Doa Seorang Pemburu
Tuesday, August 14, 2007
Edit
Suatu pagi, seorang pria pergi hendak berburu mencari rezeki yang halal. Namun, hingga nyaris malam, ia belum mendapat satu pun hewan buruan. la kemudian berdoa sepenuh hati, "Ya Allah, anak-anakku menanti kelaparan di rumah, berilah saya seekor hewan buruan."
Tidak usang sehabis doanya selesai ia panjatkan, Allah memberikannya rezeki: jala yang dibawa pemburu itu perihal seekor ikan yang sungguh besar. la pun bersyukur terhadap Allah dan pulang ke tempat tinggal dengan sarat bahagia.
Di tengah perjalanan pulang, ia berjumpa dengan golongan raja yang mau berburu juga. Raja heran dan kagum hebat begitu menyaksikan ikan sebegitu besar yang dibawa pemburu itu. Lalu, ia memerintahkan pengawal untuk mengambil ikan itu secara paksa dari tangan sang Pemburu.
Dibawanya ikan itu pulang dengan bahagia. Ketika hingga di istana, ia keluarkan ikan itu dan bolak-balik sambil tertawa ria, tiba-tiba, ikan itu mengigit jarinya dan membuat badannya jadi panas masbodoh sehingga malam itu Raja tidak sanggup tidur.
Dihadirkanlah seluruh dokter untuk mengobati sakitnya. Semua dokter menyarankan biar jarinya itu diiris untuk rnenghindari tersebarnya racun ke anggota tubuh lainnya. Raja pun menyepakati nasihat mereka. Namun, sehabis jarinya dipotong, ia tetap tidak sanggup istirahat alasannya ternyata racun itu sudah menyebar ke bab tubuh lainnya.
Para dokter pun menyarankan biar pergelangan tangan raja diiris dan Raja pun menyetujuinya. Namun, sehabis pergelangan tangannya dipotong, tetap saja Raja tidak sanggup memejamkan matanya, bahkan rasa sakitnya kian bertambah. la berteriak dan meringis dengan keras alasannya racun itu sudah merasuk dan menyebar ke anggota tubuh lainnya.
Seluruh dokter karenanya menyarankan biar tangan Raja hingga siku dipotong, Raja pun menyetujuinya. Setelah lengannya dipotong, sakit jasmaninya sekarang sudah hilang, tetapi diri dan jiwanya tetap belum tenang. Semua dokter karenanya menyarankan, biar Raja dibawa ke seorang dokter jiwa (ahli hikmah).
Dibawalah sang Raja menemui seorang dokter jiwa dan diceritakan seluruh musibah seputar ikan yang ia rebut dari pemburu itu.
Mendengar itu, cakap pesan yang tersirat berkata, "Jiwa Tuan tetap tidak akan hening selamanya hingga pemburu itu memaafkan dosa dan kesalahan yang sudah Tuan perbuat."
Dicarinya pemburu itu dan sehabis didapatkan, Raja menceritakan musibah yang dialaminya dan ia memohon biar si Pemburu itu memaafkan semua kesalahannya. Si Pemburu pun memaafkannya dan keduanya saling berjabat tangan.
Sang Raja ingin tau ingin mengenali apa yang dibilang si Pemburu saat Raja mengambil paksa ikannya. la bertanya, "Wahai pemburu, apa yang kaukatakan saat prajuritku merampas ikanmu itu?"
Pemburu itu menjawab, "Tidak ada kecuali saya cuma mengatakan, 'Ya Allah, bersamaan beliau sudah menampakkan kekuatannya kepadaku, perlihatkanlah kekuatan-Mu kepadanya!"'
Sungguh, doa orang teraniaya sungguh mustajab maka berhati-hatilah dalam bertindak.
Tidak usang sehabis doanya selesai ia panjatkan, Allah memberikannya rezeki: jala yang dibawa pemburu itu perihal seekor ikan yang sungguh besar. la pun bersyukur terhadap Allah dan pulang ke tempat tinggal dengan sarat bahagia.
Di tengah perjalanan pulang, ia berjumpa dengan golongan raja yang mau berburu juga. Raja heran dan kagum hebat begitu menyaksikan ikan sebegitu besar yang dibawa pemburu itu. Lalu, ia memerintahkan pengawal untuk mengambil ikan itu secara paksa dari tangan sang Pemburu.
Dibawanya ikan itu pulang dengan bahagia. Ketika hingga di istana, ia keluarkan ikan itu dan bolak-balik sambil tertawa ria, tiba-tiba, ikan itu mengigit jarinya dan membuat badannya jadi panas masbodoh sehingga malam itu Raja tidak sanggup tidur.
Dihadirkanlah seluruh dokter untuk mengobati sakitnya. Semua dokter menyarankan biar jarinya itu diiris untuk rnenghindari tersebarnya racun ke anggota tubuh lainnya. Raja pun menyepakati nasihat mereka. Namun, sehabis jarinya dipotong, ia tetap tidak sanggup istirahat alasannya ternyata racun itu sudah menyebar ke bab tubuh lainnya.
Para dokter pun menyarankan biar pergelangan tangan raja diiris dan Raja pun menyetujuinya. Namun, sehabis pergelangan tangannya dipotong, tetap saja Raja tidak sanggup memejamkan matanya, bahkan rasa sakitnya kian bertambah. la berteriak dan meringis dengan keras alasannya racun itu sudah merasuk dan menyebar ke anggota tubuh lainnya.
Seluruh dokter karenanya menyarankan biar tangan Raja hingga siku dipotong, Raja pun menyetujuinya. Setelah lengannya dipotong, sakit jasmaninya sekarang sudah hilang, tetapi diri dan jiwanya tetap belum tenang. Semua dokter karenanya menyarankan, biar Raja dibawa ke seorang dokter jiwa (ahli hikmah).
Dibawalah sang Raja menemui seorang dokter jiwa dan diceritakan seluruh musibah seputar ikan yang ia rebut dari pemburu itu.
Mendengar itu, cakap pesan yang tersirat berkata, "Jiwa Tuan tetap tidak akan hening selamanya hingga pemburu itu memaafkan dosa dan kesalahan yang sudah Tuan perbuat."
Dicarinya pemburu itu dan sehabis didapatkan, Raja menceritakan musibah yang dialaminya dan ia memohon biar si Pemburu itu memaafkan semua kesalahannya. Si Pemburu pun memaafkannya dan keduanya saling berjabat tangan.
Sang Raja ingin tau ingin mengenali apa yang dibilang si Pemburu saat Raja mengambil paksa ikannya. la bertanya, "Wahai pemburu, apa yang kaukatakan saat prajuritku merampas ikanmu itu?"
Pemburu itu menjawab, "Tidak ada kecuali saya cuma mengatakan, 'Ya Allah, bersamaan beliau sudah menampakkan kekuatannya kepadaku, perlihatkanlah kekuatan-Mu kepadanya!"'
Sungguh, doa orang teraniaya sungguh mustajab maka berhati-hatilah dalam bertindak.
Jika ada yang mengancammu dengan kebinasaan, jawablah ancamannya dengan nasihat dan doa. (Ja'far Ash Shadiq)