Penjaga Malam
Saturday, October 6, 2007
Edit
Imam Baihaqi meriwayatkan bahwa suatu saat Rasulullah saw. hendak menginap di suatu wilayah sepulangnya dari peperangan. Beliau dan pasukannya mendirikan perkemahan di sana. Ammar bin Yasir r.a dari kaum Muhajirin dan Abbad bin Bashir r.a dari kelompok Anshar menampilkan diri untuk menjaga kemah Rasulullah saw.
Mereka pun berjaga di puncak bukit yang kemungkinan akan dilalui oleh musuh. Abbad r.a berkata terhadap Ammar r.a, "Bagaimana bila kita berjaga secara bergiliran? Sekarang saya yang berjaga dan kau boleh tidur. Berikutnya giliran kau yang berjaga dan saya yang tidur."
Ammar r.a menyetujuinya, kemudian merebahkan diri dan pribadi terlelap dengan nyenyaknya. Sambil berjaga, Abbad r.a menjalankan shalat. Tiba-tiba sebatang anak panah lawan menancap di tubuhnya. Disusul dengan dua anak panah berikutnya.
Ia pun secepatnya mengakhiri shalatnya, kemudian mencabut ketiga anak panah tersebut. Setelah itu, dia membangunkan sahabatnya yang tertidur, "Hai, Ammar! Bangunlah, ada musuh!"
Mereka berdua pun menembus kegelapan malam mencari lawan penembak anak panah tersebut. Namun, mereka kalah cepat. Musuh sudah lebih dulu kabur.
Situasi pun kondusif kembali. Ammar r.a terkejut saat menyadari bahwa badan Abbad r.a sudah berlumuran darah. Ia pun mengajukan pertanyaan terhadap Abbad r.a, "Subhanallah, mengapa kau tidak membangunkanku?"
Abbad r.a menerangkan insiden yang menimpanya, "Ketika saya berjaga, saya menjalankan shalat dan tengah membaca Surat Al-Kahfi. Aku tidak akan ruku' sebelum mengakhiri bacaan surat itu. Namun, saat saya merasa anak panah ketiga menembus tubuhku, saya kalut dengan keamanan Rasulullah saw. Lalu, saya secepatnya mengakhiri shalatku dan membangunkanmu. Jika tidak, sudah niscaya saya akan menamatkan bacaan surat tersebut sebelum ruku' walaupun saya akan mati tertancap panah musuh."
Mereka pun berjaga di puncak bukit yang kemungkinan akan dilalui oleh musuh. Abbad r.a berkata terhadap Ammar r.a, "Bagaimana bila kita berjaga secara bergiliran? Sekarang saya yang berjaga dan kau boleh tidur. Berikutnya giliran kau yang berjaga dan saya yang tidur."
Ammar r.a menyetujuinya, kemudian merebahkan diri dan pribadi terlelap dengan nyenyaknya. Sambil berjaga, Abbad r.a menjalankan shalat. Tiba-tiba sebatang anak panah lawan menancap di tubuhnya. Disusul dengan dua anak panah berikutnya.
Ia pun secepatnya mengakhiri shalatnya, kemudian mencabut ketiga anak panah tersebut. Setelah itu, dia membangunkan sahabatnya yang tertidur, "Hai, Ammar! Bangunlah, ada musuh!"
Mereka berdua pun menembus kegelapan malam mencari lawan penembak anak panah tersebut. Namun, mereka kalah cepat. Musuh sudah lebih dulu kabur.
Situasi pun kondusif kembali. Ammar r.a terkejut saat menyadari bahwa badan Abbad r.a sudah berlumuran darah. Ia pun mengajukan pertanyaan terhadap Abbad r.a, "Subhanallah, mengapa kau tidak membangunkanku?"
Abbad r.a menerangkan insiden yang menimpanya, "Ketika saya berjaga, saya menjalankan shalat dan tengah membaca Surat Al-Kahfi. Aku tidak akan ruku' sebelum mengakhiri bacaan surat itu. Namun, saat saya merasa anak panah ketiga menembus tubuhku, saya kalut dengan keamanan Rasulullah saw. Lalu, saya secepatnya mengakhiri shalatku dan membangunkanmu. Jika tidak, sudah niscaya saya akan menamatkan bacaan surat tersebut sebelum ruku' walaupun saya akan mati tertancap panah musuh."