Pengertian Diskriminasi, Faktor, Imbas Negatif Diskriminasi Dan Cara Menghindari Diskriminasi
Friday, May 8, 2020
Edit
Pengertian Diskriminasi.
Secara bahasa diskrimansi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate” yang berarti membedakan. Dan dalam bahasa arab istilah diskrimanasi dikenal dengan Al-Muhabbah yang artinya membedakan kasih antara satu dengan yang lain atau pilih kasih. Kosa kata Discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain menurut suku, ras, bahasa, budaya ataupun agama.
Diskriminasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikansebagai pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan lain sebagainya). Segala perlakuan pembedaan yang didasarkan atas warna kulit, jenis kelamin, golongan, status sosial, dan aneka macam perbedaan lainnya merupakan perbuatan diskriminasi.
Pada kenyataannya banyak insan yang mempunyai sifat serakah dan salah arah serta tidak tahu diri. Banyak di antara insan yang menganggap bahwa kemuliaan seseorang terletak pada harta, pangkat atau jabatan yang disandang, kecantikan yang dimilikinya. Padahal tidak demikian, Nabi Saw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada paras maupun hartamu, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan kelakuanmu.” (HR. Bukhari Muslim)
Sebagai bentuk tuntutan aktualisasi diri dalam kehidupan eksklusif dan sosialnya, sebagai seorang mukmin harus bisa meneladani Rasulullah Saw. Beliau tidak pernah membedakan atau pilih kasih terhadap semua insan dan memperlakukan setiap orang secara setara.
Orang-orang yang berkumpul dan bekerjasama bersama ia benar-benar menyatu. Tidak ada di antara mereka yang rendah diri karena karena kemiskinannya atau sombong karena status, kedudukan dan jabatannya. Mereka mempunyai sifat ramah, menghormati orang yang lebih tua, memperlihatkan kasih sayang kepada orang yang lebih muda, menawarkan prioritas kepada orang-orang yang memerlukan dan menjaga orang asing.
Rasulullah Saw mempunyai sifat tidak suka berdebat, tidak banyak bicara, tidak mencampuri urusan-urusan yang bukan urusan beliau. Rasulullah Saw tidak pernah mendiskreditkan orang lain dan tidak pernah menyampaikan sesuatu melainkan kata kata yang akan menawarkan pahala.
Ketika ia berbicara, orang-orang yang ada di sekitar ia akan mendengarkan dengan serius, duduk hening seperti ada burung di kepala mereka. Ketika ia diam, orang lain gantian berbicara. Mereka tidak pernah berdebat di hadapan beliau. Mereka akan tersenyum pada apa yang nabi tersenyum, dan akan terkesan pada apa yang nabi terkesan.
Faktor Munculnya Perbuatan Diskriminasi.
Berikut ini yaitu penyimpangan sikap yang menjadi faktor munculnya sikap diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat, di antaranya yaitu sebagai berikut:
a. Tidak patuh pada nasihat orang bau tanah semoga mengubah pendiriannya yang tidak sesuai dengan nilai Islam.
b. Tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkangan.
c. Melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggaran.
d. Tidak menepati janji, berkata bohong, dan menghianati kepercayaan disebut munafik.
Perbedaan sosial (diferensiasi) memperlihatkan adanya keanekaragaman dalam masyarakat. Itulah yang menjadi salah satu dasar Negara ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika, yaitu, kemajemukan pada suku, ras, bahasa, agama, dan budaya.
Dampak Negatif Diskriminasi.
Sikap diskriminasi sangat bertentangan dengan aliran Islam, karena sikap diskriminasi mengambarkan martabat yang rendah bagi pelakunya dan akan memicu munculnya sikap jelek lainya yang dilarang, akhir jelek dari sikap diskriminasi diantaranya adalah:
a. Memicu munculnya sektarianisme, agama Islam melarang ummatnya hanya mementingkan kesukuan atau kelompoknya. Al-Qur’an mengakui adanya keragaman suku, ras dan jenis kelamin, semoga di antara mereka saling mengenal dan bersatu untuk membangun peradaban.
b. Memunculkan permusuhan antar kelompok, perasaan melebihkan kelompok sendiri dan merendahkan kelompok yang lain menjadi pemicu perseturuan antar kelompok. Keadaan ini sangat ironi jikalau dilakukan umat Islam.
c. Mengundang kasus sosial yang gres yang sanggup memancing konflik horizontal di tengah masyarakat.
d. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan akhir adanya perasaan lebih dan sentimen terhadap kelompok, sehingga hak-hak kelompok lain diabaikan.
e. Jika sikap diskriminasi sangat dominan, maka keadilan sulit untuk ditegakan, alasannya suatu kelompok dalam pengambilan keputusan hanya didasarkan pada pertimbangan yang subyektif.
f. Sikap diskriminasi sanggup menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial, yang berakibat pada perpecahan.
g. Dalam menuntaskan duduk kasus yang dihadapi seharusnya bisa diselesaikan dengan baik. Namun dengan adanya diskriminasi menjadi berlarut-larut dan tidak menutup kemungkinan memunculkan kasus baru.
Cara menghindari Diskriminasi.
a. Mengedepankan Sikap Musawah (Kesetaraan). Menyadari bahwa Manusia Berkedudukan Sama di Hadapan Allah.
Allah Swt. membedakan insan menurut hati dan amalnya. Jika Allah Swt. tidak membedakan insan menurut kondisi fisik, insan tidak sepantasnya melakukannya. Padahal kita tahu bahwa Allah Swt. yaitu pemilik seluruh makhluk. Jika Allah Swt. sebagai pemilik makhluk tidak pernah membedakannya menurut kondisi fisik, kita sebagai makhluk-Nya tidak sepantasnya memperlakukan sesama makhluk dengan sikap diskriminatif.
Untuk menghindari sikap diskriminasi, maka setiap muslim harus mengedepankan sikap musawah (kesetaraan). Sikap musawah cukup urgen dalam kehidupan modern. Sikap ini mempunyai tujuan untuk membuat kesejajaran serta penghargaan terhadap sesama insan sebagai makhluk Tuhan.
Sikap musawah akan menjadi jalan gres bagi sesama insan untuk berbuat kebajikan dalam rangka membangun kebersamaan dan kemaslahatan. Pengakuan terhadap persamaan harkat, martabat dan derajat kemanusiaan, merupakan perwujudan keimanan seseorang dan akan membawa pada tingkat ketakwaan yang tinggi.
Pengelompokkan dan solidaritas dipandang Al-Qur’an sebagai fitrah dan sunatullah yang tidak akan berubah. Allah Swt. berfirman:
Artinya : "Hai manusia, Sesungguhnya Kami membuat kau dari seorang pria dan seorang wanita dan menjadikan kau berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kau disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. al-Hujurat/49: 13)
Manusia yang secara fitrah diciptakan dengan keragaman diperlukan sanggup saling mengenal. Dengan cara ini akan muncul pemahaman untuk saling mengakui kesamaan, sehingga pada alhasil bahu-membahu memperjuangkan kebaikan dan kemaslahatan bersama dalam tatanan sosial kemasyarakatan. Kehadiran Rasulullah Saw di tengah-tengah masyarakat Madinah, menjadi bukti betapa pentingnya menjauhkan sikap diskriminasi dan mengedepankan sikap kesetaraan.
Dengan sikap ini Rasulullah Saw dengan teman setianya diterima dengan ikhlas oleh kaum Anshar. Demikian pula Rasulullah Saw tidak pernah melebihkan antara teman satu dengan lainnya. Bahkan saat menjadi pemimpin negara Madinah, ia tidak pernah menomor duakan warganya, karena sentimen agama, kelompok ras dan budaya. Semua warga mempunyai hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan serta diberikan pelayanan sebagaimana yang lain selama tidak saling mengganggu dan memusuhinya.
Sebagai sebuah masyarakat yang majemuk, sikap diskriminasi harus dijauhkan dari pergaulan manusia. Setiap muslim wajib mengedepankan sikap musawah, karena sikap persamaan merupakan pilar utama dimana hak dan kewajiban ditegakkan atas dasar kesadaran bersama. Dengan demikian tidak ada warga yang merasa dipinggirkan karena sentimen agama, kelompok, suku, ras dan budaya. Semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan sebagai komunitas masyarakat dan bangsa yang mendiami suatu negeri.
Diskriminasi dengan atas nama apapun termasuk dengan simbol-simbol agama, merupakan bab dari bentuk pelanggaran terhadap hak dan persamaan hidup. Makara dalam masyarakat demokratis tidak dikenal istilah superioritas atau yunioritas satu sama lain. Karena dikotomi hak akan sanggup menjadikan konflik sosial dan kadangkadang justru berujung pada konflik agama dan keyakinan yang pada alhasil akan menjauhkan masyarakat dari kehidupan yang dirahmati Allah Swt sebagaimana ungkapan “baldatun thoyyibatun warabbun ghafur”.
Demikianlah persaudaraan yang menjadi tolak ukur keislaman seseorang betulbetul merupakan nikmat Allah Swt yang harus disyukuri dan dipelihara. Sebagaimana firman Allah :
Artinya : "Dan berpeganglah kau semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kau bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu saat kau dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, kemudian menjadilah kau karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kau telah berada di tepi jurang neraka, kemudian Allah menyelamatkan kau dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, semoga kau menerima petunjuk." (QS. Ali ‘Imran : 103)
Secara bahasa diskrimansi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate” yang berarti membedakan. Dan dalam bahasa arab istilah diskrimanasi dikenal dengan Al-Muhabbah yang artinya membedakan kasih antara satu dengan yang lain atau pilih kasih. Kosa kata Discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain menurut suku, ras, bahasa, budaya ataupun agama.
Diskriminasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikansebagai pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan lain sebagainya). Segala perlakuan pembedaan yang didasarkan atas warna kulit, jenis kelamin, golongan, status sosial, dan aneka macam perbedaan lainnya merupakan perbuatan diskriminasi.
Pada kenyataannya banyak insan yang mempunyai sifat serakah dan salah arah serta tidak tahu diri. Banyak di antara insan yang menganggap bahwa kemuliaan seseorang terletak pada harta, pangkat atau jabatan yang disandang, kecantikan yang dimilikinya. Padahal tidak demikian, Nabi Saw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada paras maupun hartamu, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan kelakuanmu.” (HR. Bukhari Muslim)
Sebagai bentuk tuntutan aktualisasi diri dalam kehidupan eksklusif dan sosialnya, sebagai seorang mukmin harus bisa meneladani Rasulullah Saw. Beliau tidak pernah membedakan atau pilih kasih terhadap semua insan dan memperlakukan setiap orang secara setara.
Orang-orang yang berkumpul dan bekerjasama bersama ia benar-benar menyatu. Tidak ada di antara mereka yang rendah diri karena karena kemiskinannya atau sombong karena status, kedudukan dan jabatannya. Mereka mempunyai sifat ramah, menghormati orang yang lebih tua, memperlihatkan kasih sayang kepada orang yang lebih muda, menawarkan prioritas kepada orang-orang yang memerlukan dan menjaga orang asing.
Rasulullah Saw mempunyai sifat tidak suka berdebat, tidak banyak bicara, tidak mencampuri urusan-urusan yang bukan urusan beliau. Rasulullah Saw tidak pernah mendiskreditkan orang lain dan tidak pernah menyampaikan sesuatu melainkan kata kata yang akan menawarkan pahala.
Ketika ia berbicara, orang-orang yang ada di sekitar ia akan mendengarkan dengan serius, duduk hening seperti ada burung di kepala mereka. Ketika ia diam, orang lain gantian berbicara. Mereka tidak pernah berdebat di hadapan beliau. Mereka akan tersenyum pada apa yang nabi tersenyum, dan akan terkesan pada apa yang nabi terkesan.
Faktor Munculnya Perbuatan Diskriminasi.
Berikut ini yaitu penyimpangan sikap yang menjadi faktor munculnya sikap diskriminasi dalam kehidupan bermasyarakat, di antaranya yaitu sebagai berikut:
a. Tidak patuh pada nasihat orang bau tanah semoga mengubah pendiriannya yang tidak sesuai dengan nilai Islam.
b. Tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkangan.
c. Melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggaran.
d. Tidak menepati janji, berkata bohong, dan menghianati kepercayaan disebut munafik.
Perbedaan sosial (diferensiasi) memperlihatkan adanya keanekaragaman dalam masyarakat. Itulah yang menjadi salah satu dasar Negara ini, yaitu Bhineka Tunggal Ika, yaitu, kemajemukan pada suku, ras, bahasa, agama, dan budaya.
Dampak Negatif Diskriminasi.
Sikap diskriminasi sangat bertentangan dengan aliran Islam, karena sikap diskriminasi mengambarkan martabat yang rendah bagi pelakunya dan akan memicu munculnya sikap jelek lainya yang dilarang, akhir jelek dari sikap diskriminasi diantaranya adalah:
a. Memicu munculnya sektarianisme, agama Islam melarang ummatnya hanya mementingkan kesukuan atau kelompoknya. Al-Qur’an mengakui adanya keragaman suku, ras dan jenis kelamin, semoga di antara mereka saling mengenal dan bersatu untuk membangun peradaban.
b. Memunculkan permusuhan antar kelompok, perasaan melebihkan kelompok sendiri dan merendahkan kelompok yang lain menjadi pemicu perseturuan antar kelompok. Keadaan ini sangat ironi jikalau dilakukan umat Islam.
c. Mengundang kasus sosial yang gres yang sanggup memancing konflik horizontal di tengah masyarakat.
d. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan akhir adanya perasaan lebih dan sentimen terhadap kelompok, sehingga hak-hak kelompok lain diabaikan.
e. Jika sikap diskriminasi sangat dominan, maka keadilan sulit untuk ditegakan, alasannya suatu kelompok dalam pengambilan keputusan hanya didasarkan pada pertimbangan yang subyektif.
f. Sikap diskriminasi sanggup menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial, yang berakibat pada perpecahan.
g. Dalam menuntaskan duduk kasus yang dihadapi seharusnya bisa diselesaikan dengan baik. Namun dengan adanya diskriminasi menjadi berlarut-larut dan tidak menutup kemungkinan memunculkan kasus baru.
Cara menghindari Diskriminasi.
a. Mengedepankan Sikap Musawah (Kesetaraan). Menyadari bahwa Manusia Berkedudukan Sama di Hadapan Allah.
Allah Swt. membedakan insan menurut hati dan amalnya. Jika Allah Swt. tidak membedakan insan menurut kondisi fisik, insan tidak sepantasnya melakukannya. Padahal kita tahu bahwa Allah Swt. yaitu pemilik seluruh makhluk. Jika Allah Swt. sebagai pemilik makhluk tidak pernah membedakannya menurut kondisi fisik, kita sebagai makhluk-Nya tidak sepantasnya memperlakukan sesama makhluk dengan sikap diskriminatif.
Untuk menghindari sikap diskriminasi, maka setiap muslim harus mengedepankan sikap musawah (kesetaraan). Sikap musawah cukup urgen dalam kehidupan modern. Sikap ini mempunyai tujuan untuk membuat kesejajaran serta penghargaan terhadap sesama insan sebagai makhluk Tuhan.
Sikap musawah akan menjadi jalan gres bagi sesama insan untuk berbuat kebajikan dalam rangka membangun kebersamaan dan kemaslahatan. Pengakuan terhadap persamaan harkat, martabat dan derajat kemanusiaan, merupakan perwujudan keimanan seseorang dan akan membawa pada tingkat ketakwaan yang tinggi.
Pengelompokkan dan solidaritas dipandang Al-Qur’an sebagai fitrah dan sunatullah yang tidak akan berubah. Allah Swt. berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : "Hai manusia, Sesungguhnya Kami membuat kau dari seorang pria dan seorang wanita dan menjadikan kau berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kau saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kau disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. al-Hujurat/49: 13)
Manusia yang secara fitrah diciptakan dengan keragaman diperlukan sanggup saling mengenal. Dengan cara ini akan muncul pemahaman untuk saling mengakui kesamaan, sehingga pada alhasil bahu-membahu memperjuangkan kebaikan dan kemaslahatan bersama dalam tatanan sosial kemasyarakatan. Kehadiran Rasulullah Saw di tengah-tengah masyarakat Madinah, menjadi bukti betapa pentingnya menjauhkan sikap diskriminasi dan mengedepankan sikap kesetaraan.
Dengan sikap ini Rasulullah Saw dengan teman setianya diterima dengan ikhlas oleh kaum Anshar. Demikian pula Rasulullah Saw tidak pernah melebihkan antara teman satu dengan lainnya. Bahkan saat menjadi pemimpin negara Madinah, ia tidak pernah menomor duakan warganya, karena sentimen agama, kelompok ras dan budaya. Semua warga mempunyai hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan serta diberikan pelayanan sebagaimana yang lain selama tidak saling mengganggu dan memusuhinya.
Sebagai sebuah masyarakat yang majemuk, sikap diskriminasi harus dijauhkan dari pergaulan manusia. Setiap muslim wajib mengedepankan sikap musawah, karena sikap persamaan merupakan pilar utama dimana hak dan kewajiban ditegakkan atas dasar kesadaran bersama. Dengan demikian tidak ada warga yang merasa dipinggirkan karena sentimen agama, kelompok, suku, ras dan budaya. Semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan sebagai komunitas masyarakat dan bangsa yang mendiami suatu negeri.
Diskriminasi dengan atas nama apapun termasuk dengan simbol-simbol agama, merupakan bab dari bentuk pelanggaran terhadap hak dan persamaan hidup. Makara dalam masyarakat demokratis tidak dikenal istilah superioritas atau yunioritas satu sama lain. Karena dikotomi hak akan sanggup menjadikan konflik sosial dan kadangkadang justru berujung pada konflik agama dan keyakinan yang pada alhasil akan menjauhkan masyarakat dari kehidupan yang dirahmati Allah Swt sebagaimana ungkapan “baldatun thoyyibatun warabbun ghafur”.
Demikianlah persaudaraan yang menjadi tolak ukur keislaman seseorang betulbetul merupakan nikmat Allah Swt yang harus disyukuri dan dipelihara. Sebagaimana firman Allah :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Artinya : "Dan berpeganglah kau semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kau bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu saat kau dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, kemudian menjadilah kau karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kau telah berada di tepi jurang neraka, kemudian Allah menyelamatkan kau dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, semoga kau menerima petunjuk." (QS. Ali ‘Imran : 103)
b. Meyakini bahwa Setiap Makhluk Dikaruniai Keistimewaan.
Tiap-tiap makhluk termasuk insan diciptakan dengan keistimewaan tersendiri. Mungkin saja sobat Anda tidak dikaruniai kecantikan, tetapi dikaruniai kecerdasan yang luar biasa. Teman Anda yang kurang beruntung dalam bidang ekonomi, mungkin saja mempunyai keistimewaan dalam bidang lainnya. Dengan menanamkan kesadaran bahwa tiap-tiap insan atau makhluk mempunyai keistimewaan, sikap diskriminasi sanggup dihindari.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian diskriminasi, faktor munculnya diskriminasi, efek negatif diskriminasi dan cara menghindari diskriminasi. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tiap-tiap makhluk termasuk insan diciptakan dengan keistimewaan tersendiri. Mungkin saja sobat Anda tidak dikaruniai kecantikan, tetapi dikaruniai kecerdasan yang luar biasa. Teman Anda yang kurang beruntung dalam bidang ekonomi, mungkin saja mempunyai keistimewaan dalam bidang lainnya. Dengan menanamkan kesadaran bahwa tiap-tiap insan atau makhluk mempunyai keistimewaan, sikap diskriminasi sanggup dihindari.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian diskriminasi, faktor munculnya diskriminasi, efek negatif diskriminasi dan cara menghindari diskriminasi. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.