Kehormatan Menunaikan Amanah
Sunday, October 7, 2007
Edit
Pada masa jahiliah hiduplah seorang penyair berjulukan Umru'ul Qais keturunan kerajaan Kindah yang memiliki julukan Penyair Emas. Syair-syairnya sungguh tajam mengkritik pemerintahan gres Kerajaan Kindah yang zalim. Ia pun berencana pergi ke Romawi untuk meminta pemberian dan proteksi dari kezaliman Raja Kindah.
Sebelum berangkat, ia menitipkan tameng, persenjataan, dan barang-barang bermanfaat lain yang nilainya sungguh besar terhadap Samuel sesama penyair. Qais berpesan agar bila terjadi sesuatu padanya, barang-barang tersebut cuma boleh diserahkan terhadap jago warisnya.
Konon dalam perjalanannya, Qais dibunuh oleh delegasi Raja Kindah dengan cara diracun sampai nyawanya pun berakhir. Kemudian Raja Kindah memerintahkan pengawalnya untuk mengambil barang-barang milik Qais dari tangan Samuel.
Akan tetapi, Samuel tidak mengizinkannya alasannya sudah memperoleh janji dan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Perilaku Samuel menghasilkan Raja Kindah sungguh geram. la pun menggunakan cara paling keras dengan mengirim tentara-tentaranya untuk menyerang Samuel dan putranya. Akan tetapi, Samuel tidak gentar. Untuk menyingkir dari serangan tentara-tentara tersebut, Samuel berlindung di dalam benteng yang kukuh. Sementara itu, putranya melindungi ayahnya di depan benteng.
Raja zalim itu tidak kekurangan akal. Ditangkaplah putra Samuel yang melawan puluhan prajurit seorang diri untuk dijadikan tawanan. Kemudian Raja mengundang Samuel untuk menyaksikan putranya terakhir kali.
Samuel secepatnya menuju ke atas benteng dan menyaksikan anaknya diseret dalam kondisi terikat. Raja mengancam Samuel bila masih bersikukuh tidak mau memberi barang-barang yang ia minta, anaknya akan dibunuh di hadapannya.
Ayah mana yang rela menyaksikan anaknya menderita, terlebih bila mesti mati dengan cara menyedihkan menyerupai itu. Akan tetapi, Samuel dengan lantang berkata, "Aku tidak akan pernah mengkhianati akad dan melanggar sumpah. Apa pun yang mau kaulakukan, tidak akan merubah pendirianku!"
Setelah berkata demikian, putranya dibunuh di depan matanya sendiri. Bayangkan apa yang ia rasakan kini. Tiada lagi putra kesayangan yang menemani hidupnya. Semua ia laksanakan demi menjaga amanah sampai ia mesti mengorbankan putranya sendiri.
Misi penyerangan akibatnya gagal dan kali ini raja zalim itu betul-betul kekurangan akal. Mereka pun pulang meninggalkan benteng tanpa menenteng hasil yang mereka inginkan.
Suatu hari belum dewasa Umru'ul Qais selaku jago waris mengunjungi Samuel. la pun menyerahkan semua barang titipan Qais terhadap mereka. Tidak ada dendam atau permintaan dari Samuel atas pengorbanan yang sudah ia laksanakan demi menjaga warisan ayahnya. Semua ia laksanakan dengan tulus. la pun menggubah syair wacana dirinya:
Kupenuhi janji
Meski getir kuhadapi
Kezaliman raja nan dengki
Meskipun orang mengkhianati
Aku tetap menepati
Sebab, kehormatan lebih saya hormati
Sebelum berangkat, ia menitipkan tameng, persenjataan, dan barang-barang bermanfaat lain yang nilainya sungguh besar terhadap Samuel sesama penyair. Qais berpesan agar bila terjadi sesuatu padanya, barang-barang tersebut cuma boleh diserahkan terhadap jago warisnya.
Konon dalam perjalanannya, Qais dibunuh oleh delegasi Raja Kindah dengan cara diracun sampai nyawanya pun berakhir. Kemudian Raja Kindah memerintahkan pengawalnya untuk mengambil barang-barang milik Qais dari tangan Samuel.
Akan tetapi, Samuel tidak mengizinkannya alasannya sudah memperoleh janji dan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Perilaku Samuel menghasilkan Raja Kindah sungguh geram. la pun menggunakan cara paling keras dengan mengirim tentara-tentaranya untuk menyerang Samuel dan putranya. Akan tetapi, Samuel tidak gentar. Untuk menyingkir dari serangan tentara-tentara tersebut, Samuel berlindung di dalam benteng yang kukuh. Sementara itu, putranya melindungi ayahnya di depan benteng.
Raja zalim itu tidak kekurangan akal. Ditangkaplah putra Samuel yang melawan puluhan prajurit seorang diri untuk dijadikan tawanan. Kemudian Raja mengundang Samuel untuk menyaksikan putranya terakhir kali.
Samuel secepatnya menuju ke atas benteng dan menyaksikan anaknya diseret dalam kondisi terikat. Raja mengancam Samuel bila masih bersikukuh tidak mau memberi barang-barang yang ia minta, anaknya akan dibunuh di hadapannya.
Ayah mana yang rela menyaksikan anaknya menderita, terlebih bila mesti mati dengan cara menyedihkan menyerupai itu. Akan tetapi, Samuel dengan lantang berkata, "Aku tidak akan pernah mengkhianati akad dan melanggar sumpah. Apa pun yang mau kaulakukan, tidak akan merubah pendirianku!"
Setelah berkata demikian, putranya dibunuh di depan matanya sendiri. Bayangkan apa yang ia rasakan kini. Tiada lagi putra kesayangan yang menemani hidupnya. Semua ia laksanakan demi menjaga amanah sampai ia mesti mengorbankan putranya sendiri.
Misi penyerangan akibatnya gagal dan kali ini raja zalim itu betul-betul kekurangan akal. Mereka pun pulang meninggalkan benteng tanpa menenteng hasil yang mereka inginkan.
Suatu hari belum dewasa Umru'ul Qais selaku jago waris mengunjungi Samuel. la pun menyerahkan semua barang titipan Qais terhadap mereka. Tidak ada dendam atau permintaan dari Samuel atas pengorbanan yang sudah ia laksanakan demi menjaga warisan ayahnya. Semua ia laksanakan dengan tulus. la pun menggubah syair wacana dirinya:
Kupenuhi janji
Meski getir kuhadapi
Kezaliman raja nan dengki
Meskipun orang mengkhianati
Aku tetap menepati
Sebab, kehormatan lebih saya hormati