Mutiara Kepercayaan Dalam Diri Manusia
Thursday, July 23, 2020
Edit
Iman adalah salah satu fitrah dan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya. Dengan iman lah yang mengakibatkan insan menjadi mulia di sisi Allah Swt. Masalah keimanan yakni belahan dari akidah.
Islam sangat peduli dengan masalah keyakinan sebagaimana diulas di atas. Islam mengenal ilmu Tauhid yang mengajarkan pengenalan terhadap Allah Swt; termasuk keberadaan-Nya dan sifat-sifat dasar yang menempel pada Dzat Allah Swt. Bagaimana mungkin seseorang akan mengimani Tuhan yang sama sekali tidak dikenalnya. Iman menjadi mutiara yang harus dijaga, dilestarikan dan ditingkatkan dari hari ke hari.
Iman dalam kehidupan insan diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Sehingga tanpa iman, maka kehidupan insan akan menjadi gelap. Tanpa iman maka jalan hidup seseorang bagaikan tanpa arah tujuan, alasannya yakni tidak ada orientasi tertentu dalam perjalanannya. Iman tidak hanya sekedar keyakinan dalam hati, namun juga diikrarkan di lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan:
“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan dilakukan dengan anggota tubuh (perbuatan)”
Hadis tersebut menjelaskan 3 hal yang menjadi unsur penting sebuah keimanan. Yaitu 1. hati yang meyakini, 2. mulut yang mengikrarkan dan 3. anggota tubuh yang selalu menerapkan dalam perbuatannya.
Kecintaan kita kepada Allah Swt, tentulah diawali dari keyakinan kita akan keberadaanNya kemudian mulut kita dengan penuh kesadaran mengikrarkannya selanjutnya tentulah tanpa paksaan sedikitpun kita sanggup mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Itulah kecintaan yang tepat kepada Allah Swt. Itulah keimanan yang haqiqi kepada Allah Swt. Sehingga ia meletakkan keimanan kepadaNya pada daerah tertinggi dibanding kecintaannya kepada apapun.
Begitu pula dengan rukun keimanan lainnya, karan tentulah tidak tepat keimanan kita, jikalau hanya mengimani Allah Swt tanpa Malaikatnya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari final dan taqdir baik jelek yang kita terima, sebagaimana hadits riwayat Muslim
"(Jibril) berkata: beritahukanlah padaku perihal iman! Jawab Nabi Saw: Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada Rasul-rasulNya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk." (HR.Muslim)
Dalam konteks sosial, dimana insan diciptakan Allah Swt sebagai khalifah di bumi, maka keimanan seseorang menjadi hal yang mutlak dimiliki. Bagi kita umat Islam, tidak ada lagi istilah “ini saya dengan segala keimananku” namun yang harus disebarkan dan ditebarkan yakni inilah keimananku dengan kasih sayangku.
Maka sebagai umat Islam hendaknya kita tidak karam dalam rutinitas religi kita dengan mengesampingkan kawan-kawan di sekitar kita. Mengapa demikian, alasannya yakni Rasulullah Saw sebagai tuntunan kita pun mengajarkan bahwa kebaikan untuk orang lain juga termasuk kesempurnaan iman, sebagaimana disabdakan Rasululllah Saw.
Rasulullah Saw bersabda: “tidaklah tepat iman salah seorang dari kau sehingga ia menyayangi untuk saudaranya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun sangat perlu kita ketahui, bahwasannya iman mempunyai banyak cabang yang sanggup kita amalkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan
"Iman terdiri dari 71 cabang yang paling utama ucapan Laa ilaaha Illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan adapun aib yakni sebagian dari iman."
Keimanan pada diri setiap muslim tidak sanggup dipisahkan dari amal shaleh (amal yang baik dan bermanfaat). Ulama setuju menyampaikan bahwa amal (perbuatan) yakni belahan yang tidak sanggup dipisahkan dari keimanan, alasannya yakni keimanan yang tepat akan sanggup diraih hanya jikalau dibarengi dengan amal yang nyata.
Rasulullah Saw.bersabda:
“Iman itu bukanlah cita-cita semata, bukan pula pelengkap yang terlihat, akan tetapi ia yakni sesuatu yang tertanam dalam hati dan direalisasikan dengan perbuatan” (HR. Ibnu Najjar dan Dailami)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal mutiara iman dalam diri manusia. Sebagai kesimpulannya, jikalau keimanan itu telah kita miliki maka sayang jikalau ia tidak kita sempurnakan dengan perbuatan baik yang bermanfaat buat diri kita, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hidup kita akan berarti dan bermakna bukan hanya dihadapan insan akan tetapi juga dihadapan Allah Swt. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com agar bermanfaat. Aamiin.
