Kisah Pola Nabi Daud As. Dan Kaumnya

Dikisahkan bahwa kehidupan rakyat di wilayah kerajaan Nabi Daud as. hidup dalam keadaan tenang dan sejahtera. Mereka malaksanakan ibadah pada hari Jum’at dan bekerja pada hari-hari yang lain Atas perintah Allah Swt. Di sebuah wilayah yang berjulukan Kota Aylah yang masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Para nelayan itu ingin mengganti hari ibadah ini menjadi hari Sabtu.

“Apa yang terjadi pada kalian...?” kata Yahuda, “Aku lihat kalian galau dan ragu. Bukankah ini ialah wilayah kita? Bukankah kita yang paling tahu mengenai profesi kita sebagai nelayan? Mari satukan langkah dan kita ihwal peraturan pemerintah mengenai hari beribadah ini, pokoknya ini demi kepentingan kita.”

“Benar Yahuda.” sambung yang lain. “Kita harus bersatu untuk memberikan aspirasi ini kepada Nabi Daud as., beliau niscaya setuju.”

Yahuda berkata, “Kita mengganti hari peribadatan kita demi kepentingan pekerjaan kita. Kita bekerja mulai hari Ahad hingga Jum’at, sehabis mendapat ikan yang banyak, maka di hari Sabtu kita beribadah. Dengan demikian pikiran kita ketika beribadah menjadi tenang. Begitu teman-teman, setuju....?” kata Yahuda meyakinkan. Mereka menjawab dengan serempak, “Setuju...”
Dikisahkan bahwa kehidupan rakyat di wilayah kerajaan Nabi Daud as Kisah Teladan Nabi Daud as. dan Kaumnya
Ketika sedang asyik membicarakan hal tersebut, tiba-tiba Nabi Daud as. datang. Mereka segera keluar menemui Nabi Daud as. Kata Nabi Daud as., “Apakah kalian hendak berpaling dari perintah Allah, dan tetapkan aturan sendiri yang bertentangan dengan perintah-Nya”

“Nabiyullah, untuk wilayah ini hari Jum’at tidak cocok untuk dipakai beribadah. Kami bekerja keras selama seminggu hingga tubuh kami terlalu lelah untuk beribadah pada hari Jum’at. Kami ingin melepas lelah pada hari Jum’at dan beribadah pada hari Sabtu,” bantah salah seorang kaumnya.

“Bukankah Allah telah mengingatkan kita akan hari Sabtu, mengapa kalian ngotot untuk beribadah pada hari itu?” Kata Nabi Daud. “Pokoknya kami hanya mau beribadah pada hari Sabtu,” tegas Yahuda melawan.

“Saudara-saudara sekalian, saya ingin mengingatkan kalian akan murka dan azab Allah yang sangat pedih. Kalian sudah sering mengkhianati nabi-nabi kalian sendiri. Kalian gemar berbuat maksiat dan kemungkaran. Apakah kalian lupa dengan nikmat yang telah Allah anugerahkan?” Daud mengingatkan mereka.

Mendengar nasihat ini Bani Israil terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok orang-orang yang sadar. Kelompok kedua ialah mereka yang menentang. Mereka berpikir Nabi Daud tidak menghendaki mereka hidup sejahtera dan hanya memfokuskan hidup pada ibadah semata. Kelompok ketiga ialah kelompok yang kebingungan. Mereka memperhatikan kelompok pertama, tetapi juga mencermati kelompok kedua. Akhirnya mereka mengikuti kelompok yang menjanjikan harta dan kekayaan dunia pada mereka. Tindakan Bani Israil ini menciptakan Allah murka. Allah kemudian memerintahkan Nabi Daud untuk melarang orang-orang melaut pada hari Sabtu.

Hari-hari berlalu, dikisahkan Amdan merupakan cowok yang malas beribadah. Amdan sangat gemas melihat ikan-ikan malah bergerombol di tepi pantai pada hari sabtu, hari di mana mereka tidak diperbolehkan menangkap ikan. Amdan kemudian berpikir keras hingga terbesit inspirasi licik di kepalanya.

Ia menciptakan jaring yang amat besar yang sanggup menutupi hampir seluruh bibir pantai. Karena ia dihentikan melaut pada hari Sabtu, ia memasang jaring itu pada malam Sabtu kemudian mengambil jaring pada hari Ahad pagi.

Pada pagi minggu yang telah ia nanti, Amdan memanggil semua nelayan biar ikut bersamanya ke laut. Luar biasa! Mereka mendapat hasil yang amat melimpah. Nelayan yang lain hingga terheran-heran dengan hasil tangkapan yang didapatkan. Nelayan lain akibatnya mengikuti apa yang telah dilakukan Amdan. Namun, wilayah pemasangan jaring di tepi pantai sebagian besar sudah dikuasai oleh Amdan. Mereka sadar bahwa Amdan telah berlaku curang dengan memonopoli wilayah penangkapan ikan. Nelayan-nelayan itu murka dan emosional. Kekacauan dan pertengkaran terjadi di mana-mana. Mereka mengikuti hawa nafsunya untuk berebut harta benda.

Hingga pada suatu malam yang sangat mencekam langit nampak begitu angker dan maritim seakan mengamuk. Tak seorang pun yang berani keluar rumah. Setelah pagi menjelang angin bertiup lembut dan maritim tampak tenang. Orang-orang keluar untuk mencari nafkah, tetapi ada yang absurd di perkampungan orang-orang yang ingkar itu jalan- jalan tampak sepi dan semua rumah tertutup rapat. Mereka yang ingkar itu berubah wujud menjadi simpanse dan babi. Penderitaan ini mereka alami selama tiga hari, tanpa makan dan tanpa minum. Inilah tanggapan bagi mereka yang durhaka dan sombong.

Sumber: www.islamnyamuslim.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel