Kejujuran Bilal Bin Rabah R.A.
Tuesday, September 25, 2007
Edit
Suatu dikala dua orang hamba sahaya yang dimulia-kan Allah SWT hendak meminang seorang putri dari kelompok bangsa Quraisy yang terhormat. Mereka yakni Bilal bin Rabah r.a dan Shuhaib Ar-Rumi r.a.
Bilal bertindak selaku juru bicara dan mengajukan pinangan terhadap keluarga perempuan tersebut mudah-mudahan bersedia mem'kah dengan sahabatnya, Shuhaib. Salah seorang dari keluarga tersebut bertanya, "Siapakah gerangan kalian berdua ini?"
Bilal menjawab, "Saya yakni Bilal dan ini kerabat saya, Shuhaib. Kalian pasti sudah mengenali eksistensi kami. Dahulu kami yakni para budak yang kemudian dimerdekakan oleh Allah SWT. Kami juga dahulu yakni orang-orang tersesat, kemudian diberi hidayah oleh Allah SWT. Kami dulunya fakir, kemudian dijadikan kaya oleh-Nya. Kini kami menghendaki putri Anda untuk dijodohkan dengan saudaraku. Jika kalian menerimanya, segala puji bagi Allah SWT. Dan jika kalian menolak, Allah Dzat Yang Maha besar."
Sebenarnya Shuhaib kalut dikala Bilal mengungkap jati diri mereka yang dahulunya hanyalah hamba sahaya. Apalagi setelah itu Shuhaib menyaksikan para anggota keluarga perempuan tersebut saling menatap satu sama lain.
Mereka kemudian berkata, "Bilal tergolong orang yang kita kenal kepeloporan, kepahlawanan, dan kedudukannya di segi Rasulullah saw. Oleh sebab itu, nikahkanlah saudaramu dengan putri kami!" Mereka menemukan pinangan Shuhaib terhadap putrinya. Betapa bahagianya Shuhaib mendengar keputusan itu.
Dalam perjalanan pulang, Shuhaib mengajukan pertanyaan terhadap Bilal, "Mengapa engkau katakan terhadap mereka ihwal asal permohonan kita?"
Bilal menjawab, "Diamlah! Aku sudah menceritakan hal yang sejujurnya. Dan sebab kejujuran itulah yang memicu engkau menikah dengannya!"
Sesungguhnya shiddiq (kejujuran) itu menenteng pada kebaikan dan kebaikan itu menenteng ke nirwana .... (HR Bukhari dan Muslim)
Bilal bertindak selaku juru bicara dan mengajukan pinangan terhadap keluarga perempuan tersebut mudah-mudahan bersedia mem'kah dengan sahabatnya, Shuhaib. Salah seorang dari keluarga tersebut bertanya, "Siapakah gerangan kalian berdua ini?"
Bilal menjawab, "Saya yakni Bilal dan ini kerabat saya, Shuhaib. Kalian pasti sudah mengenali eksistensi kami. Dahulu kami yakni para budak yang kemudian dimerdekakan oleh Allah SWT. Kami juga dahulu yakni orang-orang tersesat, kemudian diberi hidayah oleh Allah SWT. Kami dulunya fakir, kemudian dijadikan kaya oleh-Nya. Kini kami menghendaki putri Anda untuk dijodohkan dengan saudaraku. Jika kalian menerimanya, segala puji bagi Allah SWT. Dan jika kalian menolak, Allah Dzat Yang Maha besar."
Sebenarnya Shuhaib kalut dikala Bilal mengungkap jati diri mereka yang dahulunya hanyalah hamba sahaya. Apalagi setelah itu Shuhaib menyaksikan para anggota keluarga perempuan tersebut saling menatap satu sama lain.
Mereka kemudian berkata, "Bilal tergolong orang yang kita kenal kepeloporan, kepahlawanan, dan kedudukannya di segi Rasulullah saw. Oleh sebab itu, nikahkanlah saudaramu dengan putri kami!" Mereka menemukan pinangan Shuhaib terhadap putrinya. Betapa bahagianya Shuhaib mendengar keputusan itu.
Dalam perjalanan pulang, Shuhaib mengajukan pertanyaan terhadap Bilal, "Mengapa engkau katakan terhadap mereka ihwal asal permohonan kita?"
Bilal menjawab, "Diamlah! Aku sudah menceritakan hal yang sejujurnya. Dan sebab kejujuran itulah yang memicu engkau menikah dengannya!"
Sesungguhnya shiddiq (kejujuran) itu menenteng pada kebaikan dan kebaikan itu menenteng ke nirwana .... (HR Bukhari dan Muslim)