Firasat Orang Shiddiq
Tuesday, September 18, 2007
Edit
Seorang perjaka Yahudi yang sungguh ganteng masuk ke dalam masjid dengan sikapnya yang sungguh hormat. Pemuda itu berpakaian indah, memakai wangi-wangian yang harum, akal dan tutur katanya pun sopan. Semua orang yang berada di masjid mengira beliau merupakan orang Islam, padahal gotong royong beliau Yahudi yang belum memeluk Islam.
Syekh Ibrahim Al-Khawwash yang sedang berada di dalam masjid berkata terhadap sahabat-sahabatnya, "Pemuda itu merupakan seorang Yahudi."
Para teman dekat kurang oke dengan perkataan Syekh Ibrahim. Mereka menilai perjaka itu merupakan jemaah masjid yang mau shalat. Pemuda itu mengerti bahwa mereka sedang membicarakannya.
Seusai shalat, perjaka itu menanti Syekh Ibrahim sampai pulang keluar dari masjid. Ketika dilihatnya Syekh Ibrahim sudah keluar dari pintu masjid, perjaka Yahudi itu pun mendekati para teman dekat Syekh Ibrahim dan bertanya, "Apa kata Syekh Ibrahim ihwal diriku?"
Mendengar pertanyaan itu, para teman dekat Syekh Ibrahim enggan menjawabnya. Mereka membisu seribu bahasa. Namun, perjaka itu mendesak mereka, "Tak perlu takut, saya cuma ingin tahu apa yang diucapkan Syekh Ibrahim tadi?"
Akhirnya, salah satu dari jemaah angkat bicara, "Syekh menyampaikan bahwa kamu seorang Yahudi. Apakah benar?"
Pernyataan Syekh Ibrahim itu mengagetkan perjaka Yahudi. Ia bergegas menyusul Syekh Ibrahim yang sedang berlangsung pulang ke rumahnya. Pemuda itu eksklusif mencium tangan Syekh Ibrahim dan menyatakan dirinya masuk Islam.
Syekh yang keheranan bertanya, "Apa yang mendorongmu untuk secepatnya memeluk Islam?"
Pemuda itu menceritakan isi kitab yang diyakininya, "Dalam kitabku dikatakan, firasat seseorang yang memiliki sifat shiddiq tidak pernah meleset. Saya menguji kaum muslim dengan menyamar selaku jemaah masjid. Orang shiddiq niscaya berada di antara kalangan muslim. Ternyata dugaanku memang benar. Syekh Ibrahim dapat mengenaliku dengan tepat. Berarti Anda merupakan orang yang shiddiq dan alasannya itulah saya masuk Islam!"
Syekh Ibrahim Al-Khawwash yang sedang berada di dalam masjid berkata terhadap sahabat-sahabatnya, "Pemuda itu merupakan seorang Yahudi."
Para teman dekat kurang oke dengan perkataan Syekh Ibrahim. Mereka menilai perjaka itu merupakan jemaah masjid yang mau shalat. Pemuda itu mengerti bahwa mereka sedang membicarakannya.
Seusai shalat, perjaka itu menanti Syekh Ibrahim sampai pulang keluar dari masjid. Ketika dilihatnya Syekh Ibrahim sudah keluar dari pintu masjid, perjaka Yahudi itu pun mendekati para teman dekat Syekh Ibrahim dan bertanya, "Apa kata Syekh Ibrahim ihwal diriku?"
Mendengar pertanyaan itu, para teman dekat Syekh Ibrahim enggan menjawabnya. Mereka membisu seribu bahasa. Namun, perjaka itu mendesak mereka, "Tak perlu takut, saya cuma ingin tahu apa yang diucapkan Syekh Ibrahim tadi?"
Akhirnya, salah satu dari jemaah angkat bicara, "Syekh menyampaikan bahwa kamu seorang Yahudi. Apakah benar?"
Pernyataan Syekh Ibrahim itu mengagetkan perjaka Yahudi. Ia bergegas menyusul Syekh Ibrahim yang sedang berlangsung pulang ke rumahnya. Pemuda itu eksklusif mencium tangan Syekh Ibrahim dan menyatakan dirinya masuk Islam.
Syekh yang keheranan bertanya, "Apa yang mendorongmu untuk secepatnya memeluk Islam?"
Pemuda itu menceritakan isi kitab yang diyakininya, "Dalam kitabku dikatakan, firasat seseorang yang memiliki sifat shiddiq tidak pernah meleset. Saya menguji kaum muslim dengan menyamar selaku jemaah masjid. Orang shiddiq niscaya berada di antara kalangan muslim. Ternyata dugaanku memang benar. Syekh Ibrahim dapat mengenaliku dengan tepat. Berarti Anda merupakan orang yang shiddiq dan alasannya itulah saya masuk Islam!"