Asmaul Husna : Al Karim
Tuesday, October 9, 2018
Edit
Kemuliaan Allah Swt. tercermin dari sifat-Nya yang tidak pilih kasih dalam memperlakukan makhlukNya. Allah Swt. mengatakan kenikmatan yang sangat sulit dihitung kepada semua makhluk-Nya. Allah Swt. tidak membutuhkan akhir atas semua yang diberikan-Nya, Allah juga tidak meminta akhir apapun dari makhluk-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya tersebut. Sebenarnya kalau kita bersyukur (berterimakasih) terhadap nikmat yang kita peroleh dari Allah, bukan berarti Allah memerlukannya, tapi lebih berarti bahwa kita telah bersyukur terhadap diri kita sendiri.
Sebelum membahas lebih jauh ihwal Al Karim sebagai salah satu dari 99 sifat Allah Swt. (Asmaul Husna), mari kita cermati QS An-Naml/27 ayat 40 berikut ini.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba saya apakah saya bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
(QS: An-Naml Ayat: 40)
Ayat di atas mengandung salah satu sifat Allah, yaitu Allah mempunyai sifat al-Kariim yang berarti Allah Maha Mulia, aliran Allah Swt. pun mengandung kemuliaan. Menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia), mulia sanggup bermakna tinggi (derajat, pangkat, jabatan), luhur (budi), dan bermutu tinggi.
Untuk menguji keluhuran dan kemuliaan Allah Swt. mari kita coba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Adakah yang mampu... adakah ... adakah ... Masih banyak lagi nikmat dari Allah Swt. yang tidak akan sanggup kita hitung walau dengan pinjaman peralatan secanggih apapun, dan tidak ada seorang manusiapun yang bakal bisa menyebutkan semua nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya satu persatu. Renungkanlah semua pemberian Allah tersebut, Semuanya GRATIS ... tis... tis. Allah Swt. tidak meminta apapun kepada kita. Allah Swt. hanya memperlihatkan kepada kita, kalau ingin hidup senang dan sejahtera, maka ikutilah aturan-Nya. Tapi kalau tidak mau, kita sebagai insan berhak untuk memilihnya, tapi dengan konsekuensi hidup sesuai pilihan kita masing-masing.
Ya Allah, ya Kariim. semua itu memperlihatkan kemuliaan dan keluhuran-Mu ya Allah, Ya Kariim. Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, makhluk kepercayaan Allah untuk memimpin kehidupan di alam semesta ini tentunya harus mempunyai sifat menyerupai yang kita wakili. Sebagai dasarnya Allah telah meniupkan sifat dasar kemuliaan pada qalbu kita.
Sudahkah kita sebagai khalifah Allah berperilaku lebih baik dari mahkluk Allah yang lain yang Allah serahkan kepada kita pengelolaannya?
Sudahkah kita melebihi matahari dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi udara dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi pohon-pohon di hutan dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi laut, danau dan sungai dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Jika belum, maka sebetulnya kita belum menjadi insan yang seutuhnya. Karena insan hakikatnya ialah khalifah. Manusia ialah pemimpin dari alam semesta ini. Kemuliaan yang harusnya menempel dan menjadi sifat insan sebagai makhluk kepercayaan Allah dimulai dari kesadaran diri kita selaku insan bahwa kemuliaan hanya akan didapat dengan cara memuliakan yang lain. Jadilah insan yang seutuhnyanya dengan mempelajari buku panduan pengelolaan alam semesta ini yang dikeluarkan oleh Allah. Apakah buku panduan itu? tak lain dan tak bukan ialah kitab suci Al-Qur’an. Selain itu kita harus terus mendalami hal-hal yang telah disampaikan oleh insan paripurna, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Dengan mempelajari dan mengaplikasikan Al-quran dan Al-Hadist dalam kehidupan ini, akan lahirlah insan seutuhnya yang mempunyai kemuliaan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Allah Swt. dalam QS At-Tiin/96:4 “Sungguh Kami telah membuat insan dalam bentuk yang terbaik”
Sebelum membahas lebih jauh ihwal Al Karim sebagai salah satu dari 99 sifat Allah Swt. (Asmaul Husna), mari kita cermati QS An-Naml/27 ayat 40 berikut ini.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba saya apakah saya bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
(QS: An-Naml Ayat: 40)
Ayat di atas mengandung salah satu sifat Allah, yaitu Allah mempunyai sifat al-Kariim yang berarti Allah Maha Mulia, aliran Allah Swt. pun mengandung kemuliaan. Menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia), mulia sanggup bermakna tinggi (derajat, pangkat, jabatan), luhur (budi), dan bermutu tinggi.
Untuk menguji keluhuran dan kemuliaan Allah Swt. mari kita coba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Adakah yang bisa membuat oksigen di udara yang kita hirup secara gratis sepanjang usia kita?
- Adakah yang bisa mengatakan air yang segar untuk kita minum dan menyuburkan tanaman secara gratis selain Allah?
- Adakah yang bisa mengatakan sinar matahari yang sanggup mengatakan kita kehangatan, kesehatan dan penerangan sepanjang hidup kita?
- Adakah yang bisa mengatakan dua oleh-oleh yang sanggup melaksanakan kegiatan menyerupai yang kita miliki kini ini?
- Adakah yang bisa membuat bumi daerah kita menumpang hidup selama ini ?
Adakah yang mampu... adakah ... adakah ... Masih banyak lagi nikmat dari Allah Swt. yang tidak akan sanggup kita hitung walau dengan pinjaman peralatan secanggih apapun, dan tidak ada seorang manusiapun yang bakal bisa menyebutkan semua nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya satu persatu. Renungkanlah semua pemberian Allah tersebut, Semuanya GRATIS ... tis... tis. Allah Swt. tidak meminta apapun kepada kita. Allah Swt. hanya memperlihatkan kepada kita, kalau ingin hidup senang dan sejahtera, maka ikutilah aturan-Nya. Tapi kalau tidak mau, kita sebagai insan berhak untuk memilihnya, tapi dengan konsekuensi hidup sesuai pilihan kita masing-masing.
Ya Allah, ya Kariim. semua itu memperlihatkan kemuliaan dan keluhuran-Mu ya Allah, Ya Kariim. Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, makhluk kepercayaan Allah untuk memimpin kehidupan di alam semesta ini tentunya harus mempunyai sifat menyerupai yang kita wakili. Sebagai dasarnya Allah telah meniupkan sifat dasar kemuliaan pada qalbu kita.
Sudahkah kita sebagai khalifah Allah berperilaku lebih baik dari mahkluk Allah yang lain yang Allah serahkan kepada kita pengelolaannya?
Sudahkah kita melebihi matahari dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi udara dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi pohon-pohon di hutan dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi laut, danau dan sungai dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Jika belum, maka sebetulnya kita belum menjadi insan yang seutuhnya. Karena insan hakikatnya ialah khalifah. Manusia ialah pemimpin dari alam semesta ini. Kemuliaan yang harusnya menempel dan menjadi sifat insan sebagai makhluk kepercayaan Allah dimulai dari kesadaran diri kita selaku insan bahwa kemuliaan hanya akan didapat dengan cara memuliakan yang lain. Jadilah insan yang seutuhnyanya dengan mempelajari buku panduan pengelolaan alam semesta ini yang dikeluarkan oleh Allah. Apakah buku panduan itu? tak lain dan tak bukan ialah kitab suci Al-Qur’an. Selain itu kita harus terus mendalami hal-hal yang telah disampaikan oleh insan paripurna, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Dengan mempelajari dan mengaplikasikan Al-quran dan Al-Hadist dalam kehidupan ini, akan lahirlah insan seutuhnya yang mempunyai kemuliaan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Allah Swt. dalam QS At-Tiin/96:4 “Sungguh Kami telah membuat insan dalam bentuk yang terbaik”