Membela Hak Orang Lain
Saturday, October 13, 2007
Edit
Suatu hari Abu Jahal berbelanja beberapa ekor unta dari seorang pria kabilah Khais'am. Ia berjanji akan membayarnya sesuai dengan deadline yang sudah disepakati. Namun, saat deadline pembayaran berakhir, Abu Jahal tidak juga mengeluarkan duit utang-utangnya.
Sang pedagang tidak kekurangan akal. Ia pergi ke Masjidil Haram untuk menemui petinggi-petinggi Quraisy di sana. Harapannya cuma satu, ada seseorang di antara mereka yang bersedia membantunya untuk menagih utang terhadap Abu Jahal. Ia percaya Abu Jahal akan mendengar nasihat dari para petinggi Quraisy tersebut.
Ketika ia menyaksikan para petinggi Quraisy sedang duduk-duduk dan saling bercengkerama di depan Masjidil Haram, tanpa buang waktu ia secepatnya mendekati mereka. Kemudian ia tumpahkan permasalahan yang dihadapinya dengan impian para petinggi Quraisy tersebut bersedia membantunya.
Memang orang-orang Quraisy itu menyimak curahan hati sang pedagang dengan saksama, tetapi bukannya menimbang-nimbang cara menolong sang pedagang, mereka malah menyaksikan suasana ini selaku peluang emas untuk 'mengerjai' Rasulullah saw. Mereka berencana mempertemukan Abu Jahal dengan Rasulullah saw biar Abu Jahal leluasa mempermalukan dia di depan semua orang.
Akhirnya, mereka merekomendasikan inspirasi terhadap sang pedagang "Adukanlah permasalahan ini terhadap Muhammad. Hanya dia yang sanggup menghasilkan Abu Jahal menunaikan kewajibannya", ajakan mereka sambil terkekeh-kekeh.
Tanpa pikir panjang, pedagang itu sungguh-sungguh menemui Rasulullah saw. Ia pun mengadukan permasalahannya, "Wahai hamba Allah, Abu Jahal berbuat otoriter kepadaku. la tidak mau mengeluarkan duit harga unta yang dibelinya. Padahal, saya orang abnormal yang sedang mengerjakan perjalanan jauh. Tadi saya meminta orang-orang di sana untuk membantuku. Dan mereka menyuruhku untuk tiba kepadamu. Tolonglah saya kali ini! Semoga Tuhan merahmatimu!" pinta sang pedagang.
Rasulullah saw bangkit dan mengajak pedagang itu ke tempat tinggal Abu Jahal. Keberangkatan mereka menuju rumah Abu Jahal dikenali oleh orang-orang Quraisy di Masjidil Haram dan mereka berpikir bahwa taktik mereka akan berhasil. Mereka pun mendelegasikan seseorang untuk mengikuti Rasulullah saw dan melaporkan segala sesuatu yang terjadi nanti.
Setibanya di kediaman Abu Jahal, Rasulullah saw. mengetuk pintu rumahnya.
"Siapa itu?" tanya Abu Jahal dari dalam rumah saat mendengar pintunya diketuk.
"Muhammad!" jawab Rasulullah, "keluarlah!" seru dia terhadap Abu Jahal.
Abu Jahal membuka pintu rumahnya dengan tergesa-gesa. Melihat Rasulullah saw sudah bangkit di depan pintunya, tiba-tiba parasnya berubah pucat pasi. Ia terlihat sungguh ketakutan.
"Berikanlah hak orang ini kepadanya!" perintah Rasulullah dengan bunyi tegas.
Dengan gelagapan, Abu Jahal menjawab, "Ba.. baiklah. Akan kulunasi utangku sekarang!" Abu Jahal melesat masuk ke dalam rumah, kemudian keluar dengan menenteng duit sejumlah utangnya.
Urusan utang selesai. Rasulullah saw berkata terhadap pedagang itu, "Gunakanlah hakmu sesukamu!" Kemudian dia pergi.
Tentu saja hal ini sungguh mengasyikkan sang pedagang. Ia berlari menuju Masjidil Haram untuk berterima kasih atas rekomendasi yang diberikan para petinggi Ouraisy yang musyrik itu. Ia berkata terhadap mereka, "Semoga Tuhan membalas Muhammad dengan kebaikan. Ia sungguh-sungguh sudah menolongku menemukan hakku!"
Mendengar isu itu, para petinggi Quraisy merasa keheranan dan tidak percaya. Benarkah Abu Jahal sudah mengeluarkan duit utangnya? Rasanya tidak mungkin kalau Abu Jahal menuruti kehendak kemenakannya tersebut. Namun, mereka masih berharap delegasi yang mereka kirim menenteng isu yang berlawanan dari pedagang itu.
Tanpa menanti lama, sang delegasi datang. Ia melaporkan bahwa Abu Jahal pribadi membayarkan utangnya saat Muhammad memintanya. Rasa terkejut dan gentar merayap ke dalam dada mereka. Tidak terbayang oleh mereka bahwa seorang Abu Jahal yang mempunyai efek kedudukannya serta sungguh menentang Muhammad dengan gampangnya tunduk pada perintah beliau.
Ketika Abu Jahal tiba dengan kepala tertunduk, mereka pribadi menyerangnya dengan cemoohan, "Celakalah engkau! Demi Tuhan, kami tidak pernah menyaksikan seseorang mengerjakan apa yang sudah kaulakukan terhadap Muhammad tadi!"
Abu Jahal membalas dengan makian, "Kalianlah yang celaka! Demi Tuhan, saat kudengar ketukan dan mengenali bahwa Muhammad yang datang, tiba-tiba saja saya merasa takut. Aku pun keluar. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri ada seekor unta yang sungguh besar bangkit sempurna di mukaku. Hewan itu membuka mulutnya yang sungguh lebar sambil menginformasikan gigi taringnya yang tajam-tajam seolah-olah hendak menerkamku. Demi Tuhan, kalau saya menolak perintahnya, unta itu niscaya sudah memangsaku!"
Sang pedagang tidak kekurangan akal. Ia pergi ke Masjidil Haram untuk menemui petinggi-petinggi Quraisy di sana. Harapannya cuma satu, ada seseorang di antara mereka yang bersedia membantunya untuk menagih utang terhadap Abu Jahal. Ia percaya Abu Jahal akan mendengar nasihat dari para petinggi Quraisy tersebut.
Ketika ia menyaksikan para petinggi Quraisy sedang duduk-duduk dan saling bercengkerama di depan Masjidil Haram, tanpa buang waktu ia secepatnya mendekati mereka. Kemudian ia tumpahkan permasalahan yang dihadapinya dengan impian para petinggi Quraisy tersebut bersedia membantunya.
Memang orang-orang Quraisy itu menyimak curahan hati sang pedagang dengan saksama, tetapi bukannya menimbang-nimbang cara menolong sang pedagang, mereka malah menyaksikan suasana ini selaku peluang emas untuk 'mengerjai' Rasulullah saw. Mereka berencana mempertemukan Abu Jahal dengan Rasulullah saw biar Abu Jahal leluasa mempermalukan dia di depan semua orang.
Akhirnya, mereka merekomendasikan inspirasi terhadap sang pedagang "Adukanlah permasalahan ini terhadap Muhammad. Hanya dia yang sanggup menghasilkan Abu Jahal menunaikan kewajibannya", ajakan mereka sambil terkekeh-kekeh.
Tanpa pikir panjang, pedagang itu sungguh-sungguh menemui Rasulullah saw. Ia pun mengadukan permasalahannya, "Wahai hamba Allah, Abu Jahal berbuat otoriter kepadaku. la tidak mau mengeluarkan duit harga unta yang dibelinya. Padahal, saya orang abnormal yang sedang mengerjakan perjalanan jauh. Tadi saya meminta orang-orang di sana untuk membantuku. Dan mereka menyuruhku untuk tiba kepadamu. Tolonglah saya kali ini! Semoga Tuhan merahmatimu!" pinta sang pedagang.
