Cara Menghadapi Peristiwa Alam Berdasarkan Agama Islam
Sunday, October 7, 2018
Edit
Innalillahi wa innalillahi Rooji'un, bangsa Indonesia menangis, tahun 2014 diakhiri dengan petaka kecelakaan jatuhnya pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan tujuh awak kabin. Pesawat yang hilang itu berjenis Airbus 320 dengan nomor penerbangan QZ-8501, dalam rute penerbangan Surabaya-Singapura. Saat itu, pesawat sedang berada di ketinggian 32 ribu kaki di jalur penerbangan M-365. Tiba-tiba, pesawat hilang dari radar Air Traffic Control (ATC) sempurna pukul 06.18 WIB. Musibah kecelakaan pesawat Air Asia pada Ahad pagi tanggal 28/12/2014 tersebut merupakan pelajaran berharga bagi dunia penerbangan Indonesia. Musibah memang sanggup terjadi kapan saja, dimana saja dan terhadap siapa saja. Sebagai seorang muslim, kita harus bijak dalam menghadapi petaka yang diberikan oleh Allah Swt. Bagaimana cara menghadapi petaka berdasarkan Islam ?
Allah Swt. Berfirman :
اَÙ„َّØ°ِÙŠْÙ†َ Ø¥ِØ°َا Ø£َصَابَتْÙ‡ُÙ…ْ Ù…ُّصِÙŠْبَØ©ٌ Ù‚َالُÙˆْا Ø¥ِÙ†َّا ِللهِ Ùˆَ Ø¥ِÙ†َّا Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡ِ رَاجِعُÙˆْÙ†َ
(Yaitu) orang-orang yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan bekerjsama kepadaNyalah kita semua akan kembali. (Qs : Al-Baqarah : 156).
Ayat di atas menjelaskan bahwa petaka dan anugerah ialah dua hal yang tidak luput dari kehidupan manusia.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya bagaimana menyikapi kedua hal tersebut. ketika mendapat petaka kita harus bersabar, sebab dengan kesabaran, berharap Allah mengampuni dosa-dosa hambanya. Begitu juga jikalau kita mendapat suatu anugerah, haruslah menyikapinya dengan bersyukur akan menambah tabungan untuk bekal kehidupan kelak diakherat. Barang siapa bersyukur, InsyaAllah, akan ditambah nikmatnya oleh Allah kepada orang tersebut dan barang siapa kufur bekerjsama azab Allah sangat pedih.
Musibah intinya merupakan sesuatu yang begitu bersahabat dengan kehidupan. Adakah orang yang tidak pernah mendapat musibah, tentu tidak ada. Musibah ialah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada manusia. Musibah ialah sunnatullah yang berlaku atas para hamba-Nya. Dan bukan berlaku pada orang-orang yang lalai dan jauh dari nilai-nilai agama saja.
Musibah juga menimpa orang-orang yang beriman, bahkan semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Mengapa demikian ? Karena Allah akan menguji keimanan dan ketabahan hambanya.
Sebagai contoh, selain petaka jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501, bangsa Indonesia kini ini sedang dirundung aneka macam petaka dimulai dari tanah longsor di Banjarnegara, banjir, gunung meletus, angin putting beliung dan lain-lain. permasalahan nasional yang tak kunjung teratasi, namun sayangnya masih sedikit yang bisa mengambil hikmah dari petaka yang sedang diderita. Ujian seharusnya sanggup mendongkrak kualitas keimanan dan mengantar pada keberkahan, tapi ternyata masih sering membawa kepada marah Allah. Hal tersebut terjadi sebab orang yang terkena petaka tak bisa bersikap sabar ketika menghadapinya.
Agama Islam tidak membiarkan umatnya begitu saja ketika ditimpa mereka musibah. Allah Swt sudah memperlihatkan tuntunan lewat Alquran, bagaimana seharusnya seorang hamba ketika ia mendapat petaka baik dirinya maupun orang lain.
Jika petaka diberikan kepada dirinya sendiri, cara menghadapi petaka berdasarkan Islam maka ialah dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengucapkan kalimat "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" (kalimat istirja’)
Kalimat ini berarti bekerjsama kami semua ialah milik Allah, dan kepada-Nya lah kami akan kembali. Hal ini tercantum dalam Surat al-Baqarah, ”(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." (QS al-Baqarah: 156).
2) Memanjatkan doa kepada Allah SWT biar diberi pahala dari petaka yang dihadapinya.
Hal ini sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sabdanya, "Apabila kau diberi petaka oleh Allah, maka ucapkanlah doa "Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlifha khairan minha (Ya Allah berilah saya pahala dalam petaka ini, dan gantikanlah bagiku dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya).” (HR Muslim, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal).
3) Bersikap sabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi musibah
Dengan kesabaran itulah seseorang mendapat pahala dari petaka yang menimpanya. Seperti diajarkan dalam ayat, ”... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS az-Zumar: 10).
4) Menerima dengan nrimo dan tidak meratapi atau membenci petaka yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, jikalau Allah mengasihi suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridha atas ujian itu, maka Allah akan meridhainya. Dan siapa yang membencinya, maka Allah akan membencinya.” (HR Tirmizi).
Allah Swt. Berfirman :
اَÙ„َّØ°ِÙŠْÙ†َ Ø¥ِØ°َا Ø£َصَابَتْÙ‡ُÙ…ْ Ù…ُّصِÙŠْبَØ©ٌ Ù‚َالُÙˆْا Ø¥ِÙ†َّا ِللهِ Ùˆَ Ø¥ِÙ†َّا Ø¥ِÙ„َÙŠْÙ‡ِ رَاجِعُÙˆْÙ†َ
(Yaitu) orang-orang yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan bekerjsama kepadaNyalah kita semua akan kembali. (Qs : Al-Baqarah : 156).
Ayat di atas menjelaskan bahwa petaka dan anugerah ialah dua hal yang tidak luput dari kehidupan manusia.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya bagaimana menyikapi kedua hal tersebut. ketika mendapat petaka kita harus bersabar, sebab dengan kesabaran, berharap Allah mengampuni dosa-dosa hambanya. Begitu juga jikalau kita mendapat suatu anugerah, haruslah menyikapinya dengan bersyukur akan menambah tabungan untuk bekal kehidupan kelak diakherat. Barang siapa bersyukur, InsyaAllah, akan ditambah nikmatnya oleh Allah kepada orang tersebut dan barang siapa kufur bekerjsama azab Allah sangat pedih.
Musibah intinya merupakan sesuatu yang begitu bersahabat dengan kehidupan. Adakah orang yang tidak pernah mendapat musibah, tentu tidak ada. Musibah ialah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada manusia. Musibah ialah sunnatullah yang berlaku atas para hamba-Nya. Dan bukan berlaku pada orang-orang yang lalai dan jauh dari nilai-nilai agama saja.
Musibah juga menimpa orang-orang yang beriman, bahkan semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Mengapa demikian ? Karena Allah akan menguji keimanan dan ketabahan hambanya.
Sebagai contoh, selain petaka jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501, bangsa Indonesia kini ini sedang dirundung aneka macam petaka dimulai dari tanah longsor di Banjarnegara, banjir, gunung meletus, angin putting beliung dan lain-lain. permasalahan nasional yang tak kunjung teratasi, namun sayangnya masih sedikit yang bisa mengambil hikmah dari petaka yang sedang diderita. Ujian seharusnya sanggup mendongkrak kualitas keimanan dan mengantar pada keberkahan, tapi ternyata masih sering membawa kepada marah Allah. Hal tersebut terjadi sebab orang yang terkena petaka tak bisa bersikap sabar ketika menghadapinya.
Agama Islam tidak membiarkan umatnya begitu saja ketika ditimpa mereka musibah. Allah Swt sudah memperlihatkan tuntunan lewat Alquran, bagaimana seharusnya seorang hamba ketika ia mendapat petaka baik dirinya maupun orang lain.
Jika petaka diberikan kepada dirinya sendiri, cara menghadapi petaka berdasarkan Islam maka ialah dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengucapkan kalimat "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" (kalimat istirja’)
Kalimat ini berarti bekerjsama kami semua ialah milik Allah, dan kepada-Nya lah kami akan kembali. Hal ini tercantum dalam Surat al-Baqarah, ”(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." (QS al-Baqarah: 156).
2) Memanjatkan doa kepada Allah SWT biar diberi pahala dari petaka yang dihadapinya.
Hal ini sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sabdanya, "Apabila kau diberi petaka oleh Allah, maka ucapkanlah doa "Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlifha khairan minha (Ya Allah berilah saya pahala dalam petaka ini, dan gantikanlah bagiku dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya).” (HR Muslim, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal).
3) Bersikap sabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi musibah
Dengan kesabaran itulah seseorang mendapat pahala dari petaka yang menimpanya. Seperti diajarkan dalam ayat, ”... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS az-Zumar: 10).
4) Menerima dengan nrimo dan tidak meratapi atau membenci petaka yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, jikalau Allah mengasihi suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridha atas ujian itu, maka Allah akan meridhainya. Dan siapa yang membencinya, maka Allah akan membencinya.” (HR Tirmizi).