagai nabi.
4. Gerakan riddah di Baharain.
5. Gerakan riddah di Omman dan Muhrah.
6. Gerakan riddah di Hadramaut dan Kindah.
Semua gerakan riddah dan pemberotakan ini berhasil diredamkan baik dengan peperangan ataupun tidak.
5. Kebijakan Politik Abu Bakar
Dalam perjalanan Abu Bakar r.a, dia telah tetapkan beberapa kebijakan dalam politik, beberapa kebijakan penting dia selain menumpas pemberontakan dan melaksanakan perluasan adalah:
1. Menjadikan Hirroh sebagai sentra militer untuk penyerangan selanjutnya ke Syam.
2. Menaklukkan daerah-daerah yang berpeluang untuk membantu melawan Kaisar.
3. Menempatkan Khalid bin Sa’id bin Ash dan pasukannya sebagai pasukan cadangan di Taima, yakni perbatasan wilayah kekuasaan negara Islam dengan Syam. Tekanan-tekanan yang diberikan oleh Khalid bin Sa’id telah menunjukkan Kontribusi besar dalam penaklukkan Syam, meskipun karenanya mereka kalah.
4. Pemindahan baitul mal dari Sunuh ke Madinah.
5. Mengurusi janda-janda perang di Madinah.
6. Pengangkatan al-Mutsanna bin Haritsah menggantikan Khalid bin Walid di Iraq.
7. Penunjukan Umar bin Khattab r.a sebagai penggantinya sebagai Khalifah. Beberapa pendapat menyampaikan bahwa dia menghawatirkan keadaan akan menjadi kritis lagi kalau seorang pemimpin tidak menunjuk orang yang akan menggantikannya.
8. Mengampuni beberapa kepala pemberontak.
Selain itu dia juga mengangkat beberapa orang sebagai pemerintah di kota-kota tertentu. Abu Bakar r.a mengangkat Umar bin Khattab r.a menjadi hakim di Madinah, Abu Ubaidah menjadi pengurus baitul mal, Ali bin Abi Thalib r.a, Utsman bin Affan dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris, Uttab bin Usaid sebagai amir kota Mekkah, Utsman bin Abi al-Ash sebagai amir di Thaif, al-Muhajir bin Abi Umayyah di Shun’a, Ziyad bin Lubaid di Hadramaut, Abu Musa di Zubaid dan Rima’, Muadz bin Jabal di Jund, al-Ala’ bin al-Hadramiy di Bahrain, Jarir bin Abdullah di Najran, Abdullah bin Tsaur di Jurasy, Iyadh bin Ghanm di Daumatuljandal, Khalid bin Walid sebagai jendral besar pemimpin pasukan penakluk Syam.
6. Kontribusi Pemerintahan Abu Bakar
Sebenarnya, salah satu keberhasilan Rasulullah Saw. dalam kepemimpinannya yaitu mengganti sistem politik bangsa Arab yang dahulunya terpecah belah di bawah naungan klan. Seseorang tidak sanggup mengklaim bahwa dirinya yaitu seorang yang merdeka kalau ia tidak bernaung dibawah sebuah klan. Kemudian Rasulullah Saw. menggantikan sistem ini dengan kesatuan politik yang berjulukan Ummah, yakni kesatuan seluruh ummat Islam.
Sedangkan pada masa Abu Bakar r.a, kesatuan politik bangsa-bangsa Arab yang terpecah belah dibawah beberapa kekuasan politik telah dirancang untuk disatukandibawah kekuasaan negara Islam. Kesatuan ini menjadi sistem pemerintahan negara yang oleh bangsa Arab sebelumnya tidak diperhatikan. Selain itu, Abu Bakar r.a juga telah merintis sistem pengambilan keputusan dengan keputusan syura. Lain halnya dengan Rasulullah Saw. yang keputusannya yaitu mutlak alasannya yaitu memang dia menjadi wadah akseptor wahyu. Pada pengambilan keputusan-keputusan genting, Abu Bakar sering memanggil orang-orang yang menurutnya berkompeten untuk didengar pendapatnya, yakni pada ketika itu yaitu sahabat-sahabat Rasulullah Saw. Dengan begitu dia telah mulai merintis pembangunan dasar-dasar pemerintahan Islam ibarat syura.