Pembaharuan Islam Di Indonesia
Wednesday, July 22, 2020
Edit
Pada awal era ke-20, ide-ide pembaharuan turut mewarnai arus pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Perkembangan gres Islam di Indonesia ini, sedikit banyak dipengaruhi oleh ide-ide yang berasal dari luar Indonesia. Misalnya, Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy’ari (Nahdlatul Ulama), Ahmad Surkati (Al-Irshad), dan Zamzam (Persis).
Mereka semua menimba ilmu di Makkah. Dan, melalui media publikasi dan korespondensi, mereka berkesempatan untuk sanggup berinteraksi dengan arus pemikiran gres Islam. Tokoh lainnya menyerupai Tjokroaminoto (Sarekat Islam) juga dikenal menggali ide gerakannya dari ideide pembaharuan Islam di anak benua India.
Ide-ide pembaharuan Islam dari luar yang masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur:
1. Jalur haji dan mukim yakni tradisi tokoh-tokoh umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah haji sekaligus bermukim di Makkah untuk sementara waktu guna menimba dan memperdalam ilmu keagamaan atau pengetahuan lainnya. Sehingga, mereka kembali ke tanah air, dengan membawa de-ide gres yang kemudian juga mempengaruhi orientasi pemikiran dan dakwah mereka.
2. Jalur publikasi yakni berupa jurnal atau majalah-majalah yang memuat ideide pembaharuan Islam, baik dari terbitan Mesir maupun Beirut. Wacana yang disuarakan media tersebut kemudian menarik muslim nusantara untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
3. Peran mahasiswa yang menimba ilmu di Timur-Tengah. Para pemimpin gerakan pembaharuan Islam awal di Indonesia, hampir merata ialah alumni pendidikan Makkah.
Munculnya pembaharuan Islam di Indonesia merupakan respons terhadap kemunduran Islam alasannya praktik-praktik penyimpangan, keterbelakangan pemeluknya dan adanya invansi politik, kultural dan intelektual dari dunia barat.
Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia mempunyai huruf dan orientasi yang beragam. Karena gerakan nasionalisme Indonesia sebagiannya diusung oleh tokohtokoh modernis Muslim. Secara umum, pada awal era ke-20 Masehi, corak gerakan keagamaan Islam di Indonesia sanggup dibagi sebagai berikut:
1. Tradisionalis-konservatif, yakni mereka yang menolak kecenderungan westernisasi dengan mengatasnamakan Islam yang secara pemahaman dan pengamalan melestarikan tradisi-tradisi yang bercorak lokal. Pendukung kelompok ini rata-rata dari kalangan ulama, tarekat dan penduduk pedesaan.
2. Reformis-modernis, yakni mereka menegaskan relevansi Islam untuk semua lapangan kehidupan, baik privat maupun publik. Islam dipandang mempunyai huruf yang elastis dan fleksibel dalam berinteraksi dengan perkembangan zaman.
3. Radikal-puritan, yang juga setuju klaim fleksibelnya Islam di tengah arus zaman. Mereka enggan menggunakan kecenderungan kaum modernis dalam memanfaatkan ide-ide barat. Mereka lebih percaya pada penafsiran yang disebutnya sebagai murni Islami. Kelompok ini juga mengkritik pemikiran kaum tradisionalis.
Mereka semua menimba ilmu di Makkah. Dan, melalui media publikasi dan korespondensi, mereka berkesempatan untuk sanggup berinteraksi dengan arus pemikiran gres Islam. Tokoh lainnya menyerupai Tjokroaminoto (Sarekat Islam) juga dikenal menggali ide gerakannya dari ideide pembaharuan Islam di anak benua India.
Ide-ide pembaharuan Islam dari luar yang masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur:
1. Jalur haji dan mukim yakni tradisi tokoh-tokoh umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah haji sekaligus bermukim di Makkah untuk sementara waktu guna menimba dan memperdalam ilmu keagamaan atau pengetahuan lainnya. Sehingga, mereka kembali ke tanah air, dengan membawa de-ide gres yang kemudian juga mempengaruhi orientasi pemikiran dan dakwah mereka.
2. Jalur publikasi yakni berupa jurnal atau majalah-majalah yang memuat ideide pembaharuan Islam, baik dari terbitan Mesir maupun Beirut. Wacana yang disuarakan media tersebut kemudian menarik muslim nusantara untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.
3. Peran mahasiswa yang menimba ilmu di Timur-Tengah. Para pemimpin gerakan pembaharuan Islam awal di Indonesia, hampir merata ialah alumni pendidikan Makkah.
Munculnya pembaharuan Islam di Indonesia merupakan respons terhadap kemunduran Islam alasannya praktik-praktik penyimpangan, keterbelakangan pemeluknya dan adanya invansi politik, kultural dan intelektual dari dunia barat.
Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia mempunyai huruf dan orientasi yang beragam. Karena gerakan nasionalisme Indonesia sebagiannya diusung oleh tokohtokoh modernis Muslim. Secara umum, pada awal era ke-20 Masehi, corak gerakan keagamaan Islam di Indonesia sanggup dibagi sebagai berikut:
1. Tradisionalis-konservatif, yakni mereka yang menolak kecenderungan westernisasi dengan mengatasnamakan Islam yang secara pemahaman dan pengamalan melestarikan tradisi-tradisi yang bercorak lokal. Pendukung kelompok ini rata-rata dari kalangan ulama, tarekat dan penduduk pedesaan.
2. Reformis-modernis, yakni mereka menegaskan relevansi Islam untuk semua lapangan kehidupan, baik privat maupun publik. Islam dipandang mempunyai huruf yang elastis dan fleksibel dalam berinteraksi dengan perkembangan zaman.
3. Radikal-puritan, yang juga setuju klaim fleksibelnya Islam di tengah arus zaman. Mereka enggan menggunakan kecenderungan kaum modernis dalam memanfaatkan ide-ide barat. Mereka lebih percaya pada penafsiran yang disebutnya sebagai murni Islami. Kelompok ini juga mengkritik pemikiran kaum tradisionalis.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan wacana pembaharuan Islam di Indonesia. Semoga kita sanggup mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2016. Kujnjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.