Akhir Kehidupan Shalahuddin Al-Ayyubi (1137 - 1193 M)

Salahuddin Yusuf bin Ayub atau masyhur dengan sebutan Shalahudin yakni putra Najm ad-Din bin Ayyub (Najmuddin bin Ayyub) dari bangsa Azerbaijan. Salahudin merupakan keturunan suku Kurdi yang hidup dalam sebuah kastil di Takreet yang berada di tepian sungai Tirgis (Irak) dan mengelola kastil itu. Dia lahir di kastil tersebut pada tahun 1137 M atau 532 H.

Pada masa pemerintahan Shalahuddin Al-Ayyubi banyak disibukkan dengan peperangan, disebabkan upayanya untuk membantu Mesir dan beberapa negara Islam lainnya dari serangan tentara Salib yang terang-terangan telah menyulut peperangan.

Meski demikian, Shalahuddin Al Ayyubi tidak meninggalkan kebijakannya dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Pembangunan, pendidikan, kepentingan rakyat, permasalahan pengadilan, dan keadaan dalam negeri secara umum tetap berjalan. Pemerintahan Shalahuddin Al Ayyubi merupakan yang kompleks. Keadaan yang kompleks itu mencakup keadaan keagamaan, keilmuwan, pertanian, perdagangan dan industri, dan keadaan kehidupan sosial.

Setelah menuntaskan tugas-tugas peperangan, Shalahuddin Al-Ayyubi tampak lelah dan renta dan harus beristirahat. Ia menentukan menghabiskan masa tuanya di Damaskus. Kedatangan Shalahudin Al-Ayyubi di Damaskus disambut suka cita dan penuh penghormatan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selain penduduk Damaskus, penduduk Syam dari segala penjuru juga menyambut kedatangan orang yang dianggap sebagai pendekar itu dengan mengelukannya. Mereka berbondong-bondong untuk menyatakan rasa terima kasih mereka kepada Shalahudin Al Ayyubi. Mereka juga ingin mendengar petuahnya dan mendengar pengalaman perjuangannya.

Beberapa hari sehabis berada di Damaskus, Shalahuddin Al-Ayyubi muncul di tengah-tengah masyarakat untuk menyambut jama’ah haji. Ia memberikan salam dan memuliakan mereka. Selesai aktivitas penyambutan itu, ia tampak sangat kelelahan, sampai-sampai tidak kuasa meninggalkan kawasan tidurnya.

Kondisi Shalahudin Al-Ayyubi semakin melemah. Para dokter pun berusaha keras untuk mengupayakan kesembuhannya, tetapi tidak membuahkan hasil yang berarti. Ketika sakit itu, Shalahuddin Al-Ayyubi didampingi oleh anakanaknya, Raja Afdhal, Bahauddin bin Syadad, dan Qadli Al Fadhil.

Hari berganti hari, waktu pun berlalu, para dokter tak kuasa lagi mengatasi kesehatan Shalahudin Al Ayyubi. Pada tanggal 12 November 1192 M Shalahuddin Al Ayyubi wafat dengan tenang.

Shalahudin Al Ayyubi telah mengukir dengan tinta emas sejarah usaha Islam, nama besarnya akan selalu dikenang sepanjang masa. Prestasinya yang sangat mengagumkan yakni keberhasilannya mengalahkan tentara salib, mengambil alih Baitul Maqdis. Ia juga meninggalkan keteladanan untuk senantiasa berjuang dalam kebenaran untuk melawan ketidak-adilan.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan ihwal simpulan kehidupan Shalahuddun al-Ayyubi (1137 - 1193 M). Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Akhlak Tasawuf Kelas XII MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2016. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel