Faktor Faktor Kemunduran Bani Umayyah
Thursday, June 8, 2017
Edit
Faktor Kemunduran Bani Umayyah
Tanda-tanda kemunduran Bani Umayyah dimulai dari masa kekuasaan Yazid bin Abdul Malik (101-105 H), yang tidak sanggup mengendalikan pemerintahan, sebagaimana kedua kakaknya Walid bin Abdul Malik (86-96 H) dan Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H). Pada ketika beliau diangkat menjadi khalifah banyak terjadi pemberontakan, dan beliau tidak sanggup mengendalikan pemberontakan-pemberontakan tersebut. Latar belakang terbentuknya Bani Umayyah tidak sanggup dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa pengikut Ali yang tergabung dalam kelompok Syiah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, menyerupai pada masa awal, maupun secara tersembunyi, menyerupai pada masa pertengahan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah
Bani Umayyah mengalami keruntuhan oleh banyak hal, di antaranya yaitu terbaginya kekuasaan Daulah Bani Umayyah ke dalam dua wilayah. Khalifah Marwan bin Muhammad berkuasa di wilayah Semenanjung Tanah Arab, dan Khalifah Yazid bin Umar berkuasa di wilayah Wasit. Namun yang paling besar lengan berkuasa di antara kedua wilayah tersebut yaitu yang berpusat di Semenanjung Tanah Arab. Sehingga para pendiri kerajaan Daulah Bani Abbasiyah terus menerus mengatur strateginya untuk menumbangkan Khalifah Marwan dengan cara apapun, termasuk menghabisi nyawanya.
Secara lebih ringkas, faktor-faktor penyebab runtuhnya Daulah Umayyah yaitu sebagai berikut.
a. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan yaitu sesuatu yang gres bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menimbulkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
b. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak sanggup dipisahkan dari konflik konflik politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka menyerupai di masa awal dan simpulan maupun secara tersembunyi menyerupai di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
c. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, kontradiksi etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada semenjak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini menjadikan para penguasa Bani Umayyah menerima kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah penggalan timur lainnya, merasa tidak puas lantaran status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
d. Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan perilaku hidup glamor di lingkungan istana sehingga bawah umur khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa lantaran perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
e. Wilayah kekuasaan yang sangat luas yang terbentang dari Andalus hingga Sungai Indus menyulitkan pemerintah melaksanakan pengamanan. Beberapa wilayah yang telah dikuasai melaksanakan gerakan dan pemberontakan untuk melepaskan kembali dari pemerintah pusat. Seperti pemberontakan yang terjadi di Kota Emessa, hal itu menguras waktu, tenaga, dan keuangan negara untuk menumpas gerakan dan pemberontakan tersebut.
f. Perubahan kebijakan pengelolaan dana Baitul mal. Pada masa Khulafaur Rasyidin, asset Baitul mal dipergunakan sebesar-besarnya untuk menunjang kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Sedangkan pada masa Umayyah, dana Baitul mal lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan pejabat negara dan kepentingan keluarga istana dan kurang difungsikan untuk menopang kesejahteraan rakyat. Perubahan kebijakan ini menyulut rasa tidak puas rakyat terhadap Daulah Umayyah. Tingkat kepuasan rakyat dari waktu ke waktu terhadap pemerintah semakin merosot.
g. Sikap Daulah Umayyah yang kurang mengakomodasi aspirasi dan peranan kaum agama (ulama) dalam percaturan pemerintahan. Kaum agamawan dan ulama merasa kurang menerima perhatian dan kurang diajak dalam menjalankan roda pemerintahan. Politik peminggirab dan marginalisasi kaum agamawan dan ulama ini menimbulkan mereka merasa ditinggalkan oleh pemerintah. Hal ini menjadikan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan.
h. Penyebab eksklusif tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah yaitu munculnya kekuatan gres yang dipelopori oleh keturunan Al Abbas bin Abdul Muthalib. Gerakan ini menerima derma penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana faktor kemunduran Dinasti Bani Umayyah. Sumber buku Siswa SKI Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tanda-tanda kemunduran Bani Umayyah dimulai dari masa kekuasaan Yazid bin Abdul Malik (101-105 H), yang tidak sanggup mengendalikan pemerintahan, sebagaimana kedua kakaknya Walid bin Abdul Malik (86-96 H) dan Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H). Pada ketika beliau diangkat menjadi khalifah banyak terjadi pemberontakan, dan beliau tidak sanggup mengendalikan pemberontakan-pemberontakan tersebut. Latar belakang terbentuknya Bani Umayyah tidak sanggup dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa pengikut Ali yang tergabung dalam kelompok Syiah dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka, menyerupai pada masa awal, maupun secara tersembunyi, menyerupai pada masa pertengahan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah
Bani Umayyah mengalami keruntuhan oleh banyak hal, di antaranya yaitu terbaginya kekuasaan Daulah Bani Umayyah ke dalam dua wilayah. Khalifah Marwan bin Muhammad berkuasa di wilayah Semenanjung Tanah Arab, dan Khalifah Yazid bin Umar berkuasa di wilayah Wasit. Namun yang paling besar lengan berkuasa di antara kedua wilayah tersebut yaitu yang berpusat di Semenanjung Tanah Arab. Sehingga para pendiri kerajaan Daulah Bani Abbasiyah terus menerus mengatur strateginya untuk menumbangkan Khalifah Marwan dengan cara apapun, termasuk menghabisi nyawanya.
Secara lebih ringkas, faktor-faktor penyebab runtuhnya Daulah Umayyah yaitu sebagai berikut.
a. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan yaitu sesuatu yang gres bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menimbulkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
b. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak sanggup dipisahkan dari konflik konflik politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka menyerupai di masa awal dan simpulan maupun secara tersembunyi menyerupai di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
c. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, kontradiksi etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada semenjak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini menjadikan para penguasa Bani Umayyah menerima kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah penggalan timur lainnya, merasa tidak puas lantaran status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
d. Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan perilaku hidup glamor di lingkungan istana sehingga bawah umur khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa lantaran perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
e. Wilayah kekuasaan yang sangat luas yang terbentang dari Andalus hingga Sungai Indus menyulitkan pemerintah melaksanakan pengamanan. Beberapa wilayah yang telah dikuasai melaksanakan gerakan dan pemberontakan untuk melepaskan kembali dari pemerintah pusat. Seperti pemberontakan yang terjadi di Kota Emessa, hal itu menguras waktu, tenaga, dan keuangan negara untuk menumpas gerakan dan pemberontakan tersebut.
f. Perubahan kebijakan pengelolaan dana Baitul mal. Pada masa Khulafaur Rasyidin, asset Baitul mal dipergunakan sebesar-besarnya untuk menunjang kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Sedangkan pada masa Umayyah, dana Baitul mal lebih banyak dipergunakan untuk kepentingan pejabat negara dan kepentingan keluarga istana dan kurang difungsikan untuk menopang kesejahteraan rakyat. Perubahan kebijakan ini menyulut rasa tidak puas rakyat terhadap Daulah Umayyah. Tingkat kepuasan rakyat dari waktu ke waktu terhadap pemerintah semakin merosot.
g. Sikap Daulah Umayyah yang kurang mengakomodasi aspirasi dan peranan kaum agama (ulama) dalam percaturan pemerintahan. Kaum agamawan dan ulama merasa kurang menerima perhatian dan kurang diajak dalam menjalankan roda pemerintahan. Politik peminggirab dan marginalisasi kaum agamawan dan ulama ini menimbulkan mereka merasa ditinggalkan oleh pemerintah. Hal ini menjadikan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan.
h. Penyebab eksklusif tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah yaitu munculnya kekuatan gres yang dipelopori oleh keturunan Al Abbas bin Abdul Muthalib. Gerakan ini menerima derma penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan.