Keteguhan Mempertahankan Rahasia
Wednesday, October 17, 2007
Edit
Seorang wanita mendatangi Ahmad bin Al-Mahdi saat ia menginap di Bagdad. Ahmad bin Al-Mahdi bukanlah penduduk orisinil Bagdad. Sedangkan, perempuan yang mendatanginya yakni seorang putri dari warga kota tersebut yang sedang dirundung masalah.
Ia akan menceritakan permasalahannya, namun Ahmad bin Al-Mahdi mesti bersumpah agar merahasiakannya. Ahmad bin Al-Mahdi pun menyanggupinya.
Wanita itu bercerita bahwa ia sudah hamil. Selama itu ia mengaku selaku istri Ahmad dan bayi dalam kandungannya yakni darah daging Ahmad.
Dia memohon dengan sungguh agar Ahmad bin Al-Mahdi mau mempertahankan rahasianya dengan berkata, "Simpanlah rahasiaku, mudah-mudahan Allah menutupi rahasiamu menyerupai halnya engkau menutupi rahasiaku." Wanita itu pun secepatnya pergi meninggalkannya.
Tentu saja hal itu menjadikannya kaget. Bagaimana tidak, bisa-bisanya perempuan itu mengaku selaku istrinya, terlebih ia mesti mengakui bayi dalam kandungan perempuan tersebut selaku anaknya. Namun, semua sudah kadung dan ia cuma ingin menolong perempuan tersebut lepas dari kesulitannya.
Waktu pun berlalu. Sesepuh dari wilayah tempat tinggal perempuan itu tiba mendatangi Ahmad bin Al-Mahdi bareng warga yang lain guna menginformasikan ihwal kelahiran anaknya.
Ia pun bergembira atas isu tersebut, kemudian menitipkan duit dua dinar untuk diberikan terhadap perempuan yang mengaku istrinya untuk menafkahi anaknya.
Begitu seterusnya, ia senantiasa menitipkan duit untuk perempuan tersebut bareng anaknya lewat sesepuh wilayah perempuan itu. Akan tetapi, tidak usang kemudian anak tersebut meninggal. Ia pun memamerkan bela sungkawanya saat orang-orang tiba menyodorkan isu tersebut.
Satu bulan kemudian, perempuan itu mendatanginya sambil menenteng duit yang dititipkan Ahmad untuknya. Seluruh uang Ahmad ia kembalikan seraya berkata, "Semoga Allah menutupi rahasiamu menyerupai halnya engkau menutupi rahasiaku."
Namun, Ahmad menolaknya, "Uang ini milikmu, gunakanlah untuk keperluanmu."
Ia akan menceritakan permasalahannya, namun Ahmad bin Al-Mahdi mesti bersumpah agar merahasiakannya. Ahmad bin Al-Mahdi pun menyanggupinya.
Wanita itu bercerita bahwa ia sudah hamil. Selama itu ia mengaku selaku istri Ahmad dan bayi dalam kandungannya yakni darah daging Ahmad.
Dia memohon dengan sungguh agar Ahmad bin Al-Mahdi mau mempertahankan rahasianya dengan berkata, "Simpanlah rahasiaku, mudah-mudahan Allah menutupi rahasiamu menyerupai halnya engkau menutupi rahasiaku." Wanita itu pun secepatnya pergi meninggalkannya.
Tentu saja hal itu menjadikannya kaget. Bagaimana tidak, bisa-bisanya perempuan itu mengaku selaku istrinya, terlebih ia mesti mengakui bayi dalam kandungan perempuan tersebut selaku anaknya. Namun, semua sudah kadung dan ia cuma ingin menolong perempuan tersebut lepas dari kesulitannya.
Waktu pun berlalu. Sesepuh dari wilayah tempat tinggal perempuan itu tiba mendatangi Ahmad bin Al-Mahdi bareng warga yang lain guna menginformasikan ihwal kelahiran anaknya.
Ia pun bergembira atas isu tersebut, kemudian menitipkan duit dua dinar untuk diberikan terhadap perempuan yang mengaku istrinya untuk menafkahi anaknya.
Begitu seterusnya, ia senantiasa menitipkan duit untuk perempuan tersebut bareng anaknya lewat sesepuh wilayah perempuan itu. Akan tetapi, tidak usang kemudian anak tersebut meninggal. Ia pun memamerkan bela sungkawanya saat orang-orang tiba menyodorkan isu tersebut.
Satu bulan kemudian, perempuan itu mendatanginya sambil menenteng duit yang dititipkan Ahmad untuknya. Seluruh uang Ahmad ia kembalikan seraya berkata, "Semoga Allah menutupi rahasiamu menyerupai halnya engkau menutupi rahasiaku."
Namun, Ahmad menolaknya, "Uang ini milikmu, gunakanlah untuk keperluanmu."