Kisah Umair Bin Wahab
Sunday, August 26, 2007
Edit
Perang Badar dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin. Rasa syukur pun senantiasa mereka panjatkan ke hadirat Allah SWT. Sebaliknya, kekalahan yang diterima kaum musyrikin Quraisy sungguh-sungguh menghasilkan mereka kian geram.
Umair bin Wahab dan Shafwan bin Umayyah mengungkapkan kekesalan mereka atas kemenangan umat Islam. Umair berkata terhadap Shafwan, "Ah, seandainya saya tidak sedang dililit utang dan keluargaku sanggup kutinggalkan di saat kesusahan sekarang, saya akan mencari Muhammad dan membunuhnya!"
Mendengar perkataan Umair tersebut, Shafwan menyambut wangsit Umair dan berkata, "Baiklah, jikalau kau sukses membunuh Muhammad dan menyiksanya dengan keji, saya berjanji akan memberimu 100 ekor unta. Dengannya kau sanggup melunasi semua utang keluargamu, begitu juga keluargamu akan saya jadikan cuilan dari keluargaku!"
Tawaran yang menggiurkan. Tanpa pikir panjang, Umair eksklusif memperoleh anjuran Shafwan dengan bahagia hati.
"Tapi ingat! Ini merupakan rahasia kita berdua. Jangan hingga kauceritakan terhadap yang lain!" pesan Shafwan terhadap Umair.
Umair pun secepatnya berangkat ke Medinah untuk melaksanakan rencana kejinya tersebut. Akan tetapi, malang baginya, di tengah perjalanan ia berjumpa Umar bin Khaththab, teman dekat Rasulullah saw yang sungguh ditakuti kaum Quraisy alasannya merupakan keberanian dan pukulannya yang menyakitkan. Rasa takut menyergap Umair, terlebih di saat Umar menggiringnya untuk menghadap Rasulullah saw.
Interogasi terhadap Umair atas maksud kedatangannya ke Medinah dimulai di hadapan Rasulullah saw. Beliau bertanya, "Apa maksud kedatanganmu ke sini?"
Umair sulit dipercayai menjawab dengan jujur niatnya untuk membunuh pemimpin umat Islam itu sendiri. Ia berkilah, "Sungguh kedatanganku ke sini untuk menebus putraku yang sudah kalian tawan."
Rasulullah saw sebenarnya sudah mengenali bahwa Umair berbohong. Beliau memperoleh isyarat dari Allah SWT. Berkali-kali ia mengajukan pertanyaan terhadap Umair, berkali-kali pula ia terus berbohong.
Akhirnya, Rasulullah saw menyelesaikan kebohongan Umair dengan berkata, "Aku tahu engkau sudah bersekongkol dengan Shafwan untuk membunuhku. Dengan melakukannya, Shafwan akan memberikanmu 100 ekor unta untuk melunasi seluruh utang keluargamu dan memicu keluargamu cuilan dari keluarganya!"
Umair tersentak terkejut mengenali Rasulullah saw sanggup membongkar niat busuknya. Dia sungguh heran, "Benar-benar tidak habis pikir, bagaimana Rasulullah sanggup mengenali planning busukku, padahal tidak ada orang lain yang mendengarkan, cuma saya dan Shafwan. Lagi pula percakapan itu terjadi di Mekah, jauh dari Medinah kawasan Rasulullah saw berada?"
Kebenaran pemberitahuan yang disampaikan Rasulullah saw menghasilkan Umair percaya bahwa Muhammad sungguh-sungguh delegasi Allah. Ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat selaku ketundukannya pada Islam. Rasulullah saw menyambutnya dengan baik.
Tidak ada dugaan atau dendam sama sekali terhadap Umair. Bahkan, ia memerintahkan para teman dekat untuk mengajari Al-lslam terhadap Umair, hingga ia memahaminya dengan baik. Ditambah lagi, semua tawanan yang diminta oleh Umair, ia bebaskan tanpa keberatan sama sekali.
Waktu pun berlalu. Saat dirasa ilmu yang dimiliki Umair sudah cukup, Rasulullah saw mengizinkannya untuk kembali ke Mekah. Di sana ia memberitakan Islam dan kesudahannya nyaris seluruh penduduk Mekah masuk Islam berkat dakwahnya.
Umair bin Wahab dan Shafwan bin Umayyah mengungkapkan kekesalan mereka atas kemenangan umat Islam. Umair berkata terhadap Shafwan, "Ah, seandainya saya tidak sedang dililit utang dan keluargaku sanggup kutinggalkan di saat kesusahan sekarang, saya akan mencari Muhammad dan membunuhnya!"
Mendengar perkataan Umair tersebut, Shafwan menyambut wangsit Umair dan berkata, "Baiklah, jikalau kau sukses membunuh Muhammad dan menyiksanya dengan keji, saya berjanji akan memberimu 100 ekor unta. Dengannya kau sanggup melunasi semua utang keluargamu, begitu juga keluargamu akan saya jadikan cuilan dari keluargaku!"
Tawaran yang menggiurkan. Tanpa pikir panjang, Umair eksklusif memperoleh anjuran Shafwan dengan bahagia hati.
"Tapi ingat! Ini merupakan rahasia kita berdua. Jangan hingga kauceritakan terhadap yang lain!" pesan Shafwan terhadap Umair.
Umair pun secepatnya berangkat ke Medinah untuk melaksanakan rencana kejinya tersebut. Akan tetapi, malang baginya, di tengah perjalanan ia berjumpa Umar bin Khaththab, teman dekat Rasulullah saw yang sungguh ditakuti kaum Quraisy alasannya merupakan keberanian dan pukulannya yang menyakitkan. Rasa takut menyergap Umair, terlebih di saat Umar menggiringnya untuk menghadap Rasulullah saw.
Interogasi terhadap Umair atas maksud kedatangannya ke Medinah dimulai di hadapan Rasulullah saw. Beliau bertanya, "Apa maksud kedatanganmu ke sini?"
Umair sulit dipercayai menjawab dengan jujur niatnya untuk membunuh pemimpin umat Islam itu sendiri. Ia berkilah, "Sungguh kedatanganku ke sini untuk menebus putraku yang sudah kalian tawan."
Rasulullah saw sebenarnya sudah mengenali bahwa Umair berbohong. Beliau memperoleh isyarat dari Allah SWT. Berkali-kali ia mengajukan pertanyaan terhadap Umair, berkali-kali pula ia terus berbohong.
Akhirnya, Rasulullah saw menyelesaikan kebohongan Umair dengan berkata, "Aku tahu engkau sudah bersekongkol dengan Shafwan untuk membunuhku. Dengan melakukannya, Shafwan akan memberikanmu 100 ekor unta untuk melunasi seluruh utang keluargamu dan memicu keluargamu cuilan dari keluarganya!"
Umair tersentak terkejut mengenali Rasulullah saw sanggup membongkar niat busuknya. Dia sungguh heran, "Benar-benar tidak habis pikir, bagaimana Rasulullah sanggup mengenali planning busukku, padahal tidak ada orang lain yang mendengarkan, cuma saya dan Shafwan. Lagi pula percakapan itu terjadi di Mekah, jauh dari Medinah kawasan Rasulullah saw berada?"
Kebenaran pemberitahuan yang disampaikan Rasulullah saw menghasilkan Umair percaya bahwa Muhammad sungguh-sungguh delegasi Allah. Ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat selaku ketundukannya pada Islam. Rasulullah saw menyambutnya dengan baik.
Tidak ada dugaan atau dendam sama sekali terhadap Umair. Bahkan, ia memerintahkan para teman dekat untuk mengajari Al-lslam terhadap Umair, hingga ia memahaminya dengan baik. Ditambah lagi, semua tawanan yang diminta oleh Umair, ia bebaskan tanpa keberatan sama sekali.
Waktu pun berlalu. Saat dirasa ilmu yang dimiliki Umair sudah cukup, Rasulullah saw mengizinkannya untuk kembali ke Mekah. Di sana ia memberitakan Islam dan kesudahannya nyaris seluruh penduduk Mekah masuk Islam berkat dakwahnya.