Preman Masuk Islam
Friday, September 14, 2007
Edit
Luqman Hakim meriwayatkan bahwa sebuah dikala seorang preman yang suka mencuri, berjudi, dan meminum minuman keras tiba menemui Rasulullah saw. Ia bermaksud untuk bertobat sehingga Rasulullah mengajaknya pada Al-Islam.
Setelah ia mengucapkan dua kalimat syahadat, ia mengadu terhadap Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, saya yakni orang yang banyak mengerjakan dosa. Bagaimanakah caranya biar saya bisa meninggalkan kebiasaan burukku?"
Rasulullah menjawab, "Berjanjilah untuk tidak berbohong!"
Syarat yang mudah, pikir preman tersebut, ia pun menyanggupinya.
Dalam perjalanan pulang, setiap kali ia hendak berbuat jahat senantiasa teringat pesan Rasulullah untuk tidak berbohong.
"Apa jawabanku bila Rasulullah mengajukan pertanyaan wacana apa yang saya laksanakan hari ini? Sanggupkah saya berbohong kepadanya?"
Pada peluang lain, godaan untuk berbuat jahat timbul kembali. Ia kembali teringat pesan Rasulullah. Ia bergumam, "Kalau saya berbohong terhadap Rasulullah, memiliki arti saya mengkhianati janjiku kepadanya. Jika saya berkata benar bahwa saya sudah mengerjakan kejahatan, saya mesti menerima eksekusi sesuai dengan hukum Islam."
Ia pun mengurungkan niat jahatnya. Demikianlah setiap ada impian untuk mabuk, mencuri, dan berjudi, ia senantiasa teringat pesan Rasulullah tersebut sampai ia senantiasa mengurungkan niatnya untuk berbuat dosa.
"Ya Allah, ternyata dalam pesan Rasulullah itu terkandung pesan yang tersirat yang sungguh berharga," pikirnya.
Ia pun sukses meninggalkan kebiasaan buruknya dan menjadi mukmin saleh dan mulia.
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda, "Wahai anakku, bila kamu bisa menyambut pagi dan soremu dengan hati yang higienis dari niat curang terhadap orang lain maka lakukanlah!"
Kemudian Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, "Hal tersebut ialah sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkannya maka itulah bukti kecintaannya kepadaku dan barangsiapa mencintaiku maka ia akan bersamaku di surga." (HR Turmudzi)
Setelah ia mengucapkan dua kalimat syahadat, ia mengadu terhadap Rasulullah saw, "Wahai Rasulullah, saya yakni orang yang banyak mengerjakan dosa. Bagaimanakah caranya biar saya bisa meninggalkan kebiasaan burukku?"
Rasulullah menjawab, "Berjanjilah untuk tidak berbohong!"
Syarat yang mudah, pikir preman tersebut, ia pun menyanggupinya.
Dalam perjalanan pulang, setiap kali ia hendak berbuat jahat senantiasa teringat pesan Rasulullah untuk tidak berbohong.
"Apa jawabanku bila Rasulullah mengajukan pertanyaan wacana apa yang saya laksanakan hari ini? Sanggupkah saya berbohong kepadanya?"
Pada peluang lain, godaan untuk berbuat jahat timbul kembali. Ia kembali teringat pesan Rasulullah. Ia bergumam, "Kalau saya berbohong terhadap Rasulullah, memiliki arti saya mengkhianati janjiku kepadanya. Jika saya berkata benar bahwa saya sudah mengerjakan kejahatan, saya mesti menerima eksekusi sesuai dengan hukum Islam."
Ia pun mengurungkan niat jahatnya. Demikianlah setiap ada impian untuk mabuk, mencuri, dan berjudi, ia senantiasa teringat pesan Rasulullah tersebut sampai ia senantiasa mengurungkan niatnya untuk berbuat dosa.
"Ya Allah, ternyata dalam pesan Rasulullah itu terkandung pesan yang tersirat yang sungguh berharga," pikirnya.
Ia pun sukses meninggalkan kebiasaan buruknya dan menjadi mukmin saleh dan mulia.
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda, "Wahai anakku, bila kamu bisa menyambut pagi dan soremu dengan hati yang higienis dari niat curang terhadap orang lain maka lakukanlah!"
Kemudian Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, "Hal tersebut ialah sunnahku. Barangsiapa yang menghidupkannya maka itulah bukti kecintaannya kepadaku dan barangsiapa mencintaiku maka ia akan bersamaku di surga." (HR Turmudzi)