Maha Melihat
Monday, September 10, 2007
Edit
Konon, semasa muda, Hasan Al-Basri yakni pemuda yang tampan dan kaya. Sayangnya ia suka menghambur-hamburkan waktunya untuk berfoya-foya. Suatu hari ia menyaksikan kain sutra hijau yang sungguh indah. Ia pun terpesona untuk membelinya selaku hadiah bagi seorang gadis idamannya.
Kemudian dihampirinya pramusaji toko kain tersebut dan bertanya, "Saya ingin berbelanja kain sutra hijau itu. Berapa harganya?"
Tak disangka, pramusaji tersebut menjawab, "Saya tidak berani menjualnya!"
Tentu saja respon pramusaji itu menghasilkan Hasan Al-Basri keheranan, kemudian ia berkata, "Jika kamu tak mau menjualnya, lantas untuk apa kaupajang kain itu?"
"Saya bukan pemilik toko ini. Saya cuma seorang pramusaji yang diandalkan majikan untuk mempertahankan dagangannya," terperinci pramusaji tersebut.
Sambil bersungut, Hasan Al-Basri mengajukan pertanyaan kembali, "Kapan majikanmu datang?"
Pelayan itu menjawab, "Saya tidak tahu. Mungkin petang nanti. Ada anggota keluarga yang sakit."
"Sudahlah, jual saja sepotong. Toh, majikanmu tidak akan tahu alasannya masih bersisa banyak," bujuknya lagi.
Pelayan itu menghela nafas panjang. Ia menimpali, "Memang majikan aku tidak akan tahu. Tapi, bagaimana dengan Penguasa majikan saya? Apakah tuan menjamin Dia tidak akan tahu?"
Sambil tersenyum sinis, Hasan Al-Basri menantang, "Memangnya siapa penguasa majikanmu?"
"Allah 'Azza wa Jalla" tandas pramusaji itu.
Kemudian dihampirinya pramusaji toko kain tersebut dan bertanya, "Saya ingin berbelanja kain sutra hijau itu. Berapa harganya?"
Tak disangka, pramusaji tersebut menjawab, "Saya tidak berani menjualnya!"
Tentu saja respon pramusaji itu menghasilkan Hasan Al-Basri keheranan, kemudian ia berkata, "Jika kamu tak mau menjualnya, lantas untuk apa kaupajang kain itu?"
"Saya bukan pemilik toko ini. Saya cuma seorang pramusaji yang diandalkan majikan untuk mempertahankan dagangannya," terperinci pramusaji tersebut.
Sambil bersungut, Hasan Al-Basri mengajukan pertanyaan kembali, "Kapan majikanmu datang?"
Pelayan itu menjawab, "Saya tidak tahu. Mungkin petang nanti. Ada anggota keluarga yang sakit."
"Sudahlah, jual saja sepotong. Toh, majikanmu tidak akan tahu alasannya masih bersisa banyak," bujuknya lagi.
Pelayan itu menghela nafas panjang. Ia menimpali, "Memang majikan aku tidak akan tahu. Tapi, bagaimana dengan Penguasa majikan saya? Apakah tuan menjamin Dia tidak akan tahu?"
Sambil tersenyum sinis, Hasan Al-Basri menantang, "Memangnya siapa penguasa majikanmu?"
"Allah 'Azza wa Jalla" tandas pramusaji itu.