Malam Lailatul Qadar
Saturday, September 19, 2015
Edit
AssalamualaikumWr. Wb. Bersyukurlah kita masih diberi kesehatan oleh allah swt Sehingga Masih Dapat Medapatkan Ramadahan Kali ini, Pada kesempat peluang yang berbahagia ini Kita akan membahasa Mengenai Malam Lailatul Qadar.
Margasatwa tak berbunyi
Gunung menahan nafasnya
Angin pun berhenti
Pohon-pohon tunduk
Dalam gelap malam
Pada bulan suci
Qur’an turun ke bumi
Qur’an turun ke bumi
Inilah malam seribu bulan
Ketika cahaya sorga menerangi bumi
Ketika cahaya sorga menerangi bumi
Inilah malam seribu bulan
Ketika Tuhan menyeka airmata kita
Ketika Tuhan menyeka dosa-dosa kita
itulah tadi sekedar citra Malam Lailatul Qadar lirik lagu religi yang dilantunkan Bimbo? Secara sepintas tidak ada yang asing dengan liriknya, tetapi makna yang terkandung di dalamnya sungguh dahsyat.
Malam Lailatul Qadar tidak sama dengan malam-malam biasanya. Malam ini menjadi sungguh istimewa bagi umat muslim dengan aneka macam alasan. Pertama, ini ialah salah satu malam di bulan Ramadhan di mana ayat suci Al-Quran di turunkan pada Rasulullah Muhammad SAW.
Malam ini memiliki kebaikan seribu bulan. Artinya, semua amal ibadah yang dijalankan pada malam ini memiliki keseteraan dengan ibadah yang dijalankan selama seribu bulan atau sam dengan amal ibadah selama 83 tahun dan 4 bulan. Ketiga, malam ini cuma diberikan terhadap Nabi Muhammad SAW dan umatnya dan tidak pernah diturunkan terhadap nabi dan umut-umat sebelumnya.
Keutamaan Lailatul Qadar
Lihat kembali lirik lagu di atas. Begitulah kiranya penggambaran Lailatul Qadar. Sungguh sungguh mujur orang yang mendapat kemuliaan malam ini.
Allah SWT berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadar (1). Tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? (2). Malam lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan (3). Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala problem (4). Selamatlah malam itu hingga terbit fajar (5).
(QS Al – Qadar: 1-5).
Sepertiga tamat dari bulan Ramadhan ini yakni terdapat malam Lailatul Qadar, suatu malam yang sungguh dimuliakan oleh Allah Ta’ala daripada malam-malam lainnya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi, dan bergotong-royong Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu diterangkan segala problem yang sarat hikmah.’ (QS. Ad Dukhan: 3-4).
Kapan waktunya Lailatul Qadar?
Sudah terlalu banyak hadis yang menerangkan bahwa malam sarat keberkahan malam ini berjalan pada sepuluh terakhir di bulan suci Ramadhan. Sementara hadis yang yang lain memastikan bahwa malam itu akan jatuh di malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir (21, 23, 25, 27, dan 29). Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh imam HR. BUkhari: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan.” Dan “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.”
Ada juga yang hadis yang menerangkan bahwa malam itu ada pada salah satu malam dari tujuh hari menjelang berakhirnya puasa (25, 27, dan 29). HR. Muslim meriwayatkan sabda Nabi: “Carilah Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir, tetapi kalau ia tertimpa kelelahan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.”
Semua hadis-hadis tersebut tidak ada yang bertentangan. Bahkan, kian memperjelas waktu tibanya malam ini meskipun tidak ada seorangpun yang dapat memutuskan turunnya malam ini dengan pasti.
Terdapat juga nasehat lazim yang menyatakan bahwa malam ini jatuh setiap tanggal 27 di bulan Ramadhan. Para ulama di Makkah al Munawarroh mengkhatamkan Al Qur’an bersama-sama dengan shalat Tarawih ke 27. Pada tanggal inilah, orang-orang berlomba memperbanyak amalan ibadahnya, shalat tarawih dan shalat sunah lainnya, memberi makan fakir miskin, memberi buka terhadap orang yang berpuasa, dan amalan yang lainnya.
Di negara kita sendiri, terdapat suatu acara unik yang dijalankan oleh jemaah thareqat mu’tabarah yang mengakibatkan malam ke 27 di bulan Ramadhan menjadi malam paling istimewa (malam pitulikuran). Mereka mempergunakan waktu tersebut untuk berbaiat, beribadah, dan berziarah kubur.
Untuk mendapat kelebihan malam ini, tambahlah takaran ibadah kita selama bulan Ramadhan daripada bulan-bulan biasa. Shalat lima waktu jangan ditinggalkan dan laksanakan sempurna waktu dan berjamaah. Dirikan shalat malam.
Lantunkan ayat-ayat suci Al-Quran sebanyak-banyaknya dengan pelan dan sesuai dengan ejaan tajwidnya. I’tikaf di mesjid sungguh diusulkan (disunahkan) sebagimana yang dicontohkan oleh Rasullulah dengan memperbanyak dzikir, istighfar dan memanjatkan doa terhadap Allah Ta’ala.
Do’a pada Malam Lailatul Qadar
Sebagaimana yang disyaratkan, malam ini yakni malam pengampunan kita atas dosa-dosa yang sudah dilakukan. Maka, sudah selayaknyalah dilantunkan aneka macam doa dan kebanggaan dibarengi dengan keikhlasan hati untuk meminta kepada-Nya. Terdapat satu do’a khusus yang lazim diucapkan pada malam-malam ini, yaitu:
“Allahummma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu’anni.” (Ya Allah, bergotong-royong Engkau maha pemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.”
Doa ini ialah doa yang berhubungan dengan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan juga berhubungan dengan malam ini yang diajarkan oleh Rasulullah terhadap istri tercintanya, Aisyah.
Tanda-tanda Lailatul Qadar
Allah SWT tidak menyatakan dengan terang dan menyembunyikan wacana waktu munculnya malam ini. Ini menjadi suatu menandakan akan kegigihan niat dan jerih payah bagi orang yang menginginkannya. Bagi orang yang betul-betul mengharapkan pesan tersirat dari malam tersebut pasti akan lebih bergairah mengerjakan segala amalan ibadah di sepuluh hari terakhir bulan puasa dan akan sungguh-sunguh menjalankannya.
Selain itu, penyembunyian waktu munculnya malam ini menjadi permohonan bagi umat-Nya untuk memperbanyak amalan ibadah untuk lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, Allah Ta’ala, dan mendapat pahala yang banyak dan melimpah.
Meskipun waktu munculnya malam ini dirahasiakan, tetapi Allah Ta’ala dan Nabi Muhammad SAW sudah menerangkan aneka macam menandakan yang dapat dijadikan sebaga pola tibanya malam ini. Tanda-tanda malam ini sebagaimana yang diterangkan oleh Allah Ta’ala dan Rasullulah SAW yakni selaku berikut.
Malaikat Jibril turun ke Bumi memimpin malaikat yang lain hingga munculnya waktu subuh. Pertanda ini tidak dapat ditangkap dengan panca indera insan alasannya yakni ialah bencana gaib.
Allah SWT prospektif keamanan bagi hamba-hambanya yang taat beribadah hingga menjelang waktu subuh. Malaikat Jibril dan malaikat yang yang lain diturunkan ke bumi untuk menyediakan kebaikan, keberkahan, dan ketenangan. Oleh alasannya yakni itulah, orang mukmin yang sedang beribadah mencicipi ketenangan hati dan kekhusyu’an beribadah melampaui malam-malam lainnya.
Malam itu menjadi malam yang sarat kedamaian. Langit cerah terang benderang, angin bertiup sepoi-sepoi, dan suhu udara yang menyejukkan, tidak panas, dan tidak dingin.
Keesokan harinya, matahari terbit putih tanpa noda dengan sinarnya yang tidak terik. Para ulama menerangkan suatu diam-diam menerangkan fenomena ini seumpama yang dikutip dari aneka macam hadis. Pada malam ini, terlalu banyak malaikat yang turun ke bumi menyediakan kemuliaan pada umat manusia. Ketika terbit fajar, para malaikat inipun secepatnya naik kembali ke langit. Bentangan sayap dan cahaya dari para malaikat ini lah yang menutupi sinar matahari dan terlihat seumpama warna putih.
Pertanda sudah munculnya malam ini gres disadari oleh umat muslim keesokan harinya atau setelah berlalunya malam ini. Sungguh berbahagia dan mujur umat muslimin yang mendapat hidayah di malam ini. Akan nampak pada dirinya suatu pergantian yang sungguh besar. Berikut beberapa ciri orang yang mendapat wasilah malam ini.
Ia akan menyaksikan semua makhluk dan benda di tampang bumi bersujud ke hadapan Allah SWT.
Ia bisa menyaksikan seluruhnya dengan terang benderang meskipun dalam kondisi gelapgulita.
Ia akan mendengar salam dari para malaikat dan semua tutur kata yang diucapkannya.
Ia akan mendapat jaminan semua doa-doanya akan terkabul.
Apapun itu, malam ini menjadi suatu cambuk bagi umat muslimin untuk terus memajukan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah Ta’ala. Semangat ini tidak cuma berhenti pada malam ini saja tetapi dibutuhkan akan lebih meningkat minimalnya sama dengan apa yang dijalankan pada malam ini.
Manusia yakni manusia, makhluk yang memiliki hawa dan nafsu. Diperlukan ketekunan dan ketulusan hati serta rasa sadar diri bahwa insan yakni makhluk ciptaan Allah Ta’ala dan akan kembali kepada-Nya setelah selesai mengerjakan kiprah yang diembankan kepadanya. Akan kembali dengan kebaikan apabila insan mengerjakan kebaikan selama kehidupannya dan akan merugi apabila insan mengerjakan keburukan selama kehidupannya.
Sudah sepantasnya malam Lailatul Qadar dijadikan selaku contoh untuk memajukan semua amalan ibadah kita. Semoga, kita semua tergolong orang-orang yang dapat menikmati indahnya faedah malam yang istimewa ini, malam yang setara dengan seribu bulan yang belum tentu kita bisa hidup sepanjang itu. Sekian dan terimahkasi atas Perhatiannya Sahabat KAi Wasslamualikum Wr. Wb.