Tidak Takut Dibilang Bodoh
Wednesday, September 19, 2007
Edit
Imam Malik merupakan sosok alim ulama yang rendah hati. Meskipun ia senantiasa berguru dan menimba ilmu dari 900 orang guru, ia tidak pernah merasa dirinya paling pintar. Imam Malik berkata, "Sering kali saya tidak masalah penting yang belum terselesaikan. Sang murid berniat untuk menanyakan hal tersebut terhadap gurunya, Imam Malik.
Akan tetapi, Imam Malik tidak bisa memamerkan respon kepadanya alasannya merupakan memang ia tidak tahu respon atas permasalahan tersebut. Dengan sejujurnya, ia berkata, "Aku tidak tahu."
Tentu saja sang murid menjadi kecewa. Lalu, ia berkata, "Apakah saya mesti menyampaikan terhadap orang-orang bahwa Imam Malik tidak tahu?"
"Ya!" Jawab Imam Malik, "Katakanlah terhadap kaummu bahwa saya tidak tahu!"
Pernyataan Imam Malik ini mungkin bagi sebagian orang arif merasa dapat menjatuhkan harga dirinya alasannya merupakan akan dianggap bodoh. Bahkan, untuk menyingkir dari mudah-mudahan tidak disebut orang bodoh, ia akan berupaya untuk mengada-adakan respon tanpa memedulikannya, apakah dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.
Hal itu tidak berlaku bagi Imam Malik. Jika memang tak punya respon atas pertanyaan itu, ia lebih memutuskan menyampaikan sejujurnya bahwa tidak mengenali respon dibandingkan dengan mesti menyampaikan bahwa ia tahu semua tanpa ilmu.
Ia mewarisi sifat jujur Nabi saw dikala menetapkan sebuah respon atas permasalahan. Jika Rasulullah saw menunggu wahyu untuk mengenali jawabannya, Imam Malik akan belajar dan berguru lagi sampai mendapatkan ilmu yang benar untuk menjawab permasalahan di atas.
Akan tetapi, Imam Malik tidak bisa memamerkan respon kepadanya alasannya merupakan memang ia tidak tahu respon atas permasalahan tersebut. Dengan sejujurnya, ia berkata, "Aku tidak tahu."
Tentu saja sang murid menjadi kecewa. Lalu, ia berkata, "Apakah saya mesti menyampaikan terhadap orang-orang bahwa Imam Malik tidak tahu?"
"Ya!" Jawab Imam Malik, "Katakanlah terhadap kaummu bahwa saya tidak tahu!"
Pernyataan Imam Malik ini mungkin bagi sebagian orang arif merasa dapat menjatuhkan harga dirinya alasannya merupakan akan dianggap bodoh. Bahkan, untuk menyingkir dari mudah-mudahan tidak disebut orang bodoh, ia akan berupaya untuk mengada-adakan respon tanpa memedulikannya, apakah dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.
Hal itu tidak berlaku bagi Imam Malik. Jika memang tak punya respon atas pertanyaan itu, ia lebih memutuskan menyampaikan sejujurnya bahwa tidak mengenali respon dibandingkan dengan mesti menyampaikan bahwa ia tahu semua tanpa ilmu.
Ia mewarisi sifat jujur Nabi saw dikala menetapkan sebuah respon atas permasalahan. Jika Rasulullah saw menunggu wahyu untuk mengenali jawabannya, Imam Malik akan belajar dan berguru lagi sampai mendapatkan ilmu yang benar untuk menjawab permasalahan di atas.