Kubah Ajaib
Thursday, August 16, 2007
Edit
Suatu hari, Nabi Sulaiman mendapatkan wahyu dari Allah biar pergi ke tepian suatu pantai untuk menyaksikan keajaiban yang hendak ditunjukkan Allah kepadanya. Beliau pun secepatnya pergi ke pantai tersebut dengan diiringi para pengikutnya.
Setibanya di pantai, Nabi Sulaiman terus mengintai-ngintai untuk mencari sesuatu, seumpama yang dibilang oleh Allah. Setelah usang mencari, beliau tidak menjumpai apa pun selain desiran ombak dan butir-butir pasir yang terbentang luas.
Perdana menterinya yang berjulukan Asif bin Barkhiya meminta izin untuk menyelam ke dalam samudra. Setelah memperoleh izin, beliau membaca sesuatu dan terus menyelam ke dalam laut. Tidak usang kemudian, Asif menjumpai suatu kubah yang sungguh indah.
Kubah tersebut mempunyai empat penjuru, setiap penjuru mempunyai pintu. Pintu pertama yang dibikin dari mutiara, pintu kedua yang dibikin dari zamrud berwarna merah, pintu ketiga yang dibikin dari jauhar, sedangkan pintu keempat yang dibikin dari zabarjad. Pintu-pintu tersebut terbuka luas, tetapi sungguh aneh, air tidak masuk ke dalamnya.
Dengan kuasa yang diberikan oleh Allah, Asif sanggup menenteng kubah tersebut naik ke darat dan ditaruh di hadapan Nabi Sulaiman. Putra Nabi Daud ini sungguh kagum menyaksikan keindahan kubah tersebut. beliau secepatnya masuk dan mendapati seorang cowok berada di dalamnya.
Pemuda tersebut tidak sadar kalau kubahnya sudah diangkat ke daratan. Dia tengah sibuk bermunajat terhadap Allah. Nabi Sulaiman memberi salam. Pemuda itu menyambut salam dengan perasaan terkejut. Nabi Sulaiman memperkenalkan dirinya terhadap cowok itu, yakni bahwa beliau yakni seorang nabi yang ditugaskan Allah untuk menyaksikan keajaiban yang dikaruniakan kepadanya.
Nabi Sulaiman mengajukan pertanyaan terhadap cowok tersebut, bagai-mana beliau sanggup berada di dalam kubah yang terletak di dasar laut. Pemuda tersebut menceritakan bahwa beliau sudah berkhidmat terhadap orang tuanya selama tujuh puluh tahun. Ayahnya yakni seorang yang lumpuh, sedangkan ibunya seorang yang buta.
Suatu hari, saat ibunya hendak meninggal dunia, beliau mengundang si Pemuda dan memaklumkan bahwa ibunya sudah rela atas pengkhidmatan yang diberikan olehnya. Ibunya berdoa terhadap Allah biar anaknya dipanjangkan umur dan selalu taat terhadap Allah.
Setelah ibunya meninggal dunia, tidak usang kemudian, ayahnya pun meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, beliau juga sudah ridha terhadap pengkhidmatan yang diberikan olehnya. Dia pun berdoa biar anaknya ditaruh di suatu wilayah yang tidak sanggup diusik oleh setan.
Doa kedua orang tuanya itu diijabah oleh Allah 'Azza wa Jalla. Suatu hari, saat cowok itu berjalan-jalan di tepian pantai, beliau menyaksikan suatu kubah yang sedang terapung di tepian pantai. Ketika beliau menghampiri kubah tersebut, ada bunyi yang menyeru biar beliau masuk ke dalamnya.
Ketika sudah berada di dalam, tiba-tiba saja kubah tersebut bergerak dan masuk ke dasar lautan. Tidak usang kemudian, datanglah seseorang yang memperkenalkan diri selaku malaikat delegasi Allah. Dia mengatakan, bahwa kubah itu yakni anugerah Allah kepadanya selaku akibat atas pengabdiannya terhadap kedua orang tuanya.
Dia pun boleh tinggal sesukanya di sana tanpa perlu mencemaskan segala keperluan hidupnya. Malaikat itu menyampaikan bahwa beliau diperintahkah Allah untuk menenteng kubah tersebut ke dasar laut. Sejak itulah, sang Pemuda terus bermunajat terhadap Allah hingga Allah berkenan mengangkatnya ke darat.
"Berapa usang engkau sudah berada di dalam kubah ini?" tanya Nabi Sulaiman.
Pemuda itu menjawab, "Saya tidak menghitungnya, tetapi saya memasukinya pada masa Nabi Ibrahim."
Nabi Sulaiman melamun kemudian berkata, "Itu artinya, engkau sudah berada di dalam kubah ini selama dua ribu empat ratus tahun." Nabi Sulaiman melanjutkan, "Wajahmu tidak berubah, malah tetap muda meskipun sudah dua ribu empat ratus tahun lamanya. Bagaimana engkau sanggup hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?" tanya Nabi Sulaiman.
"Di dalam kubah itu sendiri, saya tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap menyediakan rezeki kepadaku saat saya tinggal di dalam kubah ini."
"Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?"
"Jika saya merasa lapar, Allah bikin pohon di dalam kubah kemudian buahnya saya makan. Jika saya merasa haus, keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih ketimbang susu dan lebih elok ketimbang madu."
"Bagaimana engkau mengenali perbedaan siang dan malam?" tanya Sulaiman kian heran.
"Apabila sudah terbit fajar, kubah ini menjadi putih, dari situ saya mengenali kalau hari itu sudah siang. Apabila matahari terbenam, kubah akan menjadi gelap dan saya mengenali hari sudah malam," tuturnya.
Nabi Sulaiman pun mengajukan pertanyaan apakah sang Pemuda mau ikut bersamanya atau tetap tinggal di dalam kubah.
"Nikmat apa lagi yang mesti saya minta selain dari lezat yang dikaruniakan oleh Allah kepadaku ini," jawabnya.
"Adakah engkau ingin pulang ke wilayah asalmu."
"Ya, antarkanlah saya ke wilayah asalku."
Setelah kubah tersebut kembali ke wilayah asalnya, Nabi Sulaiman berkata terhadap kaumnya, "Kalian sudah menyaksikan keajaiban yang dikaruniakan oleh Allah. Lihatlah betapa besar akibat yang Allah berikan terhadap orang yang taat terhadap orang tuanya dan betapa besar siksaannya terhadap orang yang durhaka terhadap kedua ibu-bapaknya."
Beliau pun beranjak meninggalkan wilayah tersebut dan bersyukur terhadap Allah dikarenakan sudah menyediakan potensi untuk menyaksikan salah satu kekuasaan-Nya.
Setibanya di pantai, Nabi Sulaiman terus mengintai-ngintai untuk mencari sesuatu, seumpama yang dibilang oleh Allah. Setelah usang mencari, beliau tidak menjumpai apa pun selain desiran ombak dan butir-butir pasir yang terbentang luas.
Perdana menterinya yang berjulukan Asif bin Barkhiya meminta izin untuk menyelam ke dalam samudra. Setelah memperoleh izin, beliau membaca sesuatu dan terus menyelam ke dalam laut. Tidak usang kemudian, Asif menjumpai suatu kubah yang sungguh indah.
Kubah tersebut mempunyai empat penjuru, setiap penjuru mempunyai pintu. Pintu pertama yang dibikin dari mutiara, pintu kedua yang dibikin dari zamrud berwarna merah, pintu ketiga yang dibikin dari jauhar, sedangkan pintu keempat yang dibikin dari zabarjad. Pintu-pintu tersebut terbuka luas, tetapi sungguh aneh, air tidak masuk ke dalamnya.
Dengan kuasa yang diberikan oleh Allah, Asif sanggup menenteng kubah tersebut naik ke darat dan ditaruh di hadapan Nabi Sulaiman. Putra Nabi Daud ini sungguh kagum menyaksikan keindahan kubah tersebut. beliau secepatnya masuk dan mendapati seorang cowok berada di dalamnya.
Pemuda tersebut tidak sadar kalau kubahnya sudah diangkat ke daratan. Dia tengah sibuk bermunajat terhadap Allah. Nabi Sulaiman memberi salam. Pemuda itu menyambut salam dengan perasaan terkejut. Nabi Sulaiman memperkenalkan dirinya terhadap cowok itu, yakni bahwa beliau yakni seorang nabi yang ditugaskan Allah untuk menyaksikan keajaiban yang dikaruniakan kepadanya.
Nabi Sulaiman mengajukan pertanyaan terhadap cowok tersebut, bagai-mana beliau sanggup berada di dalam kubah yang terletak di dasar laut. Pemuda tersebut menceritakan bahwa beliau sudah berkhidmat terhadap orang tuanya selama tujuh puluh tahun. Ayahnya yakni seorang yang lumpuh, sedangkan ibunya seorang yang buta.
Suatu hari, saat ibunya hendak meninggal dunia, beliau mengundang si Pemuda dan memaklumkan bahwa ibunya sudah rela atas pengkhidmatan yang diberikan olehnya. Ibunya berdoa terhadap Allah biar anaknya dipanjangkan umur dan selalu taat terhadap Allah.
Setelah ibunya meninggal dunia, tidak usang kemudian, ayahnya pun meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, beliau juga sudah ridha terhadap pengkhidmatan yang diberikan olehnya. Dia pun berdoa biar anaknya ditaruh di suatu wilayah yang tidak sanggup diusik oleh setan.
Doa kedua orang tuanya itu diijabah oleh Allah 'Azza wa Jalla. Suatu hari, saat cowok itu berjalan-jalan di tepian pantai, beliau menyaksikan suatu kubah yang sedang terapung di tepian pantai. Ketika beliau menghampiri kubah tersebut, ada bunyi yang menyeru biar beliau masuk ke dalamnya.
Ketika sudah berada di dalam, tiba-tiba saja kubah tersebut bergerak dan masuk ke dasar lautan. Tidak usang kemudian, datanglah seseorang yang memperkenalkan diri selaku malaikat delegasi Allah. Dia mengatakan, bahwa kubah itu yakni anugerah Allah kepadanya selaku akibat atas pengabdiannya terhadap kedua orang tuanya.
Dia pun boleh tinggal sesukanya di sana tanpa perlu mencemaskan segala keperluan hidupnya. Malaikat itu menyampaikan bahwa beliau diperintahkah Allah untuk menenteng kubah tersebut ke dasar laut. Sejak itulah, sang Pemuda terus bermunajat terhadap Allah hingga Allah berkenan mengangkatnya ke darat.
"Berapa usang engkau sudah berada di dalam kubah ini?" tanya Nabi Sulaiman.
Pemuda itu menjawab, "Saya tidak menghitungnya, tetapi saya memasukinya pada masa Nabi Ibrahim."
Nabi Sulaiman melamun kemudian berkata, "Itu artinya, engkau sudah berada di dalam kubah ini selama dua ribu empat ratus tahun." Nabi Sulaiman melanjutkan, "Wajahmu tidak berubah, malah tetap muda meskipun sudah dua ribu empat ratus tahun lamanya. Bagaimana engkau sanggup hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?" tanya Nabi Sulaiman.
"Di dalam kubah itu sendiri, saya tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap menyediakan rezeki kepadaku saat saya tinggal di dalam kubah ini."
"Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?"
"Jika saya merasa lapar, Allah bikin pohon di dalam kubah kemudian buahnya saya makan. Jika saya merasa haus, keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih ketimbang susu dan lebih elok ketimbang madu."
"Bagaimana engkau mengenali perbedaan siang dan malam?" tanya Sulaiman kian heran.
"Apabila sudah terbit fajar, kubah ini menjadi putih, dari situ saya mengenali kalau hari itu sudah siang. Apabila matahari terbenam, kubah akan menjadi gelap dan saya mengenali hari sudah malam," tuturnya.
Nabi Sulaiman pun mengajukan pertanyaan apakah sang Pemuda mau ikut bersamanya atau tetap tinggal di dalam kubah.
"Nikmat apa lagi yang mesti saya minta selain dari lezat yang dikaruniakan oleh Allah kepadaku ini," jawabnya.
"Adakah engkau ingin pulang ke wilayah asalmu."
"Ya, antarkanlah saya ke wilayah asalku."
Setelah kubah tersebut kembali ke wilayah asalnya, Nabi Sulaiman berkata terhadap kaumnya, "Kalian sudah menyaksikan keajaiban yang dikaruniakan oleh Allah. Lihatlah betapa besar akibat yang Allah berikan terhadap orang yang taat terhadap orang tuanya dan betapa besar siksaannya terhadap orang yang durhaka terhadap kedua ibu-bapaknya."
Beliau pun beranjak meninggalkan wilayah tersebut dan bersyukur terhadap Allah dikarenakan sudah menyediakan potensi untuk menyaksikan salah satu kekuasaan-Nya.
Aku sudah mempelajari apa yang sudah dipelajari insan dan juga yang tidak mereka pelajari. Sungguh, saya tidak mendapatkan sesuatu yang lebih indah seindah takwa terhadap Allah. (Nabi Sulaiman)