Rasulullah saw bangkit dan mengajak pedagang itu ke tempat tinggal Abu Jahal. Keberangkatan mereka menuju rumah Abu Jahal dikenali oleh orang-orang Quraisy di Masjidil Haram dan mereka berpikir bahwa taktik mereka akan berhasil. Mereka pun mendelegasikan seseorang untuk mengikuti Rasulullah saw dan melaporkan segala sesuatu yang terjadi nanti.
Setibanya di kediaman Abu Jahal, Rasulullah saw. mengetuk pintu rumahnya.
"Siapa itu?" tanya Abu Jahal dari dalam rumah saat mendengar pintunya diketuk.
"Muhammad!" jawab Rasulullah, "keluarlah!" seru dia terhadap Abu Jahal.
Abu Jahal membuka pintu rumahnya dengan tergesa-gesa. Melihat Rasulullah saw sudah bangkit di depan pintunya, tiba-tiba parasnya berubah pucat pasi. Ia terlihat sungguh ketakutan.
"Berikanlah hak orang ini kepadanya!" perintah Rasulullah dengan bunyi tegas.
Dengan gelagapan, Abu Jahal menjawab, "Ba.. baiklah. Akan kulunasi utangku sekarang!" Abu Jahal melesat masuk ke dalam rumah, kemudian keluar dengan menenteng duit sejumlah utangnya.
Urusan utang selesai. Rasulullah saw berkata terhadap pedagang itu, "Gunakanlah hakmu sesukamu!" Kemudian dia pergi.
Tentu saja hal ini sungguh mengasyikkan sang pedagang. Ia berlari menuju Masjidil Haram untuk berterima kasih atas rekomendasi yang diberikan para petinggi Ouraisy yang musyrik itu. Ia berkata terhadap mereka, "Semoga Tuhan membalas Muhammad dengan kebaikan. Ia sungguh-sungguh sudah menolongku menemukan hakku!"
Mendengar isu itu, para petinggi Quraisy merasa keheranan dan tidak percaya. Benarkah Abu Jahal sudah mengeluarkan duit utangnya? Rasanya tidak mungkin kalau Abu Jahal menuruti kehendak kemenakannya tersebut. Namun, mereka masih berharap delegasi yang mereka kirim menenteng isu yang berlawanan dari pedagang itu.
Tanpa menanti lama, sang delegasi datang. Ia melaporkan bahwa Abu Jahal pribadi membayarkan utangnya saat Muhammad memintanya. Rasa terkejut dan gentar merayap ke dalam dada mereka. Tidak terbayang oleh mereka bahwa seorang Abu Jahal yang mempunyai efek kedudukannya serta sungguh menentang Muhammad dengan gampangnya tunduk pada perintah beliau.
Ketika Abu Jahal tiba dengan kepala tertunduk, mereka pribadi menyerangnya dengan cemoohan, "Celakalah engkau! Demi Tuhan, kami tidak pernah menyaksikan seseorang mengerjakan apa yang sudah kaulakukan terhadap Muhammad tadi!"
Abu Jahal membalas dengan makian, "Kalianlah yang celaka! Demi Tuhan, saat kudengar ketukan dan mengenali bahwa Muhammad yang datang, tiba-tiba saja saya merasa takut. Aku pun keluar. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri ada seekor unta yang sungguh besar bangkit sempurna di mukaku. Hewan itu membuka mulutnya yang sungguh lebar sambil menginformasikan gigi taringnya yang tajam-tajam seolah-olah hendak menerkamku. Demi Tuhan, kalau saya menolak perintahnya, unta itu niscaya sudah memangsaku!"