Memahami Makna Al-Asma’U Al-Husna: Al-‘Adl
Wednesday, July 22, 2020
Edit
Al-‘Adl artinya Mahaadil. Keadilan Allah Swt. bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah Swt. juga didasari dengan ilmu Allah Swt. yang MahaLuas. Sehingga mustahil keputusanNya itu salah. Allah Swt. berfirman:
Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’ān, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang sanggup mengubah kalimat-kalimatNya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-An’am/6:115).
Al-‘Adl berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil ialah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu memakai ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menawarkan orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada daerah yang semestinya.
Allah Swt. dinamai al-‘Adl alasannya ialah keadilan Allah Swt. ialah sempurna. Dengan demikian semua yang diciptakan dan ditentukan oleh Allah Swt. sudah menawarkan keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak di antara kita yang tidak menyadari atau tidak bisa menangkap keadilan Allah Swt. terhadap apa yang menimpa makhluk-Nya. Karena itu, sebelum menilai sesuatu itu adil atau tidak, kita harus sanggup memperhatikan dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus yang akan dinilai. Akal insan tidak sanggup menembus semua dimensi tersebut.
Seringkali saat insan memandang sesuatu secara sepintas dinilainya buruk, jahat, atau tidak adil, tetapi kalau dipandangnya secara luas dan menyeluruh, justru sebaliknya, merupakan suatu keindahan, kebaikan, atau keadilan. Tahi lalat secara sepintas terlihat buruk, namun kalau berada di tengah-tengah wajah seseorang sanggup terlihat indah. Begitu juga memotong kaki seseorang (amputasi) terlihat kejam, namun saat dikaitkan dengan penyakit yang mengharuskannya untuk dipotong, hal tersebut merupakan suatu kebaikan. Di situlah makna keadilan yang tidak praktis menilainya.
Allah Swt. Maha adil. Dia menempatkan semua insan pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya alasannya ialah keturunan, kekayaan, atau alasannya ialah jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah Swt. hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin tinggi pula posisinya, makin mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt., begitupun sebaliknya.
Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi hukuman kepada mereka yang terlibat eksklusif dalam perbuatan maksiat atau dosa. Istilah dosa turunan, aturan karma, dan lain semisalnya tidak dikenal dalam syari’at Islam. Semua insan di hadapan Allah Swt. akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.
Lebih dari itu, keadilan Allah Swt. selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia memberi pahala semenjak seseorang berniat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya kalau kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak eksklusif memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa gres dicatat apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal memahami makna al-Asma’u al-Husna: Al-‘Adl. Semoga kita bisa mengamalkan sifat Allah Swt Al-‘Adl dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. Sumber buku siswa Pendidikan Agama Islam kelas X SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com biar bermanfaat. Aamiin.
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’ān, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang sanggup mengubah kalimat-kalimatNya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-An’am/6:115).
Al-‘Adl berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil ialah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu memakai ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menawarkan orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada daerah yang semestinya.
Allah Swt. dinamai al-‘Adl alasannya ialah keadilan Allah Swt. ialah sempurna. Dengan demikian semua yang diciptakan dan ditentukan oleh Allah Swt. sudah menawarkan keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak di antara kita yang tidak menyadari atau tidak bisa menangkap keadilan Allah Swt. terhadap apa yang menimpa makhluk-Nya. Karena itu, sebelum menilai sesuatu itu adil atau tidak, kita harus sanggup memperhatikan dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan kasus yang akan dinilai. Akal insan tidak sanggup menembus semua dimensi tersebut.
Seringkali saat insan memandang sesuatu secara sepintas dinilainya buruk, jahat, atau tidak adil, tetapi kalau dipandangnya secara luas dan menyeluruh, justru sebaliknya, merupakan suatu keindahan, kebaikan, atau keadilan. Tahi lalat secara sepintas terlihat buruk, namun kalau berada di tengah-tengah wajah seseorang sanggup terlihat indah. Begitu juga memotong kaki seseorang (amputasi) terlihat kejam, namun saat dikaitkan dengan penyakit yang mengharuskannya untuk dipotong, hal tersebut merupakan suatu kebaikan. Di situlah makna keadilan yang tidak praktis menilainya.
Allah Swt. Maha adil. Dia menempatkan semua insan pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya alasannya ialah keturunan, kekayaan, atau alasannya ialah jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah Swt. hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin tinggi pula posisinya, makin mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt., begitupun sebaliknya.
Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi hukuman kepada mereka yang terlibat eksklusif dalam perbuatan maksiat atau dosa. Istilah dosa turunan, aturan karma, dan lain semisalnya tidak dikenal dalam syari’at Islam. Semua insan di hadapan Allah Swt. akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.
Lebih dari itu, keadilan Allah Swt. selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia memberi pahala semenjak seseorang berniat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya kalau kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak eksklusif memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa gres dicatat apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal memahami makna al-Asma’u al-Husna: Al-‘Adl. Semoga kita bisa mengamalkan sifat Allah Swt Al-‘Adl dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin. Sumber buku siswa Pendidikan Agama Islam kelas X SMK, Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com biar bermanfaat. Aamiin.