Nilai Dan Manfaat Yang Sanggup Diambil Dari Kisah-Kisah Usaha Para Nabi Dalam Al Qur’An

Berbicara wacana usaha para nabi dan rasul melalui kisah-kisah dalam al-Qur’an, perlu dipaparkan manfaat apa yang sanggup diambil dari cerita kisah tersebut, sehingga manfaat dari hal tersebut ditelaah lebih dalam dengan keinginan memperolah makna psikologis dan edukatif bagi kaum yang berpikir.

Nilai manfaat yang sanggup diambil dari kisah-kisah usaha para nabi dalam al Qur’an antara lain sebagai berikut:

a. Menjelaskan asas-asas dakwah Islam menuju Allah Swt dan sanggup menjelaskan pokok pokok syaria'at yang dibawa oleh para nabi.

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِىٓ إِلَيْهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدُونِ

wamaa arsalnaa min qablika min rasuulin illaa nuuhii ilayhi annahu laa ilaaha illaa anaa fa'buduun

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kau melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku" (Q.S Al-Anbiya’: 25)

b. Membenarkan para nabi terdahulu menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya baik berupa benda maupun berupa syari`atnya ibarat jejak dan syariat nabi Ibrahim As wacana Qurban.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ . فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ
وَنَٰدَيْنَٰهُ أَن يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ ٱلرُّءْيَآ ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ . إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلْبَلَٰٓؤُا۟ ٱلْمُبِينُ . وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ . وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى ٱلْءَاخِرِينَ

“Maka tatkala anak itu hingga (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kau telah membenarkan mimpi itu bersama-sama demikianlah kami memberi jawaban kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orangorang yang tiba Kemudian” (Q.S. Al-Shaffat/37: 102-108)

c. Untuk meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad Saw atas agama Allah Swt memperkuat kepercayaan orang mukmin wacana menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.

d. Menampakan kebenaran Muhammad SAW dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya wacana hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.

e. Dakwah dan tantangan nabi Muhammad Saw dalam menghadapi ketidak percayaan kaum musyrikin wacana kerosulan Muhammad Saw.

وَأَقْسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهْدَ أَيْمَٰنِهِمْ لَئِن جَآءَتْهُمْ ءَايَةٌ لَّيُؤْمِنُنَّ بِهَا ۚ قُلْ إِنَّمَا ٱلْءَايَٰتُ عِندَ ٱللَّهِ ۖ وَمَا يُشْعِرُكُمْ أَنَّهَآ إِذَا جَآءَتْ لَا يُؤْمِنُونَ

wa-aqsamuu bilaahi jahda aymaanihim la-in jaa-at-hum aayatun layu'minunna bihaa qul innamaa l-aayaatu 'inda laahi wamaa yusy'irukum annahaa idzaa jaa-at laa yu'minuun

“ Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jikalau tiba kepada mereka sesuatu mukjizat, Pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu Hanya berada di sisi Allah". dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat tiba mereka tidak akan beriman”. (Q.S. Al-An’am. 109)

f. Menyimak kebohongan jago kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti. Firman Allah Swt:

كُلُّ ٱلطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِّبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَٰٓءِيلُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ مِن قَبْلِ أَن تُنَزَّلَ ٱلتَّوْرَىٰةُ ۗ قُلْ فَأْتُوا۟ بِٱلتَّوْرَىٰةِ فَٱتْلُوهَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ

kullu ththha'aami kaana hillan libanii israa-iila illaa maa harrama israa-iilu 'alaa nafsihi min qabli an tunazzala ttawraatu qul fa'tuu bittawraati fatluuhaa in kuntum shaadiqiin

"Semua masakan yaitu halal bagi Bani Israil melainkan masakan yang diharamkan oleh Israil (Yaqub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: (Jika kau menyampaikan ada masakan yang diharamkan sebelum Tauran) maka bawalah Taurat itu kemudian bacalah ia jikalau kau orangorang benar." (Q.S. Ali Imran: 93)

g. Mengambil pelajaran dari usaha para nabi ibarat usaha nabi Musa yang hampir sama beratnya dengan usaha nabi Muhammad Saw sehingga sanggup dijadikan studi komparatif bagi nabi Muhammad Saw dan orang orang yang beriman bahwa nabi-nabi terdahulu mengahadapi cobaan yang berat dalam memperjuankan agama Allah Swt di muka bumi ini. Salah satu bukti cerita wacana keberadaan Nabi Musa AS dan Fir‘aun dalam al-Qur’ān terdapat pada surat Yunus ayat 75:

ثُمَّ بَعَثْنَا مِنۢ بَعْدِهِم مُّوسَىٰ وَهَٰرُونَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦ بِـَٔايَٰتِنَا فَٱسْتَكْبَرُوا۟ وَكَانُوا۟ قَوْمًا مُّجْرِمِينَ

tsumma ba'atsnaa min ba'dihim muusaa wahaaruuna ilaa fir'awna wamala-ihi bi-aayaatinaa fastakbaruu wakaanuu qawman mujrimiin

“ Kemudian setelah rasul-rasul itu, kami utus Musa dan Harun kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) gejala (mukjizatmukjizat) kami, Maka mereka menyombongkan diri dan mereka yaitu orangorang yang berdosa”.

h. Mengambil pelajaran dari cerita Yusuf yang rela menentukan dipenjara dari pada melanggap perintah Allah Swt untuk berbuat Zina dan hal-hal yang berkenaan dengan kisah-kisah Yusuf .AS:

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

qaala rabbi ssijnu ahabbu ilayya mimmaa yad'uunanii ilayhi wa-illaa tashrif 'annii kaydahunna ashbu ilayhinna wa-akun mina ljaahiliin

“ Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi seruan mereka kepadaku. dan jikalau tidak Engkau hindarkan dari padaku kebijaksanaan kancil mereka, tentu Aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah Aku termasuk orang-orang yang bodoh." (Q.S.Yusuf: 33)

قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ

qaala ij'alnii 'alaa khazaa-ini l-ardhi innii hafiizhun 'aliim

“ Berkata Yusuf: "Jadikanlah Aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya Aku yaitu orang yang cerdik menjaga, lagi berpengetahuan".(Q.S.Yusuf: 55)

قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِ أَن نَّأْخُذَ إِلَّا مَن وَجَدْنَا مَتَٰعَنَا عِندَهُۥٓ إِنَّآ إِذًا لَّظَٰلِمُونَ

qaala ma'aadza laahi an na'khudza illaa man wajadnaa mataa'anaa 'indahu innaa idzan lazhaalimuun

Berkata Yusuf: "Aku mohon santunan kepada Allah daripada menahan seorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya, jikalau kami berbuat demikian, Maka benar-benarlah kami orang-orang yang zalim".(Q.S.Yusuf: 79)

قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ ٱلْيَوْمَ ۖ يَغْفِرُ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

qaala laa tatsriiba 'alaykumu lyawma yaghfiru laahu lakum wahuwa arhamu rraahimiin

“ Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari Ini tak ada cercaan terhadap kamu, Praktis mudahan Allah mengampuni (kamu), dan beliau yaitu Maha Penyayang di antara para penyayang".(Q.S.Yusuf: 92)

رَبِّ قَدْ ءَاتَيْتَنِى مِنَ ٱلْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِى مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ أَنتَ وَلِىِّۦ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ

rabbi qad aataytanii mina lmulki wa'allamtanii min ta'wiili l-ahaadiitsi faathira ssamaawaati wal-ardhi anta waliyyii fii ddunyaa wal-aakhirati tawaffanii musliman wa-alhiqnii bishshaalihiin

“Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau Telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan Telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah Aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah Aku dengan orang-orang yang saleh”. (Q.S. Yusuf: 101)

Selain dari itu, cerita dalam al-Quran mengandung aneka macam informasi wacana kejadian sejarah baik mengenai kehidupan para nabi, orang-orang shaleh, orang-orang yang durhaka, ataupun peristiwa-peristiwa lainnya yang berkenaan dengan sejarah dan perkembangan kehidupan insan yang sangat penting untuk diketahui. Peristiwa kejadian dalam al-Quran tidak tersusun secara kronologis, namun merupakan serpihan penggalan yang awut-awutan pada aneka macam surat. Hal ini dimaksud untuk menjustifikasi suatu nilai tertentu atau suatu informasi semoga menarik perhatian pembaca.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana nilai dan manfaat yang sanggup diambil dari kisah-kisah usaha para nabi dalam al Qur’an. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Sumber : Susilawati , Nilai-Nilai Pendidikan Melalui Kisah Dalam Al-Qur’an, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup susilawatistaincurup@yahoo.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel