Sebuah Penantian Yang Panjang
Friday, October 5, 2007
Edit
Sebelum Muhammad diutus menjadi rasul, ia mengadakan transaksi dengan seseorang yang berjulukan Abdullah bin Abi Khansa. Pada transaksi itu ternyata ada sisa barang yang mesti Abdullah kembalikan terhadap Muhammad. Akhirnya, mereka menyetujui untuk berjumpa di suatu kawasan pada waktu yang sudah ditentukan.
Malang bagi Muhammad, ternyata Abdullah lupa akan komitmen tersebut. Ia gres ingat keesokan harinya dan ia merasa tidak perlu berjumpa Muhammad di saat itu alasannya pikirnya, Muhammad niscaya sudah kembali pulang.
Ia berpikir akan eksklusif ke tempat tinggal Muhammad untuk mengirim barang sekaligus meminta maaf akan kekhilafannya. Ia pun bertujuan pergi keesokan harinya.
Dua hari berlalu dari hari yang sudah disepakati, Abdullah berangkat dari rumahnya menuju kediaman Muhammad. Untuk meraih rumah Muhammad, ia melalui jalan yang dijadikan kawasan konferensi antara dia dan Muhammad dua hari yang lalu.
Alangkah kagetnya di saat ia menyaksikan Muhammad berada di kawasan itu. Muhammad terlihat sedang menanti seseorang. "Apakah ia masih menungguku? Ah, tidak mungkin. Janji itu sudah melalui dua hari yang lalu. Mungkin dia sedang menanti orang lain," pikir Abdullah.
Ia pun secepatnya mendekati Muhammad untuk mengakhiri urusannya. Muhammad menyambutnya dengan senyum lebar sambil berkata, "Wahai pemuda, kamu sudah menyulitkan aku. Ketahuilah, saya sudah berada di sini selama tiga hari menunggumu!"
Betapa terkejutnya Abdullah mendengar klarifikasi Muhammad. Sama sekali ia tidak menyangka bahwa Muhammad akan menunggunya selama tiga hari demi menepati janji. Jika ia tahu, pastinya ia akan eksklusif ke kawasan itu tanpa mengulur-ulur waktu lebih usang di saat ia sadar akan kekhilafannya.
Malang bagi Muhammad, ternyata Abdullah lupa akan komitmen tersebut. Ia gres ingat keesokan harinya dan ia merasa tidak perlu berjumpa Muhammad di saat itu alasannya pikirnya, Muhammad niscaya sudah kembali pulang.
Ia berpikir akan eksklusif ke tempat tinggal Muhammad untuk mengirim barang sekaligus meminta maaf akan kekhilafannya. Ia pun bertujuan pergi keesokan harinya.
Dua hari berlalu dari hari yang sudah disepakati, Abdullah berangkat dari rumahnya menuju kediaman Muhammad. Untuk meraih rumah Muhammad, ia melalui jalan yang dijadikan kawasan konferensi antara dia dan Muhammad dua hari yang lalu.
Alangkah kagetnya di saat ia menyaksikan Muhammad berada di kawasan itu. Muhammad terlihat sedang menanti seseorang. "Apakah ia masih menungguku? Ah, tidak mungkin. Janji itu sudah melalui dua hari yang lalu. Mungkin dia sedang menanti orang lain," pikir Abdullah.
Ia pun secepatnya mendekati Muhammad untuk mengakhiri urusannya. Muhammad menyambutnya dengan senyum lebar sambil berkata, "Wahai pemuda, kamu sudah menyulitkan aku. Ketahuilah, saya sudah berada di sini selama tiga hari menunggumu!"
Betapa terkejutnya Abdullah mendengar klarifikasi Muhammad. Sama sekali ia tidak menyangka bahwa Muhammad akan menunggunya selama tiga hari demi menepati janji. Jika ia tahu, pastinya ia akan eksklusif ke kawasan itu tanpa mengulur-ulur waktu lebih usang di saat ia sadar akan kekhilafannya.