Hidup Hening Melalui Sikap Kontrol Diri, Prasangka Baik Dan Persaudaran

Hidup hening secara naluriah merupakan keinginan dari semua umat insan yang hidup di permukaan bumi Allah Swt. ini. Tapi mengapa kedamaian itu sulit direalisasikan di dunia ini ? Mengapa insan saling bermusuhan? Mengapa antar kelompok saling bermusuhan? Mengapa antar negara saling berperang? Salah satu penyebabnya ialah kurang mampunya insan mengontrol dirinya sendiri, sebaliknya, dirinyalah yang mengontrolnya. Penyebab lain ialah penyakit hati insan yang selalu berperasangka jelek terhadap orang lain, selalu berfikiran jelek terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain, padahal belum tentu demikian. Hal lain yang menjadikan sulitnya terjadi perdamaian ialah kurangnya rasa persaudaraan antara umat manusia. Perilaku sesuai norma di aneka macam lingkungan juga harus kita pahami biar sanggup hidup dengan benar, tenang dan damai. Begitu juga pada ketika berinteraksi dengan keluarga, teman, atau di masyarakat kita harus memperhatikan norma-norma sosial. Mari kita berusaha untuk mewujudkan impian hidup hening melalui sikap kontrol diri, berprasangka baik dan mempererat persaudaran.

Berbeda dengan insan secara individu, sejarah telah menandakan bahwa jikalau suatu negara ingin hidup damai, maka ia harus mempersiapkan diri untuk perang. Apabila suatu negara hanya memperhatikan kesejahteraan saja, tetapi mengabaikan kepentingan pertahanan dan keamanannya, maka negara itu gampang ditekan atau dikalahkan oleh suatu negara kecil lainnya, yang sudah siap untuk mengadakan perang. (Sumber : Berpartisipasi dalam Usaha Bela Negara)

Kontrol diri, pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan suatu sikap, tindakan atau sikap seorang insan yang dilakukannya secara sadar baik direncanakan ataupun tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat lingkungannya. Pengendalian diri ialah satu aspek penting dalam "kecerdasan emosi" (emotional quotient). Aspek ini sangat penting dalam kehidupan kita lantaran musuh kita yang terbesar bukanlah berada di luar diri kita, tetapi justru terdapat di dalam diri kita sendiri. Jadi, kemana pun kita pergi, maka kita akan selalu diikuti oleh “musuh” yang ada dalam diri kita.

Hidup hening secara naluriah merupakan keinginan dari semua umat insan yang hidup di perm Hidup Damai melalui Perilaku Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaran Pengendalian diri atau penguasaan diri merupakan aspek yang perlu kita latih semenjak dini. Jangan mengharapkan aspek kemampuan untuk menguasai diri kita akan turun dari langit, hal itu tidak akan pernah ada. Kita harus memperolehnya dengan melaksanakan proses yang panjang dalam pengalaman hidup selama bekerjasama dengan orang-orang di sekitar kita. Dalam sebuah kata bijak menyebutkan, “Dapat menguasai diri menyerupai mengalahkan sebuah kota”. Sehubungan dengan kontrol diri, kita hanya mempunyai dua pilihan, dikuasai atau menguasai. Diri yang menempel pada kita kini ini sanggup menguasai kita atau kita yang menguasainya, sanggup menjadi sahabat atau malah menjadi musuh. Semua itu tergantung pilihan kita menjalani hidup ini.

Salah satu yang harus kita kendalikan dalam diri kita ialah sikap berprasangka jelek kepada orang lain. Sering kali kita menyaksikan tawuran antar pelajar, bentrok antar warga, perkelahian antara teman, bahkan hingga peperangan antar bangsa. Hal ini sanggup terjadi lantaran masing-masing kelompok saling meragukan dan saling berprasangka jelek terhadap yang lainnya. Mengapa  kecurigaan atau prasangka jelek sanggup timbul? Adanya kecurigaan atau prasangka jelek dikarenakan tidak mampunya seseorang mengendalikan diri. Orang yang sanggup mengendalikan diri akan bisa menuntaskan duduk perkara tanpa harus dengan melaksanakan kekerasan atau main hakim sendiri. Kita harus melatih diri kita biar sanggup mengubah prasangka jelek menjadi prasangka baik.

Secara alamiah, sikap prasangka baik akan menjdikan kehidupan kita menjadi tenteram dan damai, akan terjalin persaudaraan (ukhuwah), dan saling pengertian. Sebaliknya jikalau kita selalu berprasangka buruk, pasti kita akan selalu berhadapan dengan permusuhan antar sesama dan akan menjadikan tidak adanya ketentraman dalam menjalani kehidupan kita.

Allah Swt. lewat firman-Nya dalam Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk selalu mengontrol diri sehingga tidak terjebak kepada perbuatan yang tercela. Allah Swt. juga memerintahkan kepada kita untuk selalu menjaga prasangka baik, menjaga kerukunan dan mempererat ukhuwah atau persaudaraan, baik sesama umat Islam maupun dengan yang lainnya.

Untuk lebih jelasnya, mari kita simak ayat-ayat al-Qur’an wacana sikap kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzhzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) berikut ini.

Allah Swt. berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memperlihatkan daerah kediaman dan sumbangan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jikalau mereka meminta sumbangan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kau wajib memperlihatkan sumbangan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kau dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kau kerjakan." (Q.S. Al-Anfal/ 8: 72)

Allah Swt. juga berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. lantaran itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kau menerima rahmat." (Q.S. Al-Hujurat /49: 10)

Dalam ayat yang lain, Allah Swt. juga berfirman dalam al-Qur'an yang artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka jelek (kecurigaan), lantaran sebagian dari prasangka jelek itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kau merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Q.S. Al-Hujurat /49: 12)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel