Pengertian Silaturahmi Dan Adat Silaturahmi
Wednesday, July 22, 2020
Edit
Pengertian Silaturahmi.
Silaturahmi (ṣilah ar-raḥim dibuat dari kata shilah dan ar-rahim), kata shilah berasal dari waṣala-yaṣilu-waṣl (an) wa ṣilat (an), artinya yakni hubungan. Adapun ar-raḥim atau ar-raḥm, jamaknya arhām, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-raḥmah (kasih sayang); ia dipakai untuk menyebut rahim atau kerabat alasannya orang-orang saling berkasih sayang, alasannya relasi rahim atau kekerabatan itu.
Di dalam al-Qur’an, kata al-arham terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat.
Dengan demikian, secara bahasa ṣilah ar-rahim (silaturahmi) artinya yakni relasi kekerabatan.
Abu Thayyib mengartikan silaturahmi sebagai ungkapan wacana berbuat baik kepada kerabat, orang yang mempunyai relasi nasab dan perkawinan; saling berbelas kasihan dan bersikap lembut kepada mereka, mengatur dan memelihara kondisi mereka, meski mereka jauh atau berbuat buruk.
Imam an-Nawawi mengartikan silaturahmi sebagai berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi orang yang menyambung dan yang disambung; sanggup dengan harta, kadang dengan bantuan, kadang dengan berkunjung, mengucap salam, dan sebagainya.
Allah SWT. berfirman dalam QS. An Nisa : 1
Artinya : "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah membuat kau dari seorang diri, dan dari padanya. Allah membuat isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan pria dan wanita yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kau saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) relasi silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An Nisaa’ : 1)
Adab Ṣilaturahmi
Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausu’atul Adab al-Islamiyah merinci adab-adab silaturahim yang sesuai dengan tuntunan alQur’an dan sunnah. Berikut yakni budpekerti bersilaturahim:
a. Niat yang Baik dan Ikhlas.
Allah tak mendapatkan amal kecuali dilakukan dengan ikhlas. Maka wajib bagi siapapun mengikhlaskan niatnya kepada Allah SWT. dalam menyambung tali silaturahim. Janganlah, seseorang bersilaturahim dengan tujuan riya.
b. Mengharap Pahala.
Menurut Syekh Sayyid Nada, seorang Muslim bersilaturahim untuk menantikan dan mengejar pahala, sebagai mana yang telah Allah Swt. janjikan. Untuk itu, hendaknya seseorang yang bersilaturahim menunggu akibat yang setimpal dari manusia.
c. Memulai Silaturahim dari yang Terdekat.
Semakin akrab relasi rahim, maka semakin wajib menyambungnya. Perkara ini perlu diperhatikan setiap Muslim dalam menyambung tali silaturahim.
d. Mendahulukan Silaturahim dengan Orang yang Paling Bertakwa Kepada Allah Swt.
Silaturahim juga dianjurkan kepada karib kerabat yang kafir dan tidak saleh, dengan tujuan untuk mengajak pada jalan kebenaran.
e. Mempelajari nasab dan mencari-cari kerabat yang bersambung kepada seseorang dari kerabat jauh.
f. Tidak berhenti menyambung silaturahim dengan orang yang memutusnya.
g. Memulai dengan berinfak dan berbuat baik kepada kerabat yang membutuhkan.
h. Menahan gangguan terhadap karib kerabat.
i. Menumbuhkan rasa besar hati pada karib kerabat
Silaturahmi (ṣilah ar-raḥim dibuat dari kata shilah dan ar-rahim), kata shilah berasal dari waṣala-yaṣilu-waṣl (an) wa ṣilat (an), artinya yakni hubungan. Adapun ar-raḥim atau ar-raḥm, jamaknya arhām, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-raḥmah (kasih sayang); ia dipakai untuk menyebut rahim atau kerabat alasannya orang-orang saling berkasih sayang, alasannya relasi rahim atau kekerabatan itu.
Di dalam al-Qur’an, kata al-arham terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat.
Dengan demikian, secara bahasa ṣilah ar-rahim (silaturahmi) artinya yakni relasi kekerabatan.
Abu Thayyib mengartikan silaturahmi sebagai ungkapan wacana berbuat baik kepada kerabat, orang yang mempunyai relasi nasab dan perkawinan; saling berbelas kasihan dan bersikap lembut kepada mereka, mengatur dan memelihara kondisi mereka, meski mereka jauh atau berbuat buruk.
Imam an-Nawawi mengartikan silaturahmi sebagai berbuat baik kepada kerabat sesuai dengan kondisi orang yang menyambung dan yang disambung; sanggup dengan harta, kadang dengan bantuan, kadang dengan berkunjung, mengucap salam, dan sebagainya.
Allah SWT. berfirman dalam QS. An Nisa : 1
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya : "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah membuat kau dari seorang diri, dan dari padanya. Allah membuat isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan pria dan wanita yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kau saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) relasi silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An Nisaa’ : 1)
Adab Ṣilaturahmi
Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausu’atul Adab al-Islamiyah merinci adab-adab silaturahim yang sesuai dengan tuntunan alQur’an dan sunnah. Berikut yakni budpekerti bersilaturahim:
a. Niat yang Baik dan Ikhlas.
Allah tak mendapatkan amal kecuali dilakukan dengan ikhlas. Maka wajib bagi siapapun mengikhlaskan niatnya kepada Allah SWT. dalam menyambung tali silaturahim. Janganlah, seseorang bersilaturahim dengan tujuan riya.
b. Mengharap Pahala.
Menurut Syekh Sayyid Nada, seorang Muslim bersilaturahim untuk menantikan dan mengejar pahala, sebagai mana yang telah Allah Swt. janjikan. Untuk itu, hendaknya seseorang yang bersilaturahim menunggu akibat yang setimpal dari manusia.
c. Memulai Silaturahim dari yang Terdekat.
Semakin akrab relasi rahim, maka semakin wajib menyambungnya. Perkara ini perlu diperhatikan setiap Muslim dalam menyambung tali silaturahim.
d. Mendahulukan Silaturahim dengan Orang yang Paling Bertakwa Kepada Allah Swt.
Silaturahim juga dianjurkan kepada karib kerabat yang kafir dan tidak saleh, dengan tujuan untuk mengajak pada jalan kebenaran.
e. Mempelajari nasab dan mencari-cari kerabat yang bersambung kepada seseorang dari kerabat jauh.
f. Tidak berhenti menyambung silaturahim dengan orang yang memutusnya.
g. Memulai dengan berinfak dan berbuat baik kepada kerabat yang membutuhkan.
h. Menahan gangguan terhadap karib kerabat.
i. Menumbuhkan rasa besar hati pada karib kerabat
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pengertian silaturahmi dan budpekerti silaturahmi. Sumber Buku Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.