Kerasulan Nabi Muhammad Saw. dan Wahyu Pertama


Muhammad saw. mempunyai kebiasaan menyendiri di gua. Muhammad sering bertahanus di gua Hira. Gua Hira terletak di puncak gunung Hira di sebelah utara kota Mekah. Setiap tiba bulan Ramadan, Muhammad menyendiri untuk mencari hakikat kebenaran. Dalam kesendiriannya Muhammad menyadari bahwa kaumnya telah tersesat dan jauh dari jalan kebenaran. (Muhammad Husain Haekal. 2005: halaman 77)

Kerasulan Nabi Muhammad Saw. dan Wahyu Pertama
Pada saat itu tiba bulan Ramadan dan Muhammad sedang bertahanus di gua Hira. Tatkala Muhammad saw. sedang tertidur, tiba-tiba datanglah malaikat dengan membawa lembaran. Malaikat itu berkata kepada Muhammad, ”Iqra'!” ”Bacalah!” Muhammad terkejut dan menjawab, ”Saya tidak dapat membaca!” Pertanya- an itu diulangi sampai tiga kali dan jawaban Muhammad tetap sama. Selanjutnya, malaikat itu pun berkata:


Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq : 1–5)

Muhammad lalu mengucapkan bacaan itu. Cepat-cepat Muhammad meninggalkan gua Hira. Muhammad bertanya-tanya dalam hati siapa yang telah menemuinya. Tiba-tiba Muhammad mendengar suara yang memanggilnya. Muhammad menengadah ke langit untuk mencari sumber suara dan dilihatnya malaikat dalam bentuk manusia. Muhammad saw. berusaha memalingkan muka tetapi malaikat itu masih terlihat dan memenuhi ufuk. (Muhammad Husain Haekal. 2005: halaman 81)

Setelah rupa malaikat itu menghilang, Muhammad segera pulang menjuju ke rumahnya. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Khadijah, istrinya. Khadijah memenangkan dan meyakinkan Muhammad bahwa ia telah terpilih menjadi rasul Allah Swt. Semenjak turunnya wahyu pertama, Muhammad telah diangkat menjadi rasul utusan Allah Swt. (Muhammad Husain Haekal. 2005: halaman 82–83)

Ka'bah yang didirikan (disempurnakan) oleh Nabi Ibrahim dan Ismail, putranya, rusak diterjang banjir. Untuk memperbaiki kerusakan itu, penduduk melakukannya secara bergotong royong. Masalah timbul saat akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Tiap-tiap suku ingin memperoleh kehormatan untuk meletakkannya. Perselisihan antarsuku pun terjadi.

Perlu kita ketahui 
Pada saat perselisihan memuncak, salah seorang maju ke depan dan menyatakan bahwa keputusan diserahkan kepada orang yang pertama memasuki pintu Safa. Tampaklah Muhammad memasuki pintu Safa. Setelah mengetahui permasalahan yang diperselisihkan, Muhammad mengusulkan agar Hajar Aswad diletakkan di atas kain. Tiap-tiap perwakilan suku memegang kain itu lalu bersama-sama mengangkatnya. Selanjutnya, Muhammad akan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Usul Muhammad diterima dan disetujui oleh masing-masing suku. Akhirnya, peletakan Hajar Aswad kembali ke tempatnya berlangsung damai. Semenjak peristiwa itu, Muhammad dikenal sebagai orang yang bersifat bijaksana dan jujur. Muhammad memperoleh gelar al-Amin.

Perlu kita ketahui 
Tahun kelahiran Nabi Muhammad dikenal sebagai tahun Gajah. Mengapa demikian? Telusurilah kisah di balik penamaan tahun Gajah. Kalian dapat mencarinya di buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah atau perpustakaan umum terdekat. Kalian juga dapat mencarinya di internet menggunakan mesin pencari google dengan kata kunci tahun gajah. Tulislah kisah yang kalian temukan dalam buku tugas masing-masing. Bacakan di depan kelas pada pertemuan selanjutnya lalu serahkan kepada guru untuk dinilai.

Sumber : Pendidikan Agama Islam Kelas VII, Husni Thoyar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel