Asmaul Husna : Al-Mu'min (Maha Mengaruniakan Keamanan)
Tuesday, October 9, 2018
Edit
Al-mu’min merupakan salah satu dari 99 sifat-sifat Allah Swt. (Asmaul Husna). Al-mu’min merupakan isim fa’il dari kata amana, yang berarti maha pemberi keamanan atau maha mengaruniakan keamanan. Allah Swt. mempunyai sifat al-mu’min yang bermakna Allah yakni zat yang maha menunjukkan keamanan kepada makhluk ciptaanNya. Diantara do'a-do'a yang sering kita panjatkan kepada Allah yakni : “Ya Allah, lindungilah kami dari marabahaya dan ketakutan” . Ini merupakan bukti bahwa Allah Swt. yakni pemberi rasa kondusif dan ketenangan di hati manusia.
Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Quraisy/106 : 3-4 :
3. فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4. الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Artinya: yang telah memberi masakan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Contoh dan bukti sederhana bahwa Allah Swt. mempunyai sifat Al-Mu'min sanggup kita lihat pada diri kita sendiri. Pada badan kita, Allah Swt. membuat alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata dari air hujan atau keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata kita dari bubuk dan binatang-binatang kecil. Bukti lain diluar badan kita yakni ibarat dikala Rasulullah akan Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada malam keberangkatannya, di sekeliling rumah Nabi Muhammad Saw. telah dikepung oleh orang-orang dari suku Quraisy yang ingin membunuh beliau. Akan tetapi, dengan sifat Al-Mu'min Allah telah menunjukkan keselamatan kepada Rasulullah. Rasulullah Saw. sanggup keluar dari rumah dengan kondusif dan meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah. Orang yang beriman kepada Allah akan selalu bersikap damai dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi yang paling genting atau kacau sekalipun.
Semua orang ingin mendapat rasa kondusif alasannya yakni hal itu merupakan sebuah naluri dan sifat fitrah insan baik secara eksklusif maupun sosial. Karena kecenderungan untuk mendapat rasa kondusif inilah, insan sebagai khalifah di muka bumi ini harus menunjukkan rasa kondusif tersebut kepada alam semesta. Rasulullah Saw. telah bersabda, “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Mendengar sabda Rasul tersebut, para sobat bertanya, “Siapakah yang engkau maksudkan ya Rasulullah?” Jawab rasulullah, “Yang tidak menunjukkan rasa kondusif tetangganya dari gangguannya.” (HR Bukhori).
Keamanan yakni kebutuhan penting bagi kita sebagai seorang manusia. Kehidupan kita akan terasa nyaman dan berjalan dengan semestinya alasannya yakni adanya keamanan. Negara yang tidak kondusif niscaya akan sulit melakukan pembangunan. Kehidupan masyarakat juga akan terancam kalau tidak ada jaminan keamanan di suatu negara, misalnya sanggup kita lihat pada negara-negara yang sedang terlibat dalam peperangan.
Ketahuilah bahwa keamanan dan rasa kondusif yang kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya sanggup kita dapatkan bila kita erat dengan Allah, sering berdzikir, rajin membaca Al-Qur'an, rajin sholat, dan lain-lain. Ketidak nyamanan bukan hanya diakibatkan oleh ulah manusia, tapi sanggup juga alasannya yakni hewan buas atau petaka ibarat banjir, tsunami, gempa bumi, tanah longsor dan lain - lain. Ada orang yang merasa dirinya tidak kondusif walaupun situasinya kondusif dan tentram. Sebaliknya ada juga orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan keadaan genting dan kacau.
Betapa indahnya kehidupan ini seandainya setiap insan mempunyai sifat al-Mu’min. Ia akan menunjukkan rasa kondusif baik kepada sesamanya maupun kepada makhluk Allah yang lain. Cara untuk menunjukkan rasa kondusif kepada orang lain sanggup kita lakukan dengan bersikap jujur, amanah dan sanggup dipercaya. Jika kita bersikap tidak jujur, suka berkhianat serta bahagia mencari kesalahan orang lain, maka hal itu sanggup memicu ketidaknyamanan bagi kehidupan orang lain. Prilaku jelek ibarat mencuri, korupsi, sabung yakni perilaku-perilaku yang bertolak belakang dengan Asmaul Husna al-mu’min. Jika kita mempercayai bahwa Allah mempunyai sifat al-mu’min, maka berusahalah untuk menjadi khalifah yang sanggup mewujudkan sifat tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kita sanggup menjadi pemberi keamanan kepada makhluk Allah yang lain.
Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Quraisy/106 : 3-4 :
3. فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
4. الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Artinya: yang telah memberi masakan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Contoh dan bukti sederhana bahwa Allah Swt. mempunyai sifat Al-Mu'min sanggup kita lihat pada diri kita sendiri. Pada badan kita, Allah Swt. membuat alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata dari air hujan atau keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata kita dari bubuk dan binatang-binatang kecil. Bukti lain diluar badan kita yakni ibarat dikala Rasulullah akan Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada malam keberangkatannya, di sekeliling rumah Nabi Muhammad Saw. telah dikepung oleh orang-orang dari suku Quraisy yang ingin membunuh beliau. Akan tetapi, dengan sifat Al-Mu'min Allah telah menunjukkan keselamatan kepada Rasulullah. Rasulullah Saw. sanggup keluar dari rumah dengan kondusif dan meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah. Orang yang beriman kepada Allah akan selalu bersikap damai dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi yang paling genting atau kacau sekalipun.
Semua orang ingin mendapat rasa kondusif alasannya yakni hal itu merupakan sebuah naluri dan sifat fitrah insan baik secara eksklusif maupun sosial. Karena kecenderungan untuk mendapat rasa kondusif inilah, insan sebagai khalifah di muka bumi ini harus menunjukkan rasa kondusif tersebut kepada alam semesta. Rasulullah Saw. telah bersabda, “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Mendengar sabda Rasul tersebut, para sobat bertanya, “Siapakah yang engkau maksudkan ya Rasulullah?” Jawab rasulullah, “Yang tidak menunjukkan rasa kondusif tetangganya dari gangguannya.” (HR Bukhori).
Keamanan yakni kebutuhan penting bagi kita sebagai seorang manusia. Kehidupan kita akan terasa nyaman dan berjalan dengan semestinya alasannya yakni adanya keamanan. Negara yang tidak kondusif niscaya akan sulit melakukan pembangunan. Kehidupan masyarakat juga akan terancam kalau tidak ada jaminan keamanan di suatu negara, misalnya sanggup kita lihat pada negara-negara yang sedang terlibat dalam peperangan.
Ketahuilah bahwa keamanan dan rasa kondusif yang kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya sanggup kita dapatkan bila kita erat dengan Allah, sering berdzikir, rajin membaca Al-Qur'an, rajin sholat, dan lain-lain. Ketidak nyamanan bukan hanya diakibatkan oleh ulah manusia, tapi sanggup juga alasannya yakni hewan buas atau petaka ibarat banjir, tsunami, gempa bumi, tanah longsor dan lain - lain. Ada orang yang merasa dirinya tidak kondusif walaupun situasinya kondusif dan tentram. Sebaliknya ada juga orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan keadaan genting dan kacau.
Betapa indahnya kehidupan ini seandainya setiap insan mempunyai sifat al-Mu’min. Ia akan menunjukkan rasa kondusif baik kepada sesamanya maupun kepada makhluk Allah yang lain. Cara untuk menunjukkan rasa kondusif kepada orang lain sanggup kita lakukan dengan bersikap jujur, amanah dan sanggup dipercaya. Jika kita bersikap tidak jujur, suka berkhianat serta bahagia mencari kesalahan orang lain, maka hal itu sanggup memicu ketidaknyamanan bagi kehidupan orang lain. Prilaku jelek ibarat mencuri, korupsi, sabung yakni perilaku-perilaku yang bertolak belakang dengan Asmaul Husna al-mu’min. Jika kita mempercayai bahwa Allah mempunyai sifat al-mu’min, maka berusahalah untuk menjadi khalifah yang sanggup mewujudkan sifat tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kita sanggup menjadi pemberi keamanan kepada makhluk Allah yang lain.