Pengertian Moral Mendapatkan Tamu, Bentuknya Dan Nilai Nyata Moral Mendapatkan Tamu

Pengertian Akhlak Menerima Tamu.
Menurut bahasa menerima tamu (ketamuan) diartikan; “kedatangan orang yang bertamu, melawat atau berkunjung”. Menurut istilah mendapatkan tamu dimaknai menyambut tamu dengan banyak sekali cara penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan berdasarkan adat ataupun agama dengan maksud untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmat dan rida dari Allah Swt. Setiap muslim wajib hukumnya untuk memuliakan tamunya, tanpa memandang siapapun orangnya yang bertamu dan apapun tujuannya dalam bertamu.

Bentuk Akhlak Menerima Tamu.
Islam sebagai agama yang sangat serius dalam menawarkan perhatian orang yang sedang bertamu. Sesungguhnya orang yang bertamu telah dijamin hak-haknya dalam Islam. Karena itu menghormati tamu merupakan perintah yang mendatangkan kemuliaan didunia dan akhirat.

Setiap muslim wajib untuk mendapatkan dan memuliakan tamu, tanpa membeda-bedakan status sosial ataupun maksud dan tujuan bertamu. Memuliakan tamu merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan Rasulullah Saw. mengaitkan sifat memuliakan tamu itu dengan keimanan terhadap Allah Swt dan Hari Akhir. Rasulullah Saw., bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Artinya: Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw bersabda : "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berbuat baik dengan tetangganya, Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Muslim)

Memuliakan tamu dilakukan antara lain dengan menyambut kedatangannya dengan muka manis dan tutur kata yang lemah lembut, mempersilakannya duduk di daerah yang baik. Kalau perlu disediakan ruangan khusus untuk mendapatkan tamu yang selalu dijaga kerapian dan keasriannya.

Kalau tamu tiba dari daerah yang jauh dan ingin menginap, tuan rumah wajib mendapatkan dan menjamunya maksimal tiga hari tiga malam. Lebih dari tiga hari terserah kepada tuan rumah untuk tetap menjamunya atau tidak. Menurut Rasulullah Saw., menjamu tamu lebih dari tiga hari nilainya sedekah, bukan lagi kewajiban.

Menurut Imam Malik, yang dimaksud dengan jaizah sehari semalam adalah; memuliakan dan menjamu tamu pada hari pertama dengan hidangan istimewa dari hidangan yang biasa dimakan tuan rumah sehari-hari. Sedangkan hari kedua dan ketiga dijamu dengan hidangan biasa sehari-hari.

Sedangkan berdasarkan Ibn al-Atsir, yang dimaksud dengan jaizah sehari semalam adalah: memberi bekal kepada tamu untuk perjalanan sehari semalam. Dalam konteks perjalanan di padang pasir, diharapkan bekal minimal untuk sehari semalam hingga bertemu dengan daerah persinggahan berikutnya.

Kedua pemahaman di atas sanggup dikompromikan dengan melaksanakan keduaduanya, apabila memang tamunya membutuhkan bekal untuk melanjutkan perjalanan. Tapi bagaimanapun bentuknya, substansinya tetap sama yaitu usulan untuk memuliakan tamu sedemikian rupa sehingga si tamu merasa dihormati dan tuan rumah merasa menghormati, sehingga keduanya mendapatkan kemuliaan.

Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu.
Setiap orang Islam telah diikat oleh suatu tata aturan supaya hidup bertetangga dan dekat dengan orang lain, sekalipun berbeda agama ataupun suku. Hak-hak mereka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh dilanggar undang-undang perjanjian yang mengikat diantara sesama manusia.

Seorang muslim tidak dibenarkan menolak kedatangan sesama muslim untuk bertamu. Seorang muslim harus mendapatkan kedatangan saudaranya dengan penyambutan yang penuh suka cita. Apabila saudara yang bertamu memberikan kabar gosip ataupun mengadukan suatu masalah, maka pengaduan itu wajib direspon dengan penuh antusias.

Terhadap orang yang bertamu, setiap muslim dihentikan menghardik, menganiaya, mengusik, mengganggu dan menghina orang yang tiba ke rumah. Tuan rumah dihentikan menahan dan merampas hak-milik tamu yang bertandang ke rumah. Orang Islam diwajibkan menawarkan penyambutan tamu dengan sebaik-baik penyambutan dan menawarkan sumbangan dengan apa yang diharapkan orang yang bertamu.

Adapun pesan yang tersirat atau nilai positif sopan santun mendapatkan tamu sebagai berikut,

Pertama, mendapatkan tamu sebagai perwujudan keimanan, artinya semakin berpengaruh kepercayaan seseorang, maka semakin ramah dan santun dalam menyambut tamunya. Karena orang yang beriman menyakini bahwa menyambut tamu potongan dari perintah Allah Swt. Segala pengorbanan yang diberikan untuk menyambut tamu akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih bernilai baik di dunia akhirat.

Kedua, mendapatkan tamu sanggup meningkatkan kesabaran, seringkali kesibukan menimbulkan diri melupakan tanggung jawab terhadap sesamanya. Setiap ketika kita sering dihadapkan pada satu kenyataan, ada urusan yang harus diselesaikan dengan segera, namun sisi lain ada seorang tamu yang datang. Saat inilah kita dilatih kesabaran untuk mengambil keputusan yang terbaik. Dengan sabar orang harus menghadapinya, urusannya selesai dan tamunyapun tetap dimuliakan. Sesungguhnya orang yang sedang bertamu, diundang ataupun tidak, keberadaannya menjadi amanah bagi tuan rumah untuk memuliakan.

Ketiga, mendapatkan tamu sanggup berbagi kepribadian, setiap orang mempunyai kepentingan untuk menegaskan kepribadiannya. Bagi orang beriman, kehadiran tamu sebagai sarana untuk melaksanakan kewaspadaan diri. Setiap orang beriman senantiasa berusaha menawarkan penyambutan yang terbaik terhadap tamunya. Sikap untuk memuliakan tamu dengan penyambutan yang menyenangkan tamu, akan sanggup membina diri dan memperlihatkan kepribadian utama bagi orang beriman.

Keempat, memuliakan tamu juga sanggup dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan kemaslahatan dari Allah Swt ataupun makhluk-Nya, lantaran bahu-membahu orang yang berbuat baik akan mendapatkan kemaslahatan dunia ataupun akhirat. Memuliakan tamu dengan penyambutan yang menyenangkan sanggup meningkatkan kemuliaan seorang, baik di mata orang yang bertamu ataupun di hadapan Allah.

Membiasakan Akhlak Menerima Tamu.
Menerima tamu merupakan potongan dari aspek sosial dalam fatwa Islam yang harus terus dijaga. Menerima tamu dengan penyambutan yang baik merupakan cermin diri dan memperlihatkan kualitas kepribadian seorang muslim. Setiap muslim harus membiasakan diri untuk menyambut setiap tamu yang tiba dengan penyambutan yang penuh suka cita.

Agar sanggup menyambut tamu dengan suka cita maka tuan rumah harus menghadirkan pikiran yang positif (husnudzan) terhadap tamu, jangan hingga kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran negatif dari tuan rumah (su’udzon). Sebagai tuan rumah harus sabar dalam menyambut tamu yang tiba apapun keadaannya. Pada kenyataannya tamu yang tiba tidak selalu sesuai dengan cita-cita tuan rumah, kehadiran tamu sering kali mengganggu aktifitas yang sedang kita seriusi. Jangan hingga seorang tuan rumah memperlihatkan perilaku yang berangasan ataupun mengusir tamunya.

Apabila pada suatu ketika tuan rumah mencicipi berat untuk mendapatkan kehadiran tamunya, maka tuan rumah harus tetap memperlihatkan perilaku yang bakir dan bijak, jangan hingga menyinggung perasaan tamu. Karena penolakan tuan rumah yang menyinggung perasaan tamu sanggup menjadi lantaran dijauhkannya tuan rumah dari rahmat Allah Swt, di samping itu akan sanggup memunculkan rasa dendam ataupun permusuhan dari tamu yang datang. Inilah perlunya kita harus tetap menjaga kesopanan dan kesantunan ketika berhadapan dengan bermacam-macam tamu.

Seyogyanya setiap muslim harus memperlihatkan perilaku yang baik terhadap tamunya, mulai dari keramahan diri dalam menyambut tamu, menyediakan sarana dan prasarana penyambutan yang memadai, serta menawarkan jamuan makan ataupun minuman yang memenuhi selera tamu. Syukur sekali sanggup menyediakan hidangan enak yang menjadi kesukaan tamu yang datang. Jika hal tersebut sanggup dilakukan secara baik, maka akan menjadi tolok ukur kemuliaan tuan rumah.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian sopan santun mendapatkan tamu, etika mendapatkan tamu dan nilai positif sopan santun mendapatkan tamu. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel