Kaitan Antara Maqomat Dan Al-Ahwal Dalam Tasawuf
Wednesday, July 22, 2020
Edit
Maqamat, merupakan tahapan rohani yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. maqom berupa sifat/ prilaku yang sudah menempel dalam diri seseorang, contohnya prilaku taubat, tawakkal, wara’, syukur, zuhud dan sebagainya.
Sedangkan al-aḥwal, bentuk jamak dari ḥal, ialah keadaan mental yang dirasakan oleh para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang tiba dari Allah Swt. Hal tiba begitu saja sebagai pertolongan Allah Swt tanpa ditarik, tanpa disengaja dan tanpa diupayakan.
Misalnya kondisi senang, sedih, takut, berani, cukup kurang dan sebagainya sebagai akhir seseorang mengamalkan suatu amalan dalam tashawuf. Contoh seseorang yang sedang dzikir tahlil, taḥmid, istighfar tiba-tiba muncul dalam dirinya perasaan takut, khawatir dan ingin menangis.
Karena itu tidak heran jikalau kita sering menyaksikan orang tiba-tiba menangis dikala berdzikir. Prasaan tersebut namanya ḥal. Maqām merupakan usaha, sedangkan ḥal merupakan anugerah. Keadaan hati dinamakan ḥāl lantaran berubah-ubah dan dinamakan maqām lantaran sudah tetap.
Setiap hal tersebut menuntut perilaku dari seseorang sesuai kondisi. Jika kondisi bahagia maka syukur, kondisi takut lantaran merasa banyak dosa maka menuntut taubat dan melaksanakan taat dan bersikap wara’. Jika dala kondis sakit, duka maka bersabar. Apabila perilaku taubat, taat, sabar, syukur , wara’ dan sebagainya tadi sudah menetap dan selalu muncul ketika kondisi menuntut, maka sikap-sikap tersebut disebut maqom.
Orang yang ingin akrab dengan Allah Swt bahkan ma’rifat kepada Allah Swt maka harus melalui dan mempunyai maqom-maqom yang benar-benar menempel dalam diri seseorang. Maqom ini dicapai melalui latihan jiwa (Riyaḍātun an-Nafs) dan upaya yang sungguh-sungguh (Mujahaḍātun an-Nafs), bahkan memerangi kesenangan jiwa. Untuk mencapainya biasanya ditempuh melalui jalan ilmu tasawuf.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana kaitan antara maqomat dan al-ahwal dalam tasawuf. Sumber Buku Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Sedangkan al-aḥwal, bentuk jamak dari ḥal, ialah keadaan mental yang dirasakan oleh para pengamal tasawuf sebagai anugerah yang tiba dari Allah Swt. Hal tiba begitu saja sebagai pertolongan Allah Swt tanpa ditarik, tanpa disengaja dan tanpa diupayakan.
Misalnya kondisi senang, sedih, takut, berani, cukup kurang dan sebagainya sebagai akhir seseorang mengamalkan suatu amalan dalam tashawuf. Contoh seseorang yang sedang dzikir tahlil, taḥmid, istighfar tiba-tiba muncul dalam dirinya perasaan takut, khawatir dan ingin menangis.
Karena itu tidak heran jikalau kita sering menyaksikan orang tiba-tiba menangis dikala berdzikir. Prasaan tersebut namanya ḥal. Maqām merupakan usaha, sedangkan ḥal merupakan anugerah. Keadaan hati dinamakan ḥāl lantaran berubah-ubah dan dinamakan maqām lantaran sudah tetap.
Setiap hal tersebut menuntut perilaku dari seseorang sesuai kondisi. Jika kondisi bahagia maka syukur, kondisi takut lantaran merasa banyak dosa maka menuntut taubat dan melaksanakan taat dan bersikap wara’. Jika dala kondis sakit, duka maka bersabar. Apabila perilaku taubat, taat, sabar, syukur , wara’ dan sebagainya tadi sudah menetap dan selalu muncul ketika kondisi menuntut, maka sikap-sikap tersebut disebut maqom.
Orang yang ingin akrab dengan Allah Swt bahkan ma’rifat kepada Allah Swt maka harus melalui dan mempunyai maqom-maqom yang benar-benar menempel dalam diri seseorang. Maqom ini dicapai melalui latihan jiwa (Riyaḍātun an-Nafs) dan upaya yang sungguh-sungguh (Mujahaḍātun an-Nafs), bahkan memerangi kesenangan jiwa. Untuk mencapainya biasanya ditempuh melalui jalan ilmu tasawuf.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana kaitan antara maqomat dan al-ahwal dalam tasawuf. Sumber Buku Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.