Pelajaran Dari Ibrahim
Wednesday, August 15, 2007
Edit
Nabi Ibrahim Khalilullah pernah memanjatkan doa di kawasan penggembalaan ternaknya di suatu bukit di Baitul Maqdis. Lalu, ia berjumpa dengan seorang pria jago ibadah. Kemudian, terjadilah pembicaraan di antara keduanya.
Ibrahim bertanya, "Hari apakah yang paling mulia?"
Ahli ibadah itu menjawab, "Hari pembalasan, saat insan dibalas, antara yang satu dan sebagian yang lain."
"Apakah engkau dapat mengangkat tanganmu untuk berdoa, sedangkan saya sendiri juga mengangkat tangan mengaminkan doamu biar kita dihindarkan dari kesengsaraan hari itu?" ungkap Ibrahim.
"Janganlah engkau menghendaki doaku. Demi Allah, saya pernah berdoa sejak tiga puluh tahun silam, tapi hingga kini doaku belum dikabulkan," jawabnya.
"Apakah engkau mau kuberitahu mengenai sesuatu yang mengekang doamu?"
"Ahli ibadah itu menjawab, "Ya."
"Sesungguhnya jika Allah menyayangi seorang hamba, tentu Dia akan menahan doanya biar ia senantiasa bermunajat, mengiba, dan memohon kepada-Nya. Sementara, jika Dia murka terhadap seorang hamba, tentu Dia akan cepat mengabulkan doanya atau menghunjamkan keputusasaan di dalam hatinya."
Ibrahim bertanya, "Hari apakah yang paling mulia?"
Ahli ibadah itu menjawab, "Hari pembalasan, saat insan dibalas, antara yang satu dan sebagian yang lain."
"Apakah engkau dapat mengangkat tanganmu untuk berdoa, sedangkan saya sendiri juga mengangkat tangan mengaminkan doamu biar kita dihindarkan dari kesengsaraan hari itu?" ungkap Ibrahim.
"Janganlah engkau menghendaki doaku. Demi Allah, saya pernah berdoa sejak tiga puluh tahun silam, tapi hingga kini doaku belum dikabulkan," jawabnya.
"Apakah engkau mau kuberitahu mengenai sesuatu yang mengekang doamu?"
"Ahli ibadah itu menjawab, "Ya."
"Sesungguhnya jika Allah menyayangi seorang hamba, tentu Dia akan menahan doanya biar ia senantiasa bermunajat, mengiba, dan memohon kepada-Nya. Sementara, jika Dia murka terhadap seorang hamba, tentu Dia akan cepat mengabulkan doanya atau menghunjamkan keputusasaan di dalam hatinya."
Jika doa seorang hamba senantiasa dikabulkan setiap kali ia meminta, ketahuilah ia bukanlah hamba lagi. Dia ditugaskan berdoa alasannya yaitu ia seorang hamba dan Allah menjalankan apa saja yang Dia kehendaki. (Al Syaikh Al Baha'i)