Pengertian Amar (Perintah), Bentuk Lafadh Amar, Kaidah Amr Dan Contohnya
Tuesday, July 21, 2020
Edit
a. Pengertian Al-Amru
Menurut bahasa, amar berarti suruhan, perintah, sedangkan berdasarkan istilah adalah:
“Al-Amru ialah tuntutan melaksanakan pekerjaan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah”
Yang lebih tinggi kedudukannya ialah Syaari’ (Allah Swt atau Rasul-Nya) dan kedudukan yang lebih rendah ialah mukallaf. Makara amar ialah perintah Allah atau Rasulnya kepada mukallaf untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
b. Bentuk Lafadh Amar
1. Fi’il Amar
Contoh :
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah : 43)
2. Fi’il Mudhari’ yang didahului dengan abjad lam amar :
Contoh :
“Dan hendaklah diantara kau yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.…” (QS. Ali Imron : 104)
3. Isim Fi’il Amar
Contoh :
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kau telah menerima petunjuk… (QS. Maidah :105)
4. Isim Masdar pengganti fi’il
Misalnya kata : إحْسَانًا (berbuat baiklah)
Contoh :
“Dan kepada kedua orang tuamu berbuat baiklah.” (QS. Al Baqarah : 83)
5. Kalimat informasi (kalam khabar) bermakna Insya (perintah)
Contoh :
“Hendaklah menahan dirinya.” (QS. Al Baqarah : 228)
6. Fi’il madhi atau mudhori’ yang mengandung arti perintah
Contoh :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, semoga kau bertakwa.” (QS Al Baqara : 183)
c. Kaidah Amar
1. Amr Menunjukkan Kepada Wajib.
“Pada asalnya Amar itu mengatakan wajib”
Hal ini mengatakan berdasarkan nalar dan naqli. Menurut nalar ialah orang-orang yang tidak mematuhi perintah dinamakan orang yang ingkar, sedangkan berdasarkan naqal, menyerupai firman Allah Swt.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur (24): 63)
Misalnya: perintah puasa.
2. Amr Menunjukkan Kepada Sunnah.
“Pada asalnya Amar itu mengatakan nadab (sunnah)”
Contoh:
firman Allah Swt:
artinya: “Hendaklah kau buat perjanjian dengan mereka, jikalau kau mengetahui ada kebaikan pada mereka”. (QS. 24:33)
Amar juga sanggup dipakai antara lain:
c). Untuk petunjuk, اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلىَ أَجَلٍ مُسَمَّى فَاكْتُبُوْهُ (البقرة: 282
d). Untuk ancaman, إعْمَــلُوْا مَا شِــئْتُمْ (فصلت: 40
e) untuk petunjuk
f).Ta’jiz (للتعجيز ) artinya melemahkan’
Contoh :
Artinya : ”Buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan al-Qur’an itu.” (QS.al-Baqarah :23)
g). Ikram ( للا كرام ) artinya menghormat.
Contoh :
Artinya :”Masuklah ke dalamnya (syurga) dengan sejahtera dan aman.”(QS.al-Hijr z: 46)
H. Tafwidl (للتفويض ) artinya menyerah.
Contoh :
Artinya : “Putuskanlah apa yang hendak kau putuskan.” (QS. Thaha: 72)
I. Talhif ( للتلهيف ) artinya menyesal.
Contoh :
Artinya :”Katakanlah (kepada mereka) “Matilah kau sebab kemarahanmu itu.” (QS. Ali Imran:119)
J. Tahyir ( للتخيير ) artinya memilih.
Contoh :
Artinya :”Barang siapa kikir,kikirlah, siapa mau bermurah hati, perbuatlah.Pemberian ilahi mencukupi kebutuhan saya.” (Syair Bukhaturi kepada Raja)
K. Taswiyah ( التسوية ) artinya persamaan.
Contoh :
Artinya :”Masuklah ke dalamnya (neraka) maka boleh kau sabar dan boleh kau tidak sabar, itu semua sama saja bagimu.” (QS. Thaha: 16)
3. Amr tidak Menunjukkan untuk Berulang-ulang.
“Perintah itu pada asalnya tidak menghendaki pengulangan”
Amar tidak menghendaki kepada yang berulang-ulang, tapi hanya menghendaki hasilnya/
mengerjakan satu kali. Seperti firman Allah Swt.
“ dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah sebab Allah.” (QS. Al Baqarah : 196)
Misalnya :
”Jika kau berjunub maka mandilah.” (QS. Al-Maidah: 6)
“Kerjakanlah shalat dari sehabis matahari tergelincir.”(QS. Al-Isra’ :78)
4. Amr tidak Menunjukkan untuk Bersegera.
“Perintah pada asalnya tidak menghendaki kesegeraan”.
Makara Amr (perintah) itu boleh ditangguhkan pelaksanaannya hingga final waktu yang telah ditentukan.
Misalnya :
“Barang siapa di antara kau ada yang sakit atau sedang dalam bepergian jauh, hendaklah mengqadla puasa itu pada hari yang lain.”(QS.al-Baqarah : 183)
5. Amr dengan Wasilah-Wasilahnya.
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga perintah mengerjakan wasilahnya”.
Perintah mendirikan shalat berarti juga perintah untuk berwudlu, sebagai wasilah (jalan kepada) sahnya shalat.
6. Amr yang Menunjukkan Kepada Larangan.
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti larangan terhadap kebalikannya”.
Maksudnya, jikalau seseorang disuruh mengerjakan suatu perbuatan, mestinya ia meninggalkan segala kebalikannya. Misalnya, disuruh beriman, berarti tidak boleh kufur.
7. Amr berdasarkan Masanya.
“Apabila dikerjakan yang diperintahkan itu berdasarkan caranya, terlepas ia dari masa perintah itu”.
Misal: Seseorang yang telah melaksanakan suatu perintah dengan tepat pada masanya, maka terlepas ia dari tuntutan pada masa itu. menyerupai keadaan musafir yang tidak memperoleh air untuk berwudhu, hendaklah ia bertayamum sebagai pengganti wudhu.
8. Qadha dengan Perintah yang Baru.
“Qadha itu dengan perintah yang baru”.
Maksudnya, suatu perbuatan yang tidak sanggup dilaksanakan pada waktunya harus dikerjakan pada waktu yang lain (qadla’). Pelaksanaan perintah bukan pada waktunya ini berdasarkan pada perintah baru, bukan perintah yang lama. Misalnya: qadla’ puasa bagi yang mengalami udzur syar’i pada bulan ramadhan, tidak dikerjakan berdasarkan ayat : كتب عليكم الصيام ... tetapi berdasarkan pada perintah baru, yaitu firman Allah Swt : ... فعـدة من ايام اخر
9. Martabat Amr.
“Jika berafiliasi dengan nama (isim) ialah menghendaki akan tersimpannya pada permulaan.”
Sependek-pendek masa amr, apabila dihubungkan dengan aturan berdasarkan pengertian keseluruhannya dalam bentuk yang berlainan wacana tinggi dan rendah, dipendekkan aturan itu berdasarkan sekurang-kurangnya martabatnya untuk melaksanakan perintah itu.
Misalnya: “Perintah melaksanakan tuma’ninah dalam shalat, dan perintah memerdekakan seorang budak, tidak memandang harga tapi memandang martabatnya”.
10. Amr sehabis Larangan.
“Perintah sehabis larangan mengatakan kebolehan.”
Misalnya :
“Dahulu saya melarang kau menziarahi kubur, kini berziarahlah.” (HR.Muslim)
“Dan apabila kau telah menuntaskan ibadah haji, berburulah.” (QS.al-Maidah : 2)
Berdasarkan dua uraian tersebur, sanggup dijelaskan bahwa perintah setelah larangan itu hukumnya mubah tidak wajib, menyerupai berziarah kubur dan berburu setelah haji.
Perbuatan yang lebih gampang dimengerti ialah perbuatan yang diperbolehkan, menyerupai pada awalnya Nabi melarang menziarahi kubur, maka kini diperbolehkan. Kalimat amr ini tidak mengatakan kewajiban tetapi mengatakan aturan boleh (ibahah), sabda Nabi Saw :
Abdullah bin Buraidah dari ayahnya ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda: "Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, kini berziarahlah." (HR. Muslim)
Menurut bahasa, amar berarti suruhan, perintah, sedangkan berdasarkan istilah adalah:
الأَمْرُ : طَلَبُ الفِعْـلِ مِنَ اْلأَعْلَى إلىَ اْلأَدْنَى
“Al-Amru ialah tuntutan melaksanakan pekerjaan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah”
Yang lebih tinggi kedudukannya ialah Syaari’ (Allah Swt atau Rasul-Nya) dan kedudukan yang lebih rendah ialah mukallaf. Makara amar ialah perintah Allah atau Rasulnya kepada mukallaf untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
b. Bentuk Lafadh Amar
1. Fi’il Amar
Contoh :
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah : 43)
2. Fi’il Mudhari’ yang didahului dengan abjad lam amar :
Contoh :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah diantara kau yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.…” (QS. Ali Imron : 104)
3. Isim Fi’il Amar
Contoh :
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kau telah menerima petunjuk… (QS. Maidah :105)
4. Isim Masdar pengganti fi’il
Misalnya kata : إحْسَانًا (berbuat baiklah)
Contoh :
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan kepada kedua orang tuamu berbuat baiklah.” (QS. Al Baqarah : 83)
5. Kalimat informasi (kalam khabar) bermakna Insya (perintah)
Contoh :
وَاْلمُطَلَّـقَاتُ يَتَرَبَصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلاَثَةَ قُرُوْءٍ
“Hendaklah menahan dirinya.” (QS. Al Baqarah : 228)
6. Fi’il madhi atau mudhori’ yang mengandung arti perintah
أَمَرَ، فَرَض، كَتَبَ ،وَجَبَ
Contoh :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواكُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَاكُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, semoga kau bertakwa.” (QS Al Baqara : 183)
c. Kaidah Amar
1. Amr Menunjukkan Kepada Wajib.
اَلأَصْلُ فِى اْلأَمْرِ لِلْوُجُوْبِ
“Pada asalnya Amar itu mengatakan wajib”
Hal ini mengatakan berdasarkan nalar dan naqli. Menurut nalar ialah orang-orang yang tidak mematuhi perintah dinamakan orang yang ingkar, sedangkan berdasarkan naqal, menyerupai firman Allah Swt.
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur (24): 63)
Misalnya: perintah puasa.
يا ايها الذين امنرا كتب عليكم الصيا م (البقرة :۱۸۳
2. Amr Menunjukkan Kepada Sunnah.
اَلأَصْلُ فِى اْلأَمْـرِ لِلنَّدْبِ
“Pada asalnya Amar itu mengatakan nadab (sunnah)”
Contoh:
firman Allah Swt:
فكاتبوهم إن علمتم فيهم خيرا
artinya: “Hendaklah kau buat perjanjian dengan mereka, jikalau kau mengetahui ada kebaikan pada mereka”. (QS. 24:33)
Amar juga sanggup dipakai antara lain:
a). Untuk do’a, ربنا آتنا فى الدنيا حسـنة وفى الأخرة حسنة
b). Untuk penghormatan, أدْخُـلُوْهَا بِسَـلاَمٍ أَمِنِيْنَ (الحجر : 46c). Untuk petunjuk, اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلىَ أَجَلٍ مُسَمَّى فَاكْتُبُوْهُ (البقرة: 282
d). Untuk ancaman, إعْمَــلُوْا مَا شِــئْتُمْ (فصلت: 40
e) untuk petunjuk
f).Ta’jiz (للتعجيز ) artinya melemahkan’
Contoh :
فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
Artinya : ”Buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan al-Qur’an itu.” (QS.al-Baqarah :23)
g). Ikram ( للا كرام ) artinya menghormat.
Contoh :
ادخلوها بسلا م امنين (الحجر :٤٦
Artinya :”Masuklah ke dalamnya (syurga) dengan sejahtera dan aman.”(QS.al-Hijr z: 46)
H. Tafwidl (للتفويض ) artinya menyerah.
Contoh :
فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ
Artinya : “Putuskanlah apa yang hendak kau putuskan.” (QS. Thaha: 72)
I. Talhif ( للتلهيف ) artinya menyesal.
Contoh :
قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ
Artinya :”Katakanlah (kepada mereka) “Matilah kau sebab kemarahanmu itu.” (QS. Ali Imran:119)
J. Tahyir ( للتخيير ) artinya memilih.
Contoh :
من شاء فليبخل ومن شاء فليجد كفا نى نذاكم عن جميع الخطاب
Artinya :”Barang siapa kikir,kikirlah, siapa mau bermurah hati, perbuatlah.Pemberian ilahi mencukupi kebutuhan saya.” (Syair Bukhaturi kepada Raja)
K. Taswiyah ( التسوية ) artinya persamaan.
Contoh :
ادخلوها فاصبروا اولا تصبروا (طه :۱٦
Artinya :”Masuklah ke dalamnya (neraka) maka boleh kau sabar dan boleh kau tidak sabar, itu semua sama saja bagimu.” (QS. Thaha: 16)
3. Amr tidak Menunjukkan untuk Berulang-ulang.
اَلأَصْلُ فِى اْلأَمْرِ لاَ يَقْتَضِى التَّكْرَارَ
“Perintah itu pada asalnya tidak menghendaki pengulangan”
Amar tidak menghendaki kepada yang berulang-ulang, tapi hanya menghendaki hasilnya/
mengerjakan satu kali. Seperti firman Allah Swt.
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
“ dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah sebab Allah.” (QS. Al Baqarah : 196)
Misalnya :
وان كنتم جنبا فا طهروا (المئده :٦
”Jika kau berjunub maka mandilah.” (QS. Al-Maidah: 6)
اقم الصلاة لدلوك الشمس (الاسراء :۷۸
“Kerjakanlah shalat dari sehabis matahari tergelincir.”(QS. Al-Isra’ :78)
4. Amr tidak Menunjukkan untuk Bersegera.
اَلأصْلُ فِى اْلأَمْرِ لاَ يَقْتَضِى اْلفَوْرَ
“Perintah pada asalnya tidak menghendaki kesegeraan”.
Makara Amr (perintah) itu boleh ditangguhkan pelaksanaannya hingga final waktu yang telah ditentukan.
Misalnya :
فمن كا ن منكم مريضا اوعلى سفر فعدة من ايا م اخر(البقرة :۱۸۳
“Barang siapa di antara kau ada yang sakit atau sedang dalam bepergian jauh, hendaklah mengqadla puasa itu pada hari yang lain.”(QS.al-Baqarah : 183)
5. Amr dengan Wasilah-Wasilahnya.
اَلاْمْرُ بِالشَّئْ أَمْرٌ بِوَسَائِلِهِ
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga perintah mengerjakan wasilahnya”.
Perintah mendirikan shalat berarti juga perintah untuk berwudlu, sebagai wasilah (jalan kepada) sahnya shalat.
6. Amr yang Menunjukkan Kepada Larangan.
اَلاْمْر بِالشَّئْ نَهْيٌ عَنْ ضِدِّهِ
“Perintah mengerjakan sesuatu berarti larangan terhadap kebalikannya”.
Maksudnya, jikalau seseorang disuruh mengerjakan suatu perbuatan, mestinya ia meninggalkan segala kebalikannya. Misalnya, disuruh beriman, berarti tidak boleh kufur.
7. Amr berdasarkan Masanya.
اِذَا فُعِلَ اْلمَأْمُوْرُ بِهِ عَلَى وَجْهِهِ يَخْرُجُ اْلمَأْمُوْرُ عَنْ عَهْدَةِ اْلاَمْرِ
“Apabila dikerjakan yang diperintahkan itu berdasarkan caranya, terlepas ia dari masa perintah itu”.
Misal: Seseorang yang telah melaksanakan suatu perintah dengan tepat pada masanya, maka terlepas ia dari tuntutan pada masa itu. menyerupai keadaan musafir yang tidak memperoleh air untuk berwudhu, hendaklah ia bertayamum sebagai pengganti wudhu.
8. Qadha dengan Perintah yang Baru.
اَلْقَضَاءُ بِأَمْرٍ جَدِيْدًا
“Qadha itu dengan perintah yang baru”.
Maksudnya, suatu perbuatan yang tidak sanggup dilaksanakan pada waktunya harus dikerjakan pada waktu yang lain (qadla’). Pelaksanaan perintah bukan pada waktunya ini berdasarkan pada perintah baru, bukan perintah yang lama. Misalnya: qadla’ puasa bagi yang mengalami udzur syar’i pada bulan ramadhan, tidak dikerjakan berdasarkan ayat : كتب عليكم الصيام ... tetapi berdasarkan pada perintah baru, yaitu firman Allah Swt : ... فعـدة من ايام اخر
9. Martabat Amr.
اَلْاَمْرُ اْلمُتَعَلَّقُ عَلَى اْلاِسْمِ يَقْتَضِ اْلاِقْتِصَارُ عَلىَ اَوَّلِهِ
“Jika berafiliasi dengan nama (isim) ialah menghendaki akan tersimpannya pada permulaan.”
Sependek-pendek masa amr, apabila dihubungkan dengan aturan berdasarkan pengertian keseluruhannya dalam bentuk yang berlainan wacana tinggi dan rendah, dipendekkan aturan itu berdasarkan sekurang-kurangnya martabatnya untuk melaksanakan perintah itu.
Misalnya: “Perintah melaksanakan tuma’ninah dalam shalat, dan perintah memerdekakan seorang budak, tidak memandang harga tapi memandang martabatnya”.
10. Amr sehabis Larangan.
اَلْاَمْرُ بَعْدَ اْلنَهْيِ يُفِيْدُ اْلإِبَاحَةَ
“Perintah sehabis larangan mengatakan kebolehan.”
Misalnya :
كنت نهيتكم عن زيارة القبور الا فزوروها (رواه مسلم
“Dahulu saya melarang kau menziarahi kubur, kini berziarahlah.” (HR.Muslim)
اذا حللتم فاصطا دوا (المئدة :۲
“Dan apabila kau telah menuntaskan ibadah haji, berburulah.” (QS.al-Maidah : 2)
Berdasarkan dua uraian tersebur, sanggup dijelaskan bahwa perintah setelah larangan itu hukumnya mubah tidak wajib, menyerupai berziarah kubur dan berburu setelah haji.
Perbuatan yang lebih gampang dimengerti ialah perbuatan yang diperbolehkan, menyerupai pada awalnya Nabi melarang menziarahi kubur, maka kini diperbolehkan. Kalimat amr ini tidak mengatakan kewajiban tetapi mengatakan aturan boleh (ibahah), sabda Nabi Saw :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا
Abdullah bin Buraidah dari ayahnya ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda: "Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, kini berziarahlah." (HR. Muslim)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian amar (perintah), bentuk lafadh amar, kaidah amr dan contohnya. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.