Islam sangat peduli dengan masalah keyakinan sebagaimana diulas di atas. Islam mengenal ilmu Tauhid yang mengajarkan pengenalan terhadap Allah Swt; termasuk keberadaan-Nya dan sifat-sifat dasar yang menempel pada Dzat Allah Swt. Bagaimana mungkin seseorang akan mengimani Tuhan yang sama sekali tidak dikenalnya. Iman menjadi mutiara yang harus dijaga, dilestarikan dan ditingkatkan dari hari ke hari.
Iman dalam kehidupan insan diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Sehingga tanpa iman, maka kehidupan insan akan menjadi gelap. Tanpa iman maka jalan hidup seseorang bagaikan tanpa arah tujuan, alasannya yakni tidak ada orientasi tertentu dalam perjalanannya. Iman tidak hanya sekedar keyakinan dalam hati, namun juga diikrarkan di lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan:
الإيمان معرفة بالقلب وقول باللسان وعمل بالأركان
“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan dilakukan dengan anggota tubuh (perbuatan)”
Hadis tersebut menjelaskan 3 hal yang menjadi unsur penting sebuah keimanan. Yaitu 1. hati yang meyakini, 2. mulut yang mengikrarkan dan 3. anggota tubuh yang selalu menerapkan dalam perbuatannya.
Kecintaan kita kepada Allah Swt, tentulah diawali dari keyakinan kita akan keberadaanNya kemudian mulut kita dengan penuh kesadaran mengikrarkannya selanjutnya tentulah tanpa paksaan sedikitpun kita sanggup mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Itulah kecintaan yang tepat kepada Allah Swt. Itulah keimanan yang haqiqi kepada Allah Swt. Sehingga ia meletakkan keimanan kepadaNya pada daerah tertinggi dibanding kecintaannya kepada apapun.
Begitu pula dengan rukun keimanan lainnya, karan tentulah tidak tepat keimanan kita, jikalau hanya mengimani Allah Swt tanpa Malaikatnya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari final dan taqdir baik jelek yang kita terima, sebagaimana hadits riwayat Muslim
قَالَ (جبريل) فَأَخْبِرْنِى عَنِ اْلإِ يْمَانِ قَالَ: أنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. رواه مسلم
"(Jibril) berkata: beritahukanlah padaku perihal iman! Jawab Nabi Saw: Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada Rasul-rasulNya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk." (HR.Muslim)
Dalam konteks sosial, dimana insan diciptakan Allah Swt sebagai khalifah di bumi, maka keimanan seseorang menjadi hal yang mutlak dimiliki. Bagi kita umat Islam, tidak ada lagi istilah “ini saya dengan segala keimananku” namun yang harus disebarkan dan ditebarkan yakni inilah keimananku dengan kasih sayangku.
Maka sebagai umat Islam hendaknya kita tidak karam dalam rutinitas religi kita dengan mengesampingkan kawan-kawan di sekitar kita. Mengapa demikian, alasannya yakni Rasulullah Saw sebagai tuntunan kita pun mengajarkan bahwa kebaikan untuk orang lain juga termasuk kesempurnaan iman, sebagaimana disabdakan Rasululllah Saw.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لَنْ يُؤْمِنَ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ"
Rasulullah Saw bersabda: “tidaklah tepat iman salah seorang dari kau sehingga ia menyayangi untuk saudaranya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun sangat perlu kita ketahui, bahwasannya iman mempunyai banyak cabang yang sanggup kita amalkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan
قال رسول الله ص.م : اَلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَ سَبْعُوْنَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَ الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ
"Iman terdiri dari 71 cabang yang paling utama ucapan Laa ilaaha Illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan adapun aib yakni sebagian dari iman."
Keimanan pada diri setiap muslim tidak sanggup dipisahkan dari amal shaleh (amal yang baik dan bermanfaat). Ulama setuju menyampaikan bahwa amal (perbuatan) yakni belahan yang tidak sanggup dipisahkan dari keimanan, alasannya yakni keimanan yang tepat akan sanggup diraih hanya jikalau dibarengi dengan amal yang nyata.
Rasulullah Saw.bersabda:
“Iman itu bukanlah cita-cita semata, bukan pula pelengkap yang terlihat, akan tetapi ia yakni sesuatu yang tertanam dalam hati dan direalisasikan dengan perbuatan” (HR. Ibnu Najjar dan Dailami)
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan perihal mutiara iman dalam diri manusia. Sebagai kesimpulannya, jikalau keimanan itu telah kita miliki maka sayang jikalau ia tidak kita sempurnakan dengan perbuatan baik yang bermanfaat buat diri kita, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hidup kita akan berarti dan bermakna bukan hanya dihadapan insan akan tetapi juga dihadapan Allah Swt. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com agar bermanfaat. Aamiin.