Kebijakan Dan Taktik Khalifah Bubuk Bakar As Shiddiq

Nama orisinil ia yaitu Abdullah Ibnu Abi Quhafah at Tamimi, di masa jahiliyah berjulukan Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang memanggilnya Abu Bakar.

Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekkah, tidak berapa usang setelah Nabi Muhammad Saw lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar semenjak kecil dekat dengan Nabi. Persahabatan keduanya tidak terpisahkan, baik sebelum maupun setelah Islam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat saat samasama berjuang menegakkan agama Allah Swt.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun (632 – 634 M), maka memiliki beberapa kebijakan dan taktik saat memimpin negara yaitu :

A. Pembukuan Al-Qur’an.
Perang Riddah menyebabkan banyak kurban, termasuk sebagaian para penghafal Al-Qur’an. Kenyataan ini sangat merugikan sekaligus menghawartirkan Jika semakin banyak penghafal Al-Qur’an gugur, akhirnya Al-Qur’an sanggup hilang. Menyadari hal ini, Umur bin Khatab mencatat semua hafalan Al-Qur’an pada para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al-Qur’an sanggup diwariskan kepada generasi mendatang.

Abu Bakar ragu, apakah harus mendapatkan ajuan Umar bin Khatab ataukah menolaknya ? Ia ragu lantaran Nabi belum pernah melakukannya. Namun, Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan Al-Qur’an akan sangat bermanfaat bagi keutuhan Al-Qur’an sendiri. Akhirnya, Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Qur’an. Zaid ditunjuk lantaran ia cowok yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al-Qur’an. Zaid bin Tsabit sanggup melaksanakan kiprah tersebut dengan baik.

B. Perluasan wilayah gres (Futuhat)
Keberhasilan dalam perang Riddah, bahaya dari dalam Jazirah Arab, sanggup dikatakan teratasi. Namun bahaya dari luar sedang bergerak. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah Saw, bersifat sentral.

Kekuasaan legislatif, administrator dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, menyerupai juga Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.

Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha mewujudkan cita-cita tersebut dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan Islam ke tempat Syiria. Untuk keperluan tersebut Abu Bakar menugaskan 4 orang panglima perang, yaitu :

1) Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus.
2) Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya.
3) Amru bin Ash ditugaskan di Palestina.
4) Surahbil bin Hasanah ditugaskan di Yordania.

Ketika itu Syiria berada di bawah kekuasaan Romawi pimpinan Kaisar Heraklius bahwasanya pengembangan Islam ke Syiria ini telah dimulai semenjak Nabi akan wafat, di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Namun terhenti lantaran pasukan Islam mendengar gosip perihal wafatnya nabi Muhammad Saw..kemudian ini dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar. Usaha ekspansi ini dipimpin oleh 4 orang panglima dan diperkuat lagi dengan datngnya pasukan Khalid ibnu Walid yang berjumlah lebih kurang 1500 orang, juga menerima pertolongan dari Mutsanna ibnu Haritsah. Khalid ibnu Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan ekspansi ke beberapa tempat di Irak dan Persia. Karena Abu Bakar mendengar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam menghadapi pasukan Romawi Timur di Syiria, kemudian Khalid diperintahkan untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.

Pada waktu berlangsungnya perang melawan tentara Romawi Timur ini, tiba sebuah gosip perihal wafatnya Abu Bakar (13 H/634 M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu Bakar yaitu Umar ibnu Khatab.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal kebijakan dan taktik Khalifah Abu Bakar Shidiq semasa menjadi khalifah. